30. Sisi Lain Tembok

486 45 0
                                    

Ada tiga hal penting dari percakapan Levi dan Risyta pada malam itu. Pertama, soal gadis itu yang akan keluar dari barisan Survey Corps. Kedua, Risyta membahas beberapa hal terkait apa yang ada di ruangannya, dia bilang segala yang dibutuhkan untuk menyambut dunia luar ada di dalam buku-buku miliknya. Terakhir, keluarnya Risyta dari pasukan menandakan ia tidak akan ikut ekspedisi berikutnya, di mana momen itu merupakan scene penting, sebab untuk pertama kali mereka akan melihat laut. Oleh karena itu, Risyta sekali lagi meminta pada Levi agar melindungi juga mengawasi Erwin.

Dengan informasi itu, Erwin memanggil Risyta datang ke kamarnya. Awalnya ia berniat membicarakan alasan perempuan itu ingin berhenti. Namun, yang terjadi mereka justru menghabiskan waktu bersama.

Lalu pada saat dirinya bangun, Risyta sudah tidak ada di sana. Jejaknya seperti terhapus, seolah Erwin tidak pernah tidur dengan gadis mana pun. Sisi tempat tidurnya dingin, itu sangat kontras dengan pergumulan sebelumnya.

Akan tetapi, bukan itu bagian terburuknya. Melainkan hari-hari berikutnya, Risyta tidak pernah lagi terlihat.

Berganti Minggu sekalipun, setiap Erwin selesai ekspedisi dan menyisir setiap distrik, gang kecil sampai menyambangi kota bawah tanah. Tidak ada tanda-tanda keberadaan Risyta. Perempuan itu menghilang, bak tak pernah ada.

Hingga waktu berlari lebih cepat lagi, bulan berganti menjadi tahun.

Hari pertama pasukan pengintai melihat kebebasan di balik dinding terluar.

Setelah padang pasir terlewati, bentangan air asin mencolok mata, garis cakrawala menyembunyikan misteri di baliknya.

Mata air biru sangat menakjubkan, itu berkilau bagai kumpulan permata.

"Erwin! Ini semua garam, Erwin!" Hanji berseru heboh tak jauh berbeda dengan junior lainnya yang sudah asik bermain air. "Eh, tunggu apa itu?" Dia membungkuk untuk melihat lebih jelas.

"Oi! Hanji! Itu mungkin saja beracun, jadi jangan sentuh." Levi mengingatkan.

Namun, Hanji yang memiliki jiwa penasaran tinggi, tetap nekad mengambilnya. Sontak membuat Levi melotot, lelaki itu hampir lompat menerkam, jika Hanji tidak menoleh untuk menunjukan temuannya.

"Levi! Lihat! Ini terasa lembek wahahaha!"

"Tsk! Dasar gila," umpatnya.

"Ne! Erwin apa kau tidak mau mencoba berenang? Lautnya tampak luar biasa 'kan? Lihat anak-anak itu, mereka malah meminum air garam ini wahahaha!"

"Ya, ini luar biasa," balasnya dengan ulasan tipis di bibir.

"Tidak ada gunanya bicara dengan kepala batu sepertimu. Lihat saja, aku pasti akan membawamu ke tempat di balik tembok dan menenggelamkanmu di lautan. Tunggu saja."

Sekoyong-koyong suara Risyta bergaung di kepalanya. Perempuan itu tidak ada di sini, baik untuk menemani atau menenggelamkannya.

"Risyta," lirihnya.

Retina Erwin bergulir pada anak-anak yang bermain air. Fokusnya jatuh pada bocah laki-laki berambut brunette, salah satu titan yang ada di pihak mereka.

Eren hanya diam memandang jauh ke depan, wajah polos juga penuh semangat yang dulu sering menghiasi paras mudanya, kini lenyap bak tersapu ombak.

Iris hijau itu menembus jauh hingga keseberang. Selama ini Eren selalu percaya bahwa ada kebebasan di luar sana, tetapi kenyataannya semua hanya angan-angan kosong. Jutaan orang di seberang lautan mengharapkan penduduk di pulau ini musnah. Tidak ada kebebasan, yang tersisa hanya kebencian dan dendam, musuh-musuh yang siap menyalak dan menabuh genderang peperangan.

Keluar Jalur || ERWINXREADERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang