43. Kepercayaan

265 35 4
                                    

"Serum ini akan disuntikan pada Ratu Historia, agar dia mengambil kekuatan Zeke."

Seolah tersengat lebah, mereka semua--kecuali Sekutu, Levi, Armin juga Sang Ratu--kompak tersentak kaget. Bahkan Eren sekalipun.

"Apa maksud anda Komandan? Rencana seperti itu tidak pernah dibicarakan."

Pemuda bermata hijau itu hendak mendatangi Erwin. Namun, Risyta menghadangnya. Mereka saling berhadapan, mata Eren menukik nyalang pada wanita yang sejak awal sudah seenaknya mengatur jalan cerita.

"Aku sudah katakan, tidak ada pengorbanan Historia, tidak ada lagi teman-temanku yang harus berumur pendek. Kalau aku tahu rencananya seperti ini, lebih baik kembali ke rencana awal."

Risyta berkata datar. "Eren, situasinya sudah berubah, kita tidak bisa mengandalkan negosiasi, Zeke juga tidak bisa dipercaya."

"Lalu apa hubungannya dengan teman-temanku?" Gigi Pemilik Titan Perintis itu bergemeretak. "Saya tidak setuju, jika Zeke tidak bisa dipercaya, aku sendiri yang akan memaksanya." Mata emerald menunjukkan taring tajamnya, dia tidak peduli siapa yang sedang dihadapi. Eren akan melawan siapa saja yang membahayakan temannya. 

Di samping itu, Historia sudah melangkah ke tempat Erwin yang kontan membuat Eren meradang.

"Historia!"

"Eren, aku tidak apa---"

"Tidak akan!" Eren menggerung, telapak tangannya sudah berdarah. Dia siap bertarung kapan pun. "Aku tidak peduli, temanku lebih berharga dari apa pun. Kalian harus berumur panjang, aku tidak akan mengorbankan siapa pun di antara temanku."

Erwin menyugar rambut ke belakang. Sejenak dia memejamkan mata.

Orang yang menyetujui eksekusi dan mengorbankankan Historia tak lain adalah Erwin sendiri. Tentu keputusan ini bukan tanpa dasar, Erwin menjadi orang ketiga yang tahu tentang syarat mengaktifkan titan Perintis. Di dasari teori ayahnya, juga silsilah pewaris Titan kerajaan yang terkena sumpah, sekaligus petunjuk-petunjuk yang Risyta tinggalkan dan terus Erwin kaji. Sang Komandan telah memikirkan matang-matang.

Mungkin benar, tidak semuanya bisa Erwin siasati. Namun, sejak awal, dia sudah dipilih oleh Risyta untuk menangani terkait sumpah perang itu.

Meyakinkan Eren, ialah langkah pertama untuk melancarkan arusnya.

"Lakukan, Eren." Erwin menegaskan perintah pertamanya yang ambigu. "Biarkan Historia mengambil alih kekuatan Zeke atau korbankan semua Titan Shifter yang ingin kau lindungi juga?"

Sang Komandan menyentil tepat di titik krusial. Sejak menyinggung perkara eksekusi, gelagat Eren sudah terbaca. Pemuda itu bukan tidak menyela maupun keberatan, justru sedang mencari jalan agar temannya--sekalipun pengkhianat--tidak diseret.

Benar saja, Eren bergetar seketika, urat dipelipisnya menonjol, giginya bergemeretak. Itu pilihan yang sangat membebani.

Berbanding terbalik dengan Eren yang dikuasai emosi, Pemimpin Survey Corps bergeming dengan taring di matanya. Eren boleh jadi pemilik Titan Shifter dan mempunyai kekuatan Kordinat, tetapi selama dia tidak menyentuh Titan dengan darah kerajaan, remaja itu masih dapat dikendalikan.

"Pilih, Eren. Korbankan Ratu Historia dan mereka bebas atau ..." Erwin melirik Titan Shifter yang tersisa. "Korbankan mereka dan Ratu Historia tidak perlu menjadi pewaris titan binatang."

Bukan hanya Eren yang merasa kesulitan, sisa-sisa kadet 104 juga kini menatap Rainer dengan iba. Jauh di lubuk hati, mereka masih menganggapnya sebagai teman lama.

"Komandan, tolong, aku akan pikirkan cara lain."

"Cara lain apa Armin?" Johan memotong. "Kabar kematian William sudah aku kirim ke Niberl. Marley akan tamat begitu satu perintah diturunkan. Paradise akan mengalami neraka kedua, jika kalian tidak bergegas memutuskan."

Keluar Jalur || ERWINXREADERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang