⚠️29. Jangan Pergi⚠️

721 56 6
                                    

⚠️AREA BERBAHAYA⚠️

●●●

Belum reda keterkejutan Erwin akan ucapan Levi, sekoyong-koyong seseorang mendobrak pintu. Hanji muncul sebagai pelaku, seperti biasa perempuan itu selalu urakan apa lagi mode panik begitu.

"Hanji, apa kau lupa caranya mengetuk pintu?" Adalah Levi yang bangun untuk menegurnya.

"Itu tidak penting buat sekarang Levi!" sahutnya setengah mengabaikan, sebaliknya dia menjatuhkan atensi pada Erwin. "Erwin, kau harus keluar. Liev tiba-tiba datang dan membuat heboh. Terutama soal Risyta, dia bilang sudah menitipkan sesuatu padamu untuk diberikan pada Risyta. Pokoknya kau harus keluar, situasinya kacau, ditambah Putri Bangsawan itu juga datang."

Sontak dua pria itu menegang di tempat, alamat bisa runyam urusannya. Mereka bergegas keluar. Kedatangan Liev saja sudah cukup rumit, ini ditambah Narene.

Di luar benar-benar ramai, anggota Scouting Legion nyaris semuanya berkumpul di sana. Mereka penasaran apa yang sedang terjadi, soalnya jarang-jarang di markas mereka ada tontonan menarik.

"Apa kamu benar-benar lupa siapa aku?" Liev tampak putusasa, dia sudah menceritakan semuanya dari awal, tetapi gadis ini selalu menggeleng dan mengatakan tidak kenal.

"Sudah kukatakan, aku bukan lupa, aku hanya tidak mengenalmu."

"Risyta, kau tidak boleh begitu. Hanya karena sekarang kondisi Liev tidak sempurna, jadi kamu mau pura-pura lupa padanya? Aku dengar kalian cukup dekat dulu dan kau selalu mengeluh padanya, bahkan minta dibebaskan." Narene merangsek, dia lebih tinggi sepuluh senti, sehingga memandang Risyta dari atas dengan tatapan mencemooh juga meremehkan. "Omong-omong aku tidak tahu bahwa kau dulunya adalah penari penghibur? Kalau itu benar, Kakakku juga salah satu penontonnya, lho, dulu."

Risyta mengangkat wajah, memasang tampang paling malas untuk meladeni. "Nona Narene Ferden yang terhormat, mundurlah sedikit. Mulutmu itu bau."

Mata yang meremehkan itu melotot beringas, Narene tersedak karena marah. Kulit putihnya memerah, siap meledak. "Dasar rendahan!"

Tangannya melayang ringan ke pipi Risyta, tetapi itu tidak pernah mendarat. Sebaliknya, gadis yang lebih pendek cekatan mencekal pergelangan tangan Sang Putri, memelintir ke belakang dan menguncinya tanpa belas kasihan.

"Jangan bertingkah, kau pikir aku peduli apa dan siapa kau?" desis Risyta, lantas melepasnya dengan satu dorongan.

Sungguh moodnya sudah jelek sejak awal. Ditambah keributan ini sama sekali tidak membantu, selain memperburuk keadaan.

"Kau! Apa kau pikir bisa lolos setelah melakukan kekerasan padaku?!'

"Dia melakukan pembelaan Nona." Siapa sangka Eren tiba-tiba maju membela. "Dan anda sebaiknya tidak memperkeruh suasana, sejak awal ini tidak berhubungan dengan anda."

Lantas Eren melirik perempuan yang dibelanya, lalu mendesah lelah. "Anda juga Risyta-san, sebaiknya lebih berhati-hati."

"Bubar!" seruan lantang itu terdengar dari kerumunan belakang.

Suara dingin yang khas, tidak perlu mendengar dua kali untuk memastikan siapa pemiliknya dan tak perlu ada pengulangan agar mereka mengerti apa yang harus dilakukan sekarang.

Kerumunan segera buyar, tanpa berani menoleh lagi.

Sebelum pergi, Eren melihat Risyta sekilas dan mendapati perempuan itu tersenyum sembari mengucapkan terimakasih tanpa suara.

Erwin melirik Narene, Bangsawan itu tengah mengusap pergelangan tangan dengan wajah meringis kesakitan. Lalu retinanya bergulir pada Risyta yang lebih menyambut kedatangan Levi.

Keluar Jalur || ERWINXREADERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang