Sinar mentari menyelinap masuk ke dalam pori-pori tirai putih halus berhiaskan miniatur kipu-kupu di setiap sudutnya. Lebah madu sudah kembali bekerja mencari bunga cantik yang sedang mekar, sedangkan Nadine baru saja terbangun dari tidur malamnya.
Gadis itu tersenyum dengan mata coklatnya sambil mengintip di balik selimut putih tebal. Badannya terasa lemas, kantung matanya menghitam dengan kelopak yang membengkak. Semalaman Ia menangis, mengingat lagi sebuah kenangan itu.
Tak selamanya Nadine Jolie adalah seorang wanita kuat dan perkasa, tahan banting melawan kerasnya hidup walaupun hatinya selalu menangis dihujam rasa sakit. Namun kali ini Ia kembali merindukan sosok Niall. Sosok yang selama ini selalu mewarnai hari-harinya.
Ponsel Nadine berdering keras hingga memekakan telinganya. Ia segera turun dari tempat tidurnya dan mengangkat telepon.
"Halo, siapa di sana?"
"Nad."
Nadine terdiam selama beberapa detik sebelum akhirnya Ia menyadari siapa yang ada di seberang sana.
"Z-zayn?"
"Rupanya kau mengenal suaraku. Tadinya jika kau tidak mengingat suaraku, maka aku akan berpura-pura menjadi orang gila yang mendapatkan telepon seluler dari langit."
"Zayn, jangan bercanda." Nadine bisa mendengar suara tawa lawan bicaranya.
"Iya iya, Sayang."
"Kau ada keperluan apa?"
"Hm, paket ku sudah sampai belum?"
"Paket apa? Memangnya kau mengirim paket untukku?"
"Iya. Kau sudah membukanya?"
"Aku saja tidak tahu jika kau mengirimiku paket. Sebentar aku ambil dulu."
"Eh, tidak, nanti saja. Sekarang aku ingin melepas rinduku padamu, Nadine."
"Baiklah."
Mereka pun akhirnya berbincang-bincang sekitar satu jam lamanya. Zayn yang antusias sejak pertama kali mendengar suara Nadine pun akhirnya terpaksa menutup telepon karena harus mengantar ibunya ke rumah sakit.
Nadine pun menghela napas panjang dan kembali merebahkan dirinya ke kasur. Ia merasa seperti ada yang mengganjal, entah perasaannya kepada Niall atau kepada Zayn.
Mari kita bahas ini perlahan-lahan. Niall, mantan kekasih Nadine yang sangat Ia cintai. Apapun akan Nadine lakukan demi kekasihnya itu. Ekspektasi gadis tersebut yaitu menikah dengan Niall dan memiliki dua orang anak yang tampan dan cantik, namun hal tersebut ternyata bagian bukan jalan hidup Nadine. Perlahan-lahan ekspektasi manis itu terhapus oleh buliran-buliran air mata membentuk sebuah realita pahit. Niall harus tutup usia ketika Ia masih menginjak Sekolah Menengah Atas.
Zayn, kekasih barunya. Pria yang memiliki hubungan darah dengan Niall ini ternyata berbanding terbalik dengan Niall. Walaupun Zayn romantis, Ia sedikit kasar dan tidak perasa. Pertanyaannya sekarang adalah apakah Nadine benar-benar mencintai Zayn dan sudah melupakan Niall seutuhnya?
Matahari sudah mulai terik. Kendaraan pun sudah berlalu lalang. Aktifitas orang-orang mulai sibuk sedangkan Nadine masih memakai piyama. Ia pun bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju kotak pos.
Ada sebuah kotak biru dengan pita putih di atasnya. Dua buah buku terselip di dalamnya.
Nadine pun kembali ke dalam rumahnya dan membaca kedua buku tersebut.
"Hah?"
Tanpa basa-basi lagi, Nadine langsung membaca sebuah catatan kecil yang menempel di salah satu sampul buku.
"Nadine, buku ini merupakan buku 'Sherlock Holmes' yang engkau dambakan. Namun sampul bukunya telah Niall sobek dan dijadikan sampul buku 'The Sweetest Thing'. Sedangkan buku yang bersampul coklat itu, ya, anggap saja buku itu merupakan jawaban dari semua pertanyaan-pertanyaanmu. Jangan lupa dibaca ya!"
Nadine membuka halaman pertama buku coklat tersebut dan ada sebuah sketsa wajah Zayn dengan tulisan kecil di bawahnya : "Buka aku jika kau sudah siap untuk mengetahui semuanya. Ps. Jangan menangis, ok?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Scenes // malik
FanfictionCerita Nadine tidak berhenti sampai situ. Cerita tentang ia dan Zayn. Cerita tentang hubungan mereka. Cerita tentang kepribadian Zayn. Cerita tentang perjuangan yang tiada henti. Cerita tentang awal dari sebuah perjalanan. Copyright © 2015 by shafau...