4. Jasad Wanita

717 88 0
                                    

Risyta(FL) Pov

Pagi tadi sebelum berangkat, saat pasukan masih bersiap, aku mendapat pertanyaan.

Aku tidak tahu apa tujuan dari pertanyaan tersebut. Adalah Komandan sendiri yang mengangsurkannya, dihadapan semua prajurit pula rekrutan baru sepertiku.

"Risyta, setelah selamat dari neraka itu, kenapa kau masih memutuskan untuk kembali? Apa kau sama sekali tidak takut?"

Aku melihat cakar tajam di mata serupa permata biru itu, sorot buasnya seakan mampu melahap apa pun. Itu mata penuh keyakinan yang hanya dimiliki segelintir orang.

Demi menjawab sesuai yang dia inginkan, kutegakan badan, meluruskan punggung. Memberikan penghormatan sempurna dari pengabdian jiwa seorang prajurit, mengubah cahaya jenaka menjadi keberanian.

Kubuat selugas mungkin, menekankan betapa yakinnya keputusan yang kuambil. "Saya tidak takut."

Mengingat lagi ucapanku pagi tadi, kemudian menatap wajah tertekan Levi pada jasad-jasad yang akan dibuang, demi menghindari titan yang mengejar perjalan pulang kami. Seketika sesuatu melonjak naik dari dadaku.

TIDAK. Aku meneriakan kata itu di dalam kepala. Menjatuhkan pandangan pada tumpukan mayat yang berhasil dibawa.

TIDAK! TIDAK! TIDAK!

Aku mengingat lagi beberapa wajah yang mendengar ucapanku sebelum keberangkatan. Reaksi yang masih tertangkap olehku. Ekspresi ketidakpercayaan.

"Saya tidak pernah takut, tidak untuk kematian atau ancaman. Tidak peduli apa saya akan mati hari ini, esok atau nanti. Di sini yang saya lakukan hanya bertahan hidup dengan bertarung."

Saat itu Komandan Erwin menatapku beberapa saat sebelum berbalik. Dia tidak mengatakan apa pun, tidak sepatah kata, tidak untuk sehuruf. Lelaki itu hanya menjauh, kemudian berteriak lantang memerintah pasukannya agar bersiap pergi.

Kini aku mulai memikirkannya. Aku bertanya-tanya, apakah dia puas dengan jawabanku atau tidak? Bisakah aku memastikannya?

"Buang--"

Tepat sebelum perintah Levi lolos dari bibirnya, aku menarik pedang. Pupilku bergetar, darahku mendidih. Di gerobak mayat itu ada jasadnya, jasad seorang wanita yang harus kuselamatkan. Harus! Kendati entah karena apa.

"Selamatkan!" gertakku.

Secara impulsif aku melemparkan diri pada gerombolan titan, menjadi umpan. Menebas sebanyak yang kubisa, selama apa pun untuk memberi mereka waktu.

"Pergi!!! Jangan berhenti, bawa mereka semua!!!"

Aku meraung marah dengan isi kepala yang kacau. Wajah samar yang entah siapa, tiba-tiba muncul dalam bentuk potongan-potongan memori tidak lengkap. Dari surai terang, mata biru yang layu, lengkungan di bibir sedikit tebalnya, raut putusasa menghadapi kematian. Aku tidak tahu siapa orang itu, tetapi melihatnya di sisa-sisa memori, entah kenapa kesedihan itu muncul tak tertahankan.

"Berhenti! Risyta!"

Aku mengabaikan teriakan marah kapten yang baru saja kehilangan semua regunya.

Kami sudah kalah. Lalu setelah semua kekalahan itu, apakah masih belum cukup? Mengapa untuk membawa kembali jasad rekan kami saja begitu sulit?

Rombongan berani mati ini telah melewati gerbang, merasakan sensasi digiring menuju dunia lain dan memasuki proses seleksi alam, menentukan siapa yang dapat bertahan hidup lebih lama. Hasil ini tidak lebih dari kegagalan lain yang biasa mereka kecap.

Jadi tidak akan kubiarkan kekalahan lebih dari ini. Aku akan mengorbankan segalanya, semuanya.

"Aku tidak takut!!! Akan kuselamatkan!!! Akan kutulis ulang dunia ini!!!"

Keluar Jalur || ERWINXREADERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang