Nadine menghela napas. "Sudahku bilang bukan kalau aku tidak mau?
"Hehe. Aku hanya ingin menemani kamu saja kok."
Nadine menepuk dahinya dan melihat ke arah Joe. "Kamu tau tidak kalau aku sudah punya pendamping?"
"Taulah."
"Terus kenapa masih di sini?" tanya Nadine sambil menyerngitkan dahinya.
Joe terkekeh pelan sambil menggaruk tengkuknya. "Selama belum naik ke jenjang pernikahan kenapa aku nggak boleh deket-deket sama kamu?"
"Terserah."
Joe pun langsung sigap membukakan pintu mobil sebelum Nadine pergi begitu saja melewatinya. "Masuk, Ntik."
"Nggak usah menggoda. Panggil Nadine aja," jawab Nadine ketus.
Joe mengangguk takut dan langsung mengemudikan mobilnya. "Apa kabar?"
"Menurutmu?"
Joe langsung melirik ke arah Nadine. "Ketus amat sih ngejawabnya."
"Peduli apa?" ucap Nadine sambil melemparkan pandangannya ke arah jalan.
Joe terkekeh pelan. "Aku peduli kepadamu sama seperti yang dulu Niall lakukan. Bagaimana?"
"Jangan sebut nama itu lagi, Joe!"
"Sudahlah. Kita semua juga tau kalau Niall si anak cupu itu mencintai seorang gadis manis sepertimu hingga akhir hayatnya. So sweet."
"Turunkan aku sekarang!" teriak Nadine.
"Tidak."
"Turunkan!"
"Tidak."
"Joe!"
"Sekali tidak tetap tidak!"
Nadine merogoh tasnya dan mengambil ponselnya.
"Maaf nomor yang anda hubungi sedang berada di luar service area."
Joe tertawa kecil. "Zayn tidak mencintaimu, Nadine."
"Jangan bergurau."
"Aku serius."
Nadine melirik ke arah Joe sinis. "Tau apa kau tentang kehidupanku?"
"Aku tau segalanya, Nadine. Bahkan aku tau semua lika-liku kehidupanmu. Seandainya saja kamu tau apa yang sebenarnya terjadi pasti kamu akan menghakhiri hidup dengan cara tragis seperti tragisnya kehidupan ini karena telah mempermainkanmu."
"Omong kosong!" Sekali lagi Nadine merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah parfum. "Kau sungguh menyebalkan, Joe." Saat detik itu pula Ia menyemprotkan cairan tersebut ke wajah Joe.
"Nadine!"
Sejurus kemudian Nadine langsung turun dan berlari menjauhi mobil Joe. Ia masuk ke dalam sebuah restaurant ramai pengunjung dan pergi ke dalam toilet. Tangannya sibuk merapikan setiap sudut dari ujung rambut hingga kaki. Tak lama kemudian, ponselnya berdering memecah keheningan. Nama Zayn terpampang di tengah layar dengan jelas.
"Nadine? Apakah kau baik-baik saja?"
"Zayn? Kaukah itu?"
"Iya, Sayang. Ada perlu apa malam-malam begini? Bukannya kamu ada acara ya?"
Perlahan pelupuk mata Nadine basah. Maskara dan eyeliner-nya mulai hancur berantakan. "Zayn, aku sudah tak tahan lagi."
"Kamu kenapa? Ada apa?" Terdengar suara khawatir Zayn dari seberang sana.
"Aku tidak bisa menceritakannya. Kepalaku pening sekali. Aku takut. Aku tidak mau ini semua terjadi. Kenapa kehidupan ini terlalu kejam kepadaku, Zayn? Aku sudah taat beribadah, tapi kenapa kejadian ini tiada hentinya, Zayn?"
"Nadine, jawab aku. Apa yang sebenarnya terjadi?"
"Zayn, aku lelah. Aku ingin keluar dari ini semua. Aku ingin mengakhiri semua ini. Aku tidak tahan. Fisik dan batinku sudah sekarat. Air mataku sudah banyak yang terbuang percuma, Zayn."
"Nadine, tenang!"
Nadine menghela napas dan masih dapat terdengar isak tangis dari ujung bibirnya. "Ini tentang Joe."
"Tunggu. Besok pagi aku akan pulang. Kunci rumah. Jangan menjawab telepon dari siapapun kecuali aku."
"Iya, Zayn.."
"Satu lagi. Kau harus tetap bernapas sampai aku kembali bisa memeluk tubuh mungil dan hangat milikmu itu."
"Zayn, kau tidak usah terlalu terburu-buru. Aku hanya ingin kau mendengar aduanku."
"Tidak, Nadine. Mendengar kau menangis seperti ini tidak akan bisa menenangkan hatiku. Walaupun kau mengadu dan akhirnya kau sudah tidak bersedih lagi itu juga tidak bisa memastikan kalau kau baik-baik saja. Aku harus menemuimu. Aku harus bisa melihat kau tersenyum dari jarak sedekat-dekatnya. Aku harus bisa menenangkanmu melalui pelukan-pelukanku dan aku harus bisa memastikan kalau kau baik-baik saja melalui genggaman tanganku."
"Zayn--"
"Sekarang aku akan menghubungi taksi langgananku untuk menjemputmu. Kamu jaga diri baik-baik ya sampai aku kembali. Jangan lupa ganti pakaian menjadi pakaian hangat dan yang paling penting jangan lupa untuk makan malam. I love you, Nadine."
"Zayn.."
"Hmm?"
"I love you, too."
Nadine pun memutuskan sambungan telpon dan memesan sebuah menu makan malam sederhana. Ia memilih duduk di tengah ruangan agar Ia bisa memastikan bahwa jika terjadi sesuatu padanya seluruh orang akan menolongnya. Lagi-lagi ponsel Nadine bergetar. Sebuah pesan singkat dari nomor tidak diketahui.
"Hai, Ntik.
Sepertinya malam ini kamu tidak bisa tidur di rumahmu.
Maksudku. Malam ini dan seterusnya. Mungkin.
Good night, Love x"[COMMENT PLEASE AKU BUTUH COMMENT T_T]

KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Scenes // malik
Hayran Kurgu✅ Completed [2016] Cerita Nadine tidak berhenti sampai situ. Cerita tentang ia dan Zayn. Cerita tentang hubungan mereka. Cerita tentang kepribadian Zayn. Cerita tentang perjuangan yang tiada henti. Cerita tentang awal dari sebuah perjalanan.