45. Terobsesi

297 23 6
                                    

Anneth Jade Chalistov, seorang seniman lukisan perang. Dulu dia ditugaskan oleh pemerintahan untuk mendokumentasikan pengalaman perang dalam bentuk salinan ilustrasi atau pengambaran kehidupan perang.

Dia tumbuh di medan perang, dididik seperti laki-laki dari pada gadis pada umumnya. Melihat langsung pembantaian, melukisnya, merasakan trauma dan ancaman. Berkali-kali hampir mati, tetapi beruntung kehidupan masih berpihak padanya. Anneth tidak pernah takut mati sebelumnya.

Namun, pertemuannya dengan laki-laki berkulit pucat dengan sorot mata misterius yang ternyata menjadi perancang strategi perang, membuat Anneth merasakan kekhawatiran.
Dia terpesona oleh pria itu. Hingga muncul rasa takut terbunuh di medan perang. Jika itu terjadi, Anneth takkan bisa melihatnya lagi.

Sayangnya, meski dia memiliki keberuntungan dalam perang, Anneth tidak beruntung dalam kesehatan. Selama ini dia berjuang hidup-mati dengan kondisi jantung yang lemah. Jika bukan perang, mungkin penyakitnya yang akan merenggut nyawanya.

Hubungannya dengan pria itu berjalan baik, tetapi Anneth tidak bisa jujur. Baik secara perasaan maupun kesehatan.

Sampai akhirnya kondisi kesehatan itu bocor dengan sendirinya, saat pertama kali dia kambuh di depan lelaki yang dicintainya. Membuat pria itu marah dan enggan berbicara atau menemuinya lagi.

Anneth berputusasa. Laki-laki itu tidak lagi kembali dan memilih berkecimpung dalam kubangan perang. Menyibukkan diri untuk menyusun serangan-serangan mematikan lainnya pada musuh.

Gadis itu kehilangan pegangan untuk bertahan hidup. Dari yang tidak takut mati, menjadi cemas pada kematian dan kini Anneth kembali pada titik awal. Di mana dia tidak lagi masalah, jika dalam waktu dekat harus berpulang.

Wanita pertengahan tiga puluhan itu bercerita pelan tentang dirinya sendiri, sambil melukis wajah seorang lelaki yang dirindukannya.

Hanji dan yang lain diam menyimak. Dia tahu siapa lelaki yang sedang Anneth bicarakan itu, tidak lain dan tak bukan ialah sosok yang sedang wanita itu lukis. Johan Rovakiev.

Anneth menaruh kuas basah, sorot matanya tak teralihkan secuil pun dari lukisan. Sekali lihat pun bisa langsung diartikan, dia sedang merindukannya.

Masih dengan suara serak yang pelan, dia melanjutkan. "Beberapa tahun berlalu, dia kembali."

Johan kembali, tetapi bukan hanya kedatangannya yang membuat Anneth terkejut. Ada satu pernyataan dan kabar yang membuat dia tidak bisa berkata-kata, selain melebarkan mata dengan ketidakpercayaan.

"Johan sudah lama tahu aku mencintainya, itu saja sudah membuatku malu setengah mati. Kupikir aku sudah cukup pintar membohonginya, tetapi justru akulah yang bodoh karena tidak kuasa menyembunyikannya."

Sayangnya, yang paling memalukan bukan karena kebohongannya terbongkar, melainkan ungkapan Johan yang tak berperasaan dan menyakitkan untuk didengar.

"Johan datang membawa kabar, bahwa dia telah menemukan pendonor jantung untukku."

Awalnya Anneth terharu karena pria itu pergi bukan hanya untuk menjauhinya, tetapi mencari cara untuk menyembuhkannya. Dia bilang jika melakukan operasi transplantasi jantung, ada kemungkinan Anneth bisa bertahan hidup. Namun, ada sesuatu lagi di baliknya.

"Gadis bernama Risyta, Johan terpesona padanya. Dia bilang, belum pernah mengalami perasaan itu sebelumnya. Berapa banyak pun wanita yang berusaha dekat dengannya. Mereka semua sama saja, tidak menarik, hampir menjijikan, selalu menempel seperti kotoran."

"Bajingan," umpat Runia. Respon alami karena dia juga pernah dikatai mirip bunga bangkai. Seindah apa pun parasnya tetap saja busuk baunya.

Sementara Hanji dan Floch melotot, mengetahui fakta bahwa Johan menaruh perasaan pada Risyta.

Keluar Jalur || ERWINXREADERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang