Six

976 179 22
                                    

"Ya, mari kita tutup kelas hari ini."

Nadine menghela napas ketika dosennya menutup mata kuliah yang paling suntuk selama Ia berkuliah di kampusnya.

"Nad, jangan lupa datang ya ke rumah nanti malam. Jangan lupa dress-nya harus hitam ya!"

Nadine mengangguk. "Iya, Trisya."

Nadine melangkahkan kakinya keluar kelas dan menerbarkan pandangannya ke arah kantin kampus. Ia berharap bahwa ada tempat duduk yang kosong.

"Ah, ada yang kosong," gumamnya.

Gadis itu segera mempercepat langkahnya dan mendaratkan bokongnya di salah satu kursi empuk. Ia meninggalkan tas serta map pelajarannya dan berjalan menuju sebuah stand makanan favoritnya, nachos.

"Terima kasih."

"Sama-sama, Nona."

Nadine berjalan menuju mejanya dan mulai melahap nachos tersebut.

"Nadine, nanti malam aku jemput ya?" ucap seorang lelaku berpostur tinggi.

Nadine segera menoleh ke arahnya. "Boleh."

Terlihat selintas kesenangan di raut wajah lelaki itu. "Oke, jam 7 ya.

"Siap, Joe!"

Setelah menghabisi makanannya. Ia kembali melangkahkan kakinya, menuruni tangga kampus dan menunggu taksi di depan halte sendirian. Sambil menunggu taksi datang, gadis itu mengeluarkan buku bersampul coklat dari dalam tasnya. Ia membuka halaman-halaman tersebut secara acak, tapi Ia tetap bisa mengerti apa maksud dari barisan kalimat-kalimat yang tercantum.

Sayangnya, Nadine tiba-tiba berhenti bergumam ketika Ia menemukan sebuah link youtube yang tertera di antara foto selfie dirinya bersama dengan Niall.

"Link apa ini?" ucap Nadine pelan.

Ia pun segera mengambil ponselnya dari dalam tas dan membuka website serta memasang earphone. Dengan lincah jari-jemarinya menari di atas keypad menulis link yang tertera di atas kertas itu.

Sial, batinnya. Koneksi internet yang buruk tidak memungkinkan Nadine untuk memutar sebuah video yang muncul di layar ponselnya.

Akhirnya Ia pun segera pergi ke cafe terdekat agar bisa memakai WiFi. Nadine sengaja mengambil tempat duduk yang berada di sudut ruangan agar Ia bisa fokus kepada video tersebut.

"Hai."

"Nadine apakah kau ada di sana?"

Nadine mengangguk terharu ketika Ia melihat Niall yang masih segar bugar sedang tersenyum di hadapannya.

"Apa kabarmu? Semoga baik-baik saja."

Sejurus kemudian Niall terdiam dan menatap Nadine sambil menggigit bibir bawahnya. Ia terlihat sangat gugup.

"Aku ingin menyampaikan sesuatu padamu. Sebelumnya maafkan aku karena telah meninggalkanmu sendirian di sana dan tidak bisa menemani hari-harimu lagi."

Sekarang giliran Nadine yang menggigit bibir bawahnya sambil meremas baju serta mengeraskan volume suara.

"Sudah lama sebenarnya aku ingin mengatakan ini semua, tapi aku takut kalau kamu tidak bisa menerimanya, jadi aku memutuskan untuk berdiam diri dan menuliskan itu semua di buku yang aku berikan kepadamu.

"Sungguh, sebenarnya aku juga tidak tega untuk meninggalkanmu sendirian, tapi melihat semua hasil kemoterapiku tidak ada yang berefek baik jadi lebih baik aku menunggu malaikat untuk mencabut nyawaku.

"Jangan salah paham dulu. Memang terkesan bahwa aku tidak ada semangat untuk hidup atau lebih memilih untuk mati daripada berjuang melawan kankerku. Tidak seperti itu kenyataannya.

"Aku sudah berjuang melawan penyakit ini. Dari mulai kemo hingga mencari berbagai macam pengobatan alternatif, namun aku tetap tidak bisa mengubah takdirku.

"Maafkan aku, Nadine. Lagi pula aku sengaja membuat video ini jauh-jauh hari sebelum aku kemo untuk terakhir kalinya. Aku sengaja menyuruh Zayn untuk memberikannya kepadamu ketika aku sudah tiada. Ku harap Zayn menepati janjinya.

"Iya, dia berjanji agar menjagamu ketika aku sudah tenang di alam sana. Ah, rasanya aku ingin memutar waktu daripada harus menerima kenyataan ini.

"Oh iya, sehabis kau menonton video ini. Aku sarankan untuk terus membaca buku yang Zayn berikan. Sebenarnya buku itu ku tulis sendiri tapi aku meminta bantuan sepupuku itu agar bisa menghias bukunya menjadi lebih baik."

Tak terasa air mata sudah menggenang di pelupuk mata Nadine.

"Nadine, aku menyayangimu sampai kapan pun. Aku ingin terus menjalani hari-hariku bersamamu tapi apa daya aku tidak bisa. Aku tidak bisa berada di sampingmu ketika kau kesusahan. Aku tidak bisa menyemangatimu ketika kau bersedih. Aku pun tidak bisa merayakan kebahagiaanmu ketika kamu sukses. Tapi Nadine ada yang harus kau camkan bahwa aku akan terus mengawasimu dari surga sana."

Nadine melepaskan sebelah headset-nya karena merasa sudah tidak kuat.

"Aku mencintaimu."

[butuh komen apapun itu berupa kritik, saran atau cuman sekedar mau fangirl!]

Behind the Scenes // malikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang