"Hai, Sayang."
Sepasang mata coklat itu menangkap senyuman manis yang terpancar dari tatapan pasangannya itu. Sudah sebulan mereka menjalin hubungan yang tak biasa. Ya, Nadine dan Zayn merupakan sepasang kekasih.
"Hai juga, Sayang," jawab Nadine sambil membalas senyuman Zayn.
Sudah sebulan lamanya Zayn berjanji untuk membantu Nadine melupakan isi hatinya dan inilah maksud dari semua itu.
Zayn mengecup dahi Nadine dan merangkulnya. "Hari yang cerah. Kamu ada acara apa hari ini?"
Nadine menggelengkan kepalanya. "Hanya berdiam diri di dalam kamar. Memangnya kenapa?"
"Tidak, hanya ingin menikmati kesejukan malam nanti bersamamu. Mau kan?"
Nadine tersenyum. "Jemput saja aku di rumah. Oh iya, tapi itu pun jika kau berani menghadapi pamanku."
"Pamanmu berkunjung? Pamanmu yang galak itu?"
"Ya, pamanku. Bagaimana? Jadi nanti malam kita jadi berjalan-jalan?"
Zayn terdiam. "Pasti, aku kan gentle. Oh iya, aku punya sesuatu untukmu," ucapnya sambil merogoh saku kanannya.
"Sesuatu? Apa itu?"
"Tutup matamu."
"Tidak."
"Sudah tutup saja."
"Tidak mau."
"Tutup, Cantik."
"No."
Zayn pun langsung mengecup pelan bibir Nadine dan melepaskannya dalam sekejap. "Sekarang tutup ya matanya, Tuan Putri?" mohon Zayn.
Nadine menghela napas dan akhirnya menutup matanya, sedangkan Zayn sedang berjalan ke arah Nadine dengan membawa sebuah bingkisan.
"Ayo, buka matanya," ucap Zayn.
Perlahan bola mata coklat Nadine pun mulai terlihat kembali.
"Wah! Apa ini?" tanya Nadine sambil menerima sebuah kotak besar dari dekapan Zayn.
"Buka saja."
"Bukan ular kan?"
"Gila saja."
"Bukan tikus kan?"
"Jangan bercanda."
Deretan gigi Nadine membentuk sebuah cengiran dan menatap Zayn dengan bola mata lucu bikinannya. "Aku buka ya?"
Zayn mengangguk perlahan. "Buka saja."
Perlahan tangan Nadine membuka tutup kotak tersebut namun Ia malah menutupnya kembali.
"Deg-degan nih."
"Tidak ada apa-apanya kok. Buka saja."
"Baiklah."
Nadine pun membuka kotak tersebut namun siapa sangka, ternyata isi dari kotak tersebut merupakan sebuah kenangan yang tidak ingin Nadine ingat kembali.
Sekuntum mawar merah dengan catatan kecil di sampingnya. Catatan itu berbunyi : "Aku akan membawamu kembali ke masa-masa lampau. Masa-masa di mana aku masih menjadi penggemar rahasiamu. Aku akan menjelaskan semuanya, tapi aku mohon jangan menjauh hanya karena ini semua. Aku benar-benar akan membantumu, Nadine."
Nadine terdiam kaku. Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Namun perlahan bola matanya itu melirik sosok tegap di sampingnya.
"Aku akan pergi besok pagi ke kampung halaman dan tidak akan kembali selama dua bulan lamanya tetapi aku akan tetap membantumu melalui bingkisan pertama," ucapan Zayn terhenti ketika Ia menghela napas, "bingkisan ini adalah pemberian dariku. Sewaktu itu aku senang sekali bermain ke rumah Niall dan menemukan fotomu dan dia di atas meja tidurnya."
"Semakin lama aku semakin sadar bahwa wajahmu itu ternyata menarik perhatianku dan secara diam-diam aku mencari di mana tempat tinggalmu, nomor ponselmu dan namamu. Oleh karena itu, aku sering sekali menginap di rumah Niall."
"Semakin aku dekat dengannya semakin dekat pula dirinya dengan diriku, hubungan kami semakin membaik dan Ia jadi senang menginap di rumahku."
"Oleh karena itu kau menemukan beberapa kejanggalan saat bermain di rumahku."
Nadine masih diam dalam posisinya yang semula. "Tapi kenapa?"
Zayn menaikkan kedua bahunya secara bersamaan. "Aku juga tidak tahu."
"Kau akan pulang ke mana?"
"Kampung halaman."
"Tapi bagaimana dengan janji-janjimu itu?"
"Aku akan tetap membantumu dari kejauhan."
"Kau akan pergi selama dua bulan?"
"Ya, apakah kau memperbolehkanku?"
Nadine mengangguk secara perlahan. "Ya, tapi jangan heran jika sifatku berubah ketika kau kembali ke sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Scenes // malik
Fiksi PenggemarCerita Nadine tidak berhenti sampai situ. Cerita tentang ia dan Zayn. Cerita tentang hubungan mereka. Cerita tentang kepribadian Zayn. Cerita tentang perjuangan yang tiada henti. Cerita tentang awal dari sebuah perjalanan. Copyright © 2015 by shafau...