CHAPTER 20

502 14 0
                                    

CHAPTER 20

Seminggu sudah Eysha tinggal sendirian di rumahnya. Tidak ada Andra, Melati, bahkan adik perempuannya. Ia pun tidak berniat untuk mencari tahu di mana keberadaan keluarganya itu, sudah percuma. Mungkin bagi mereka pun Eysha sudah tidak ada apa-apanya, mau pergi pun tidak akan dipedulikan.

Beberapa omongan buruk dari tetangga rumahnya membuat Eysha sedikit sedih, rasanya benar-benar tidak ada yang peduli dengan dirinya. Sendirian, sunyi, dan sepi. Itulah yang Eysha terima akhir-akhir ini. Eysha pun sedikit bingung kenapa Kania jadi terlihat jauh sekarang? Jarang menanyakan kabarnya serta satu anak di kandungannya. Hanya ada Abraham yang dengan setia datang setiap hari untuk mengecek kondisi Eysha. Sedangkan Calvin? Tidak sama sekali.

Eysha ada jadwal untuk pergi ke dokter, memeriksa kandungannya. Ia sudah sedikit pulih dari kejadian terakhir, karena Abraham selalu memberinya kata-kata semangat untuk hidup. Dengan berbagai untaian kata Abraham berhasil membuat Eysha kembali menyadari bahwa hidupnya lebih teramat berharga, ada atau tidaknya Calvin. Katanya, Eysha harus tetap hidup bagaimanapun juga.

Dengan tatapan yang berusaha untuk kuat, Eysha melewati setiap jalan, mencoba tegar. Tanpa sosok laki-laki, Eysha akan membesarkan satu anaknya sendirian. Sesekali ia mengusap air matanya menyadari bahwa satu dari dua anaknya telah tiada seminggu yang lalu. Hal itu terjadi karena kecerobohannya yang tidak bisa berhati-hati, anaknya meninggal karena perbuatan Calvin. Betapa sakitnya?

Tidak ada satu hari pun yang Eysha lewatkan untuk tidak menjenguk rumah baru anaknya, Heaven namanya. Sudah bahagia di tempat indah yang belum mampu Eysha temui. Tetapi suatu hari nanti mereka akan bertemu, entah dalam keadaan saling mengenal atau tidak.

Eysha tidak mau kehilangan yang satunya, apa pun akan ia lakukan asal jangan anaknya yang terluka. Eysha tidak punya siapa-siapa lagi yang bisa membuatnya untuk tetap hidup selain kandungannya, tidak ada.

"Anaknya sehat, Eysha. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, untuk vitaminnya diminum rutin ya," ujar dokter yang selalu menanganinya.

Eysha tersenyum senang, anaknya sudah 4 bulan, kan?

"Mau tau jenis kelaminnya?" tanya dokter tersebut dengan senyuman lebarnya.

Eysha mengangkat wajahnya, matanya berbinar. Ia mengangguk, sangat penasaran.

"Perempuan," katanya. "Cantik seperti ibunya," sambungnya.

Dokter ini namanya Katrina, ia mengetahui perjalanan Eysha dari awal sampai saat sekarang. Eysha yang hamil di luar nikah, Eysha yang tidak dipedulikan Calvin, atau bahkan Eysha yang ditinggalkan seluruh anggota keluarganya. Dokter Katrina kini menjadi tempatnya untuk bercerita selama konsultasi.

Eysha menangis lagi, terharu lebih tepatnya. Anaknya perempuan, perempuan yang hebat dan kuat.

"Kalau sudah besar nanti, pasti jaga ibunya setiap saat. Jangan pikirin banyak hal yang nggak baik ya, Eysha. Everything's gonna be okay."

Setelah selesai konsultasi dengan dokter di rumah sakit, Eysha dengan pikirannya yang tidak pasti berniat untuk datang ke rumah Calvin hanya untuk melihat keadaannya saja. Bukan memaksanya untuk menikahi Eysha.

Ia tidak berpikir akan seperti apa jadinya jika mama dan papa Calvin mengetahui keadaan Eysha dengan perut yang sudah terlihat sangat jelas bahwa ia tengah hamil 4 bulan.

Lagi pula, Eysha sudah tidak mau menyembunyikan apa-apa lagi. Biarkan semuanya hancur bersamaan daripada terus bersembunyi.

Sebelum mengetuk pintu di rumah Calvin yang besar ini, Eysha mendengar ada perdebatan besar di dalamnya. Suara teriakan yang saling balas-berbalas? Mungkinkah itu Calvin dan mamanya?

"Permisi?" Eysha masuk ke dalam, seperti yang sudah biasa ia lakukan dulu saat masih dekat dengan Calvin.

"APA KAMU TAU PERBUATAN ITU SALAH, CALVIN?" teriak Yola dengan marah yang besar.

"Mam akan kasih tau Papa!" ancamnya.

"Calvin gak tau harus gimana, Mam. Semua udah kejadian bahkan sampai saat ini Calvin belum temuin Eysha," ujar Calvin mengangkat kedua bahu dan tangannya, tidak tahu harus seperti apa.

"Apa kamu bilang? Gak tau?" Yola maju dan menampar tepat di sebelah pipi Calvin, anak satu-satunya. "Kurang apa Mam sama Papa ngerawat kamu selama ini, Calvin? Kenapa bisa kamu melakukan hal rendah seperti itu? CALVIN?!"

"SEJAK KAPAN?"

"Mungkin usia kandungan Eysha udah 4 bulan, Mam," ujar Calvin dengan nada rendah.

Mendengar itu, Yola langsung terdiam beberapa saat. Menyadari bahwa Calvin sudah merusak perempuan. Bukan orang asing baginya, ini Eysha. Perempuan yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri, yang akan menjadi menantunya kelak. Tetapi kini tidak ada lagi kebahagiaan itu.

"Mam kecewa sama kamu Calvin," katanya penuh nada luka.

Eysha mendengar semuanya, ternyata tanpa kehadirannya pun semua sudah terbongkar dengan sendirinya.

"Mam," panggil Esyha pelan, tetapi berhasil membuat kedua orang itu menoleh.

"Eysha." Yola menghampiri Eysha dengan fokus matanya pada perut besar itu. Ternyata ini bukan mimpi, Calvin benar-benar melakukannya.

"Eysha? Are you okay, Eysha?" tanyanya, pelan.

Eysha mengangguk, lagi-lagi harus menangis. Ia tidak akan menyangka bahwa apa yang dilakukan Yola justru memeluknya erat. Ia kira semua orang akan menjauhinya dan memarahinya karena tidak bisa menjaga diri.

"Maaf karena Mam gak bisa jaga kamu dari Calvin." Hanya itu kata Yola.

Eysha menggeleng. "Semua udah terjadi, Mam. Ini salah Esyha, Eysha akan tanggung semua resikonya. Anak Eysha udah pergi satu, Mam. Eysha gak mau kehilangan yang ini lagi," katanya dengan susah karena ketika mengingat Heaven, yang ada hanyalah penyesalan dan air mata.

"Satu anak?" tanya Yola bingung. "Maksud kamu, kembar?"

Eysha tersenyum dan mengangguk singkat. "Sudah meninggal, Mam. Rumah barunya ada di dekat rumah Eysha."

"Menikah ya, Eysha? Menikah sama Calvin," katanya, ikut merasakan kehilangan.

"Eysha gak akan memaksa untuk menikah, Mam. Kalau Calvin mau lanjut sekolah atau pun karirnya, Eysha akan pergi. Eysha bisa membesarkan anak ini sendirian."

"Gak akan, Sha. Kalau kamu aja harus berhenti sekolah, Calvin pun begitu," ujar Yola tegas. "Calvin, kamu gak akan bahagia selama Eysha gak bahagia."

"Menikah saja, ya?"

Setelah baca tolong kasih vote yaa!! Thank you💗

Expect A Happy Ending [completed🧚🏻‍♀️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang