10. Kedatangan sang ibu

99 103 9
                                    

HAI HAII

Typo bertebaran mohon di maklumi ya guys 🙏🏻
.
.
.
...

HAPPY READING

Eyli bak diterjang ombak yang seketika menggoyahkan keyakinannya, hatinya mulai terbuka mengenai ketulusan.

Sedikit demi sedikit ia mulai merasakan bahwa sikap Rayyan membuktikan bahwa orang yang tulus itu ada dimuka bumi ini, Eyli merasa bersalah akan sikapnya pada Rayyan dan tuduhannya terhadap Rayyan selama ini.

Eyli terus termenung di ruangan yang sederhana itu yaitu tempat tinggal nya selama ini tepatnya disebuah meja belajar di kamarnya dengan memegang sebuah buku pelajaran namun tak membacanya karena terbawa oleh pikirnya.

Eyli terus saja memikirkan jasa Rayyan ia merasa bahwa orang yang tidak tulus menolong orang lain tidak akan pernah mau melukai dirinya sendiri untuk orang lain walau tujuannya untuk pencitraan tapi berbeda dengan Rayyan bahkan saat ia sudah tidak berdaya.

dia masih rela menyelamatkan eyli dengan menggenggam pisau tajam hingga tangannya berdarah. Pikirnya meronta-ronta antara dua jalur yang ia tidak mengerti lagi jalur mana yang harus ia ikuti dan jalur mana yang sebenarnya nyata.

Tok
Tok

Terdengar suara ketukan pintu dengan pelan dan agak berjedah.

"Siapa?" Teriak Eyli seraya berjalan ke ambang pintu, jujur Eyli agak ragu membuka pintunya itu karena sudah larut malam.

Tanya Eyli itupun tidak dijawab oleh orang yang mengetuk pintu itu hingga Eyli bertanya dua kali namun tidak dijawab juga hingga akhirnya Eyli memutuskan membuka pintu dengan perlahan-lahan.

Tak disangka-sangka Eyli mendapati seorang wanita paruh baya dengan mengenakan hijab, berdiri didepan pintunya dengan berlinang air mata.

"Mamah"panggil Eyli seolah berbisik

Sebelum bu Halimah mengatakan apapun langsung saja Eyli menutup rapat pintunya lalu membelakangi pintu seraya menangis dan berusaha menyembunyikan suara tangisnya.

"Eyli dengarkan mamah Nak, Mamah nggak mau jauh lagi dari kamu, selama bertahun-tahun mamah tahan keinginan mamah ini dan menghargai keputusan kamu, nak tolong izinkan mamah tinggal bersama kamu atau kamu yang tinggal dirumah kita di Bogor." Ucap bu halimah seraya menangis tersedu-sedu.

"Sebaiknya mamah pulang saja ke Bogor, Eyli tidak akan mengubah keputusan Eyli dan yah Eyli tidak pernah melarang mamah datang kesini tapi tidak untuk tinggal bersama dengan Eyli." Jawab Eyli dengan agak berteriak kearah ambang pintu yang tertutup rapat bahkan dikunci dari dalam.

"Kamu memang tidak pernah melarang mamah tapi meski begitu kamu tidak pernah menanggapi kedatangan mamah, kamu tidak pernah mau bicara dengan mamah bahkan kamu pergi saat mamah datang. Ucap sang ibu membujuk Eyli

"Nak mamah tidak tahan lagi dengan semua ini, tolong beri mamah kesempatan mamah akan menjadi ayah sekaligus ibu bagimu nak, mamah tidak akan biarkan kamu kekurangan kasih sayang." Bujuk lagi sang ibu.

Eyli hanya menangis tersedu-sedu dibalik pintu itu tanpa menanggapi lagi namun seketika Eyli tidak mendengar suara ibunya lagi suasana diluar rumah terasa sepi dia mulai berpikir apa ibunya sudah pergi, pikirnya pun bertanya-tanya hingga muncul rasa khawatir pada ibunya.

"Ya ampun ini udah larut malam, jangan- jangan ibu sudah pergi, dia tidak mungkin pulang ke bogor selarut ini, kemana dia akan menginap malam ini?" Pikir eyli berbicara sendiri seraya mengusap air matanya dan langsung membuka pintunya dengan tergesa-gesa, terlihat ibunya sudah beranjak lima langkah dari depan tempat tinggalnya

"Mah" teriak Eyli di ambang pintu

Wanita paruh baya itu langsung berbalik ke arah pusat pandangan dan berlari memeluk Eyli, Eyli tak membalas pelukan itu namun Eyli juga tidak menepisnya dia hanya memejamkan mata seolah menahan tangisnya didepan ibunya.

"Mah ayo masuk"ajak Eyli

"Iya nak, makasi banyak nak " jawab bu Halimah

Eyli meminta ibunya duduk di ruang tamu lalu memberinya segelas air putih.

"Nak kamu bisa duduk sebentar disamping ibu, ada yang ingin ibu bicarakan." Ujar bu Halimah


Eyli pun menurutinya dan seperti biasa dia tetap bersikap cuek namun dalam hatinya ia begitu sayang pada ibu dan ayahnya, Eyli hanya terbelenggu oleh kekecewaan hingga berusaha menjauh dari kenyataan.

"Nak mamah tidak akan memaksa kamu lagi masuk islam sekarang, itu adalah pilihanmu nak, maafin mamah jika selama ini mamah sudah bersikap egois."

"Yahh... namun pilihan terakhir Eyli adalah tidak memilih agama manapun." Jawab Eyli dengan cuek tanpa menatap kepusat tatapan.

"Nak suatu hari ibu percaya kamu akan memilih agama yang akan menyentuh hatimu, ibu yakin akan ada saatnya itu terjadi." Tutur sang ibu.

"Mah sebaiknya mamah istirahat di kamar dan maaf karena kamar dikosan ini cuman satu jadi mamah tidur di kamar Eyli, sisanya hanya ruang tamu yang sempit, kamar mandi beserta dapur, Eyli harap mamah betah." Jelas Eyli yang mengalihkan topik pembicaraan seraya beranjak dari tempat duduknya dengan nada suara yang cuek tanpa manatap sang ibu.

"Mamah akan istirahat nanti, mamah masih ingin bicara denganmu nak dan yah mamah tidak peduli dimanapun kita tinggal yang terpenting bagi mamah kamu ada bersama mamah, selalu" ujar sang ibu dengan tersenyum seraya memegang tangan Eyli yang berdiri tepat didepan iya duduk.

"Eyli sepertinya sudah ngantuk, Eyli masuk kekamar duluan." Ujar Eyli seraya melepaskan genggaman ibunya dengan pelan.

"Tunggu nak, ibu mau tanya, apa ayahmu masih sering kesini."

"Semenjak lulus S1 papah tidak pernah mengunjungi Eyli lagi dan kabar terakhir Eyli dengar papah bangkrut." Jawab Eyli.

"Astagfirullah entah dimana ayahmu sekarang mamah harap dia baik-baik saja, Nak kalau begitu mamah boleh tinggal disinikan selama kamu juga tinggal disini?, ayahmu juga tidak pernah mengunjungimu lagi jadi dia tidak akan tahu dan datang membuat keributan hingga mengancam merebut kamu dari mamah lewat jalur persidangan lagi kalau ibu tinggal bersamamu." Ucap sang ibu.

Eyli berpikir dengan seksama mendengar ucapan ibunya ia kasihan pada ibunya, ia tidak tega lagi jika ia harus menyuruh ibunya kembali ke bogor, apalagi kondisi ibunya terlihat kurang sehat karena batuk- batuk dan terlihat sedikit pucat.

"Baiklah kali ini Eyli turuti permintaan mamah tapi Eyli tidak ingin ada keributan lagi didepan Eyli, saat terdengar kabar kedatangan ayah, mamah harus kembali kebogor karena aku tidak ingin ada keributan lagi, Eyli cape dengan semua drama hidup ini."

"Iya nak pasti sekali lagi terima kasih nak."

Bersambung...

.
.
.
...

Jangan lupa VOTE, KOMEN dan SHARE! ya guyss

thanks ya guyss udh baca!

Follow all Ig real :
@qinziqolbyazizah
@aphrya_ilham
@wattpadbelenggukeyakinanazary

Minggu 5 Februari 2023

Belenggu KeyakinanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang