Zayn sedang terdiam membaca surat kabar dengan serius. Hari ini tepat tiga puluh tahun setelah dirinya keluar dari penjara. Berbeda dengan dirinya yang dulu, kini Zayn terlihat lebih bahagia dengan keluarga barunya.
"Pa."
Lelaki itu menoleh, tersenyum, membuat garis matanya yang lelah tampak begitu jelas. "Apa, Er?"
Xavier yang sedang terdiam itu tersenyum. Menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, namun kembali terdiam ketika ibunya muncul di balik pintu.
"Sama papa sendiri kok malu," ledek Nadine. Ia menghampiri anak sulungnya itu. "Bilang aja. Nggak akan dimarahin kok sama papa."
"Jadi gini, Pa," Xavier membuka mulutnya. "Aku ditawarin ikut kejuaraan."
Dahi Zayn menyerngit. "Kejuaraan apa?"
Xavier mengetuk jari telunjuknya ke atas meja. Gelisah. Satu kata yang bisa menggambarkan lelaki remaja itu. "F1."
Zayn yang mendengar hal itu langsung menurunkan kacamatanya. Lekas mengambil secangkir kopi dan terkekeh renyah. "Sejak kapan kamu suka sama mobil?"
"Sejak, hmm, sejak aku punya pacar."
"Hah?" Lelaki yang tahun ini genap berusia lima puluh tahun itu langsung menoleh ke arah istrinya. "Sejak kapan?"
"Sejak kamu sibuk kerja, Sayang." Nadine langsung menghampiri Zayn dan mengecup dahinya. "Makanya, punya anak diperhatiin."
"Emangnya pacar kamu anak mana, Er?"
Xavier terkekeh. "Anak F1 juga."
***
Euforia penonton terdengar saat pertama kali menginjak pintu masuk stadium. Pertandingan balap dunia bergengsi membuat Xavier yang sedari tadi hanua tersenyum lebar kepada wartawan yang menunggu kehadiran para peserta.
"Senyum terus, nggak haus?"
Xavier yang mendengar hal itu, langsung berbalik dan menemukan perempuan berbalut baju balap lengkap dengan helm yang dipegangnya sedang tersenyum geli.
"Denada!" Lelaki itu langsung memeluk perempuan di hadapannya. "Udah daritadi?"
"Apanya?"
"Sampainya."
"Oh." Denada melepaskan pelukannya dan langsung mengangguk pelan. "Mama sama papa kamu mana?"
"XAVIER!"
Yang dipanggil hanya menoleh dan langsung terkekeh ketika pahlawan kesukaannya datang dengan asisten setia di belakangnya bersama anak perempuan kecil yang sedang tidur di pelukannya.
"Apa, Pa?"
"Udah papa bilang nggak usah peluk-peluk anak orang!"
Nadine yang di belakangnya hanya bisa tertawa saat melihat calon pembalap di hadapannya disentil suaminya di bagian dahi. "Itu pacarnya tau."
"Eh?"
"Hai, Om. Kenalin nama aku Denada, aku pacarnya Xavier." Denada mengulurkan tangannya dan sambil tersenyum ramah.
Zayn yang di hadapannya hanya bisa menyerngitkan dahi sambil menerima jabatan tangan Denada. "Kok mirip kamu masih muda sih, Nad?"
"Masa sih?"
Xavier langsung melotot. "Cantikan mama kali."
Denada langsung menoleh dan mencubit lengan Xavier. "Rese!" Setelahnya perempuan itu langsung meninggalkan Xavier yang jelas-jelas masih meringis kesakitan.
"Eh? Nada!"
"Namanya juga anak muda," ucap Zayn dan Nadine bersamaan.
***
28 Februari 2016.
13.35 WIBSELESAI SUDAH.
Ini epilog terpendek sepanjang sejarah mungkin. Sengaja. Kalau panjang-panjang ntar pada ketagihanTerima kasih buat semuanya yang dari awal sampai akhir setia baca cerita ini walaupun akunya lama banget update cerita dan sekalinya update pendek abis minta digorok chapternya.
Berakhirnya cerita ini sama aja kaya berakhirnya aku bikin fanfiction. Karena jujur, aku emang udah nggak fangirling lagi. Gimana dong?
Ada pertanyaan yang harus banget kalian jawab!
1. Menurut kalian, cerita ini gimana sih?
2. Apa hal terjengkel yang kalian rasain selama baca cerita ini?Buat kalian yang masih pengen liat aku bikin cerita bisa cek cerita aku ya judulnya "Fajar dan Senja". Itu teen fiction, dijamin seru kok!
Buat kalian juga bisa kok request pengen aku bikinin cerita apa, tapi kalau bisa jangan fan fiction ya he he he.
LOVE YOU!
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Scenes // malik
FanfictionCerita Nadine tidak berhenti sampai situ. Cerita tentang ia dan Zayn. Cerita tentang hubungan mereka. Cerita tentang kepribadian Zayn. Cerita tentang perjuangan yang tiada henti. Cerita tentang awal dari sebuah perjalanan. Copyright © 2015 by shafau...