"Ceritakan."
Nadine menarik lengan Zayn untuk duduk di sampingnya. Mereka sudah sampai di sebuah kota kecil gersang dengan mobil setelah berkendara berjam-jam lamanya. Zayn yang menyetir sebenarnya tidak tahu mereka mengarah ke sebuah tempat apa, namun Ia bisa memastikan bahwa kota tersebut aman dan jauh dari sekumpulan anak-anak menyebalkan.
"Cerita? Apa yang harus aku ceritakan?"
Nadine menghela napas. "Cerita mengenai Joe, Zayn."
"Jadi begini.. Jadi, hmm, Joe itu teman lama kita SMA. Joe itu berjenis kelamin laki-laki yang punya kepala, hidung, mata, bibir, telinga, rambut, tangan, kaki, perut, pinggang, punggung, jari-jari kaki dan tangan, organ dalam dan semua itu bohong. Tidak, aku hanya bercanda. Joe itu orang."
"Zayn, ayolah. Serius. Aku bertanyanya serius loh."
"Lah, tadi itu aku serius Nadine," ucap Zayn sambil menyerngitkan dahinya.
"Ih, kamu mah."
Zayn terkekeh. "Emangnya semua ini nggak terlalu cepat buat kamu?"
"Kenapa memang kalau misalkan terlalu cepat untukku?" tanya Nadine sambil menaikkan alisnya.
"Aku hanya takut kau shock. Aku takut kamu ketakutan. Aku takut Nadineku akan berubah dan yang paling penting aku takut kalau kau akan--," ucapan Zayn terhenti.
"Akan apa?"
"Hmm, sudahlah. Lupakan."
"Ah, ayolah, Zayn! Kenapa kau selalu menutupi semua kejadian di masa lalu sih. Kamu tega mau aku diteror terus sama sekumpulan orang gila itu?" suara Nadine meninggi.
Zayn menghela napas. Menatap Nadine lekat-lekat sebelum akhirnya Ia membuang pandangan itu ke sisi lain kota. "Aku takut kau akan meninggalkanku."
Bola mata Nadine membulat sepertinya gadis itu terkejut. "Coba kau ulangi lagi dengan suara yang lebih kencang?"
"Nadineku tersayang, aku takut kau akan meninggalkanku."
"Kenapa aku harus meninggalkanmu? Kenapa kau berkata seperti itu? Kenapa?"
"Karena semakin kau genggam erat sebuah balon, maka peluang tangan kau berkeringat akan lebih besar yang membuat peganganmu licin dan akhirnya balon yang kau pegang terlepas."
Gadis di sebelah Zayn itu memutar bola matanya. "Tolong dengan bahasa yang aku mengerti, Cinta."
"Ih, maksudku itu semakin kau sayang sama seseorang maka presentase orang itu akan meninggalkanmu akan bertambah. Sebenernya nggak nyambung juga sih, ya, kan biar keliatan keren aja."
"Tapi aku kan serius," kata Nadine.
"Aku juga."
"Aku lebih serius dari kamu."
"Aku lebih lebih serius dari kamu."
"Nggak, aku yang lebih lebih lebih serius dari kamu."
"Aku maunya aku yang lebih serius."
Nadine menoleh ke arah Zayn, begitupula sebaliknya. Mereka memandang satu sama lain. Memperhatikan pupil mata pasangan mereka membesar dan mengecil.
"Love you," ucap mereka bersamaan.
●●●●●●●●●●●●●
maaf ya chapternya pendek. Mau bikin chapter unyu2 aja dulu ah, biar ceritanya nggak berat2 amat. oh iya, makasih ya buat 1.5k followersnya! ily
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Scenes // malik
FanfictionCerita Nadine tidak berhenti sampai situ. Cerita tentang ia dan Zayn. Cerita tentang hubungan mereka. Cerita tentang kepribadian Zayn. Cerita tentang perjuangan yang tiada henti. Cerita tentang awal dari sebuah perjalanan. Copyright © 2015 by shafau...