"Jadi begini, Nad," ucap Zayn pelan. "Nad, ih, dengerin aku."
Nadine yang sedang sibuk dengan ponsel barunya hanya menoleh dan mengangguk.
"Nad, kamu mau aku ceritain atau nggak sih sebenernya?"
Lagi-lagi Nadine hanya menoleh dan mengangguk. Namun sejurus kemudian Zayn langsung mencubit pipinya gemas dan mengecup bibirnya.
"Aku lapar tau," ucap Nadine sambil melipat kedua tangannya ke dada.
"Bukannya bilang daritadi."
"Aku kira kamu bakalan peka."
"Jih, kamu kira aku cowok apaan yang harus selalu peka sama kode pacarnya. Kamu kira aku intel atau mantan anak pramuka yang kerjaannya mainin sandi morse."
Nadine terkekeh malu. "Iya deh, Sayang. Maafin aku ya. Aku mau mau dengerin cerita kamu, tapi aku maunya kita makan dulu."
"Kamu maunya kita makan apa?" tanya Zayn.
"Makan apa aja deh, asalkan kenyang. Biar aku bisa fokus dengerin cerita kamu juga."
Kekasih Nadine seketika terdiam beberapa detik sambil memainkan alis tebalnya. Namun seketika itu pula Ia mengambil jaketnya dan melangkah menuju ambang pintu.
"Kamu tunggu di sini aja ya, Sayang. Biar aku yang beliin makanan. Kalau ada orang yang nggak dikenal, tolong ya jangan diajak ngobrol atau diajak masuk. Kalau ada orang nggak dikenal maksa masuk ke kamar kamu sembunyi di lemari pakaian aja ya atau di kolong kasur. Terus kalau emang masih sempet buat ngabarin aku, tolong telpon. Pasti bakalan aku angkat kok. Hati-hati ya."
Zayn pun pergi dan menghilang dari pandangan Nadine. Sementara itu Nadine yang baru saja mendengar perkataan Zayn langsung sigap mengunci semua akses pintu masuk dan menutup tirai jendela serta mematikan televisi.
Ia siaga. Lebih tepatnya Ia panik dan ketakutan. Perkataan Zayn yang mungkin hanya berupa rangkaian kata-kata biasa yang dimaksudkan sebagai rasa perhatian dan kasih sayang untuk kekasihnya malah menjadi perkataan ancaman yang seketika bisa terjadi tanpa ada tanda apapun.
Sementara itu, Zayn berhenti di sebuah distro dan membeli beberapa topi, kacamata hitam, serta jaket hitam untuknya dan Nadine. Ia juga membeli beberapa pasang baju dan celana.
Sebuah kacamata dan topi Ia kenakan agar orang-orang mencurigakan tidak bisa mengenalinya. Zayn juga memastikan dirinya sudah mematikan GPS pada ponsel dan mobilnya.
Zayn yang sudah bersiap siaga dengan caranya sendiri malah membuat Nadine panik dengan mencari-cari benda yang bisa Ia jadikan alat pertahanan diri. Gadis itu menelusuri semua bagian rumah sewaan mereka dari mulai kamar hingga ke garasi. Namun Ia hanya menemukan sebuah pemukul bola kasti dan semprotan merica.
"Setidaknya ini sudah cukup. Aku tidak bisa menjadikan pisau sebagai alat pertahanan diri karena itu sangat berbahaya dan bisa membunuh orang," gumam Nadine sambil menggelengkan kepalanya.
Dibukanya pintu restoran pinggiran kota yang cukup ramai oleh pengunjung. Zayn melangkahkan kedua kakinya dan mengantri di depan kasir.
Matanya terus memerhatikan setiap sudut ruangan tanpa henti. Zayn merogoh saku celananya dan membuka ponsel namun tidak ada satu pesan pun dari Nadine.
"Selamat Siang, makan di sini atau dibawa pulang?" sapa seorang pelayan.
"Dua porsi spaghetti, dan dua fresh milk with tiramisu. Semuanya dibawa pulang," ucap Zayn.
"Oke, ini bill-nya. Silahkan menunggu di sebelah kiri, Pak."
Zayn mengangguk dan tersenyum. Berbeda halnya dengan Nadine yang hanya duduk terdiam sekitar setengah jam lamanya.
Waktu terus berjalan. Zayn masih menunggu pesanannya dan Nadine menunggu kekasihnya kembali ke rumah. Tiba-tiba pendengaran Nadine menangkap suara sebuah mobil yang berhenti di depan rumahnya. Karena rasa penasaran Nadine mencoba untuk mengintip di balik tirai dapur yang lokasinya tidak akan ketahuan oleh sang pengemudi.
Cepat-cepat Nadine mengirimkan Zayn pesan singkat. Namun pada detik itu pula Zayn sedang berada dalam keadaan genting. Ia menemukan kawan-kawan Joe baru saja masuk ke dalam restoran.
Dengan cepat Zayn mengambil pesanan dan meninggalkan uang kembaliannya. Namun Ia mencoba untuk tetap tenang agar tidak terlihat mencurigakan.
Nadine terus mengamati sebuah mobil sedan hitam di depannya sambil mengayun-ayunkan pemukul kasti yang sedang Ia pegang.
Kekasih Nadine dengan cepat masuk ke dalam mobilnya dan pulang menuju rumah tanpa membuka ponselnya sama sekali. Padahal beberapa menit sekali Nadine melirik ponselnya untuk memastikan bahwa Zayn membalas pesan singkatnya.
Siapa sangka sang pengemudi yang mengenakan jaket serta kacamata hitam turun dari mobilnya dan melangkah menghampiri rumah sewa Nadine dan Zayn. Ia mengetuk pintu rumah dan sesekali menerikan kata "permisi!"
Nadine yang sudah tidak tahu harus apa langsung menelpon kekasihnya.
"Zayn, ada yang mengetuk pintu rumah," bisik Nadine.
"Eh? Siapa?"
"Aku tidak tahu, Ia memakai jaket dan kacamata hitam. Aku tidak berani membukakan pintu."
"Tunggu, Nadine. Aku akan sampai dalam beberapa menit lagi."
Sambungan telpon pun terputus dan suara ketukan terdengar semakin keras. Sudah tidak terdengar lagi teriakan lelaki itu namun yang terdengar sekarang adalah ucapan-ucapan yang membuat bulu kuduk Nadine berdiri.
"Aku tau kau berada di dalam, Zayn. Bukalah. Aku tidak akan melakukan apa-apa," ucap lelaki itu. "Oh, apakah itu kau Nadine? Ayolah, buka. Aku tidak akan macam-macam."
Zayn terus menancap gasnya dan menerobos beberapa lampu merah. Namun Ia diselamatkan dengan CCTV lalu lintas yang mati dan tidak adanya polisi atau pun mobil lain yang melintas.
"Nadine, ayolah. Aku ingin masuk. Aku haus.
Telapak tangan Nadine sudah berkeringat. Pegangan pemukul kasti yang Ia pegang semakin licin.
"NADINE!" teriak lelaki itu.
Ia melangkah pelan-pelan menuju kamar tidur. Sementara itu Zayn terus menerus menekan klakson mobil dengan penuh emosi.
Zayn pun keluar dari mobilnya dan mendobrak pintu rumah. Ia menemukan Nadine terdiam kaku di sebelah Joe yang tidak sadarkan diri.
"Nadine, ayo!"
Zayn menarik tangan Nadine dan pergi meninggalkan rumah.
"Kali ini, aku berjanji aku akan bercerita sesudah kita sampai di bandara."
"Kita ingin pergi ke mana, Zayn?"
"Kampung halamanku."
●●●●●
LONG TIME NO SEE!
Sumpah aku sibuk banget, sorry ya. Sekalinya ada waktu luang pasti aku manfaatin buat istirahat karena sehari-hari aku nggak bisa tidur cukup.Tugas, ulangan, hapalan, remedial membunuhku banget. Kalau aku ada waktu nih, tapi aku nggak janji ya, aku bakalan update lagi nanti malem. Itu pun kalau tugas buat besok udah selesai sih hehe.
Semoga ga pada bosen ya nunggu aku!
Kalau mau lebih deket sama aku kalian bisa tanya-tanya aku lewat ask.fm ya usernamenya shafauliaa.
See you!

KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Scenes // malik
Fanfiction✅ Completed [2016] Cerita Nadine tidak berhenti sampai situ. Cerita tentang ia dan Zayn. Cerita tentang hubungan mereka. Cerita tentang kepribadian Zayn. Cerita tentang perjuangan yang tiada henti. Cerita tentang awal dari sebuah perjalanan.