Nadine merebahkan diri ke kasur empuk yang sudah lama ia tinggalkan. Rupanya tempat tinggalnya sudah terlihat tak terurus semenjak terakhir kali ia menetap di sana. Rombongan semut hilir mudik menghiasi dinding putih rumahnya. Aroma busuk dari sampah mulai memenuhi atmosfer rumah gedongan itu.
Hatinya cemas dan terasa hampa secara bersamaan. Diliriknya jam yang berdenting, membuatnya mengingat Zayn yang saat ini belum ada kabar. Banyak hal yang harus ia lakukan sebelum Zayn kembali, satu diantaranya yaitu membersihkan dan membuat dirinya kembali bahagia.
Nadine menghela napas dalam-dalam. Sudah waktunya ia bangkit dan melupakan hal-hal buruk yang terjadi dalam waktu dekat ini. Tidak hanya itu, ia juga harus memantau perkembangan laporannya kepada polisi setempat.
"Hari ini akan menjadi hari yang panjang," ucap Nadine kepada dirinya sendiri.
Ia bangkit dari tempat tidur, melangkah menuju dapur hendak mengambil sisa makanan yang masih bertahan. Tidak dihiraukannya bau busuk yang ditimbulkan dari sampah yang sudah hampir membusuk. Piring kotor juga menumpuk di atas wastafel, tapi Nadine tetap saja tidak peduli. Yang ia pikirkan hanya bagaimana cara dia untuk tetap bisa mendapat makanan dan bertahan hidup.
Suntuk. Lelah. Kecewa. Tiga kata yang bisa menggambarkan perasaan Nadine saat ini. Suntuk karena menunggu kabar dari Zayn yang tidak kunjung tiba. Lelah dengan keadaan yang tak kunjung membaik. Kecewa karena persediaan makanan habis dengan sendirinya.
Terpaksa perempuan itu harus pergi ke supermarket terdekat.
Nadine melirik jaket Zayn yang sengaja Zayn tinggalkan saat pertama kali mereka pacaran. Sengaja. Itu alasan laki-laki tersebut ketika ditanya mengapa ia tidak ingin perempuan itu mengembalikan jaketnya.
Diraihnya jaket tersebut, lalu ia mengenakan jaket yang masih terlipat rapi di sofa ruang tamu—terakhir Zayn ke sini ia sempat mengambilnya dan lupa untuk ditaruh kembali ke tempatnya.
"Aku harus bisa keluar," ucapnya, "tanpa harus khawatir dengan orang-orang yang berada di sekitarku."
Ia menghela napasnya. Kemudian melangkah ke luar, menghirup udara segar dan berusaha menikmati kehidupannya. Menatap lingkungan sekitar, rindu pertama kali yang ia rasakan.
Pepohonan rindang menyapanya, membuat perempuan yang baru saja menginjakkan kakinya di tanah tersenyum. Ia kembali melangkah sambil sesekali melirik keadaan sekitar.
Dedaunan mengeluarkan bunyi merdu ketika Nadine tak sengaja menginjaknya. Beberapa helai rambutnya tertiup angin membuatnya menyelipkan helaian-helaian itu ke belakang telinganya.
"Nadine."
Yang dipanggil menoleh ke belakang. Mendapati seorang polisi muda sedang membawakan makanan untuknya.
Ya Tuhan.
Nadine terkekeh melihat lelaki di hadapannya terlihat lebih lelah dibandingkan kemarin saat ia bertemu dengannya pertama kali.
"Ada perkembangan apa, Fred?" tanya Nadine-secara tidak langsung membuat Fredie menyerngitkan dahinya.
"Aku hanya membawa satu kabar bahagia," jawabnya enteng.
Seketika terdapat goresan kesenangan di wajah Nadine. "Kabar apa?"
"Kabar kalau," ucapannya terputus kala Fredie menemukan Nadine terlihat sangat senang, "aku membawakanmu sebungkus makanan?"
Jawaban Fredie yang menggantung membuat Nadine menaikkan alisnya sebelah. "Bagaimana dengan Zayn?"
"Masih dalam proses." Fredie menghela napasnya, lalu memberikan sebungkus makanan yang ia bawa. "Lebih baik kau kembali ke rumah. Akan aku kabarkan kalau ada perkembangan lebih lanjut."

KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Scenes // malik
FanficCerita Nadine tidak berhenti sampai situ. Cerita tentang ia dan Zayn. Cerita tentang hubungan mereka. Cerita tentang kepribadian Zayn. Cerita tentang perjuangan yang tiada henti. Cerita tentang awal dari sebuah perjalanan. Copyright © 2015 by shafau...