CHAPTER 1

2.2K 42 0
                                    

CHAPTER 1

"Dua garis. It means I'm pregnant."

Ekspresi wajah Calvin tidak bisa disembunyikannya bahwa ia benar-benar terkejut sekarang. Hal yang ia takutkan sejak Eysha meminta untuk membeli test pack benar-benar terjadi.

"Gue harus gimana, Vin?! Gue harus bilang apa ke Mama sama Papa?"

"Maaf, Sha, tapi gue belum siap. Gue gak tau kalo bakal kejadian kayak gini," jawab Calvin, sama bingungnya.

Eysha mengangkat wajahnya menatap Calvin dengan tidak percaya. "Belum siap? Lo yang paksa gue, terus sekarang lo bilang gak siap?"

"Kita sama-sama mau, kan, Sha? Gue mana tau kalo lo bisa sampai hamil? Yang perlu lo tau gue gak siap buat nikah. Gue gak siap jadi ayah, gue gak siap jadi suami. Itu masih terlalu jauh buat kita, Sha. Lulus sekolah aja belum," balas Calvin yang bersikeras tidak mau bertanggung jawab.

"Terus apa yang bakal lo lakuin?! Lo sama sekali gak kasih jalan keluar, Vin."

"Gugurin, Sha. Cukup kita berdua aja yang tau."

Eysha memegang kepalanya dan duduk di tepi ranjang, ia benar-benar buntu sekarang. "Segampang itu lo bilang gugurin? Ini anak lo!"

"Terus apa Sha?! Lo siap jadi ibu? Lo udah siap kalo dikeluarin dari sekolah sedangkan cuma butuh waktu satu tahun lagi buat lulus?"

"Gue harus siap karena ini namanya tanggung jawab! Gue gak akan pernah ambil keputusan buat bunuh anak gue sendiri."

"Oke? Kalo gitu kita putus. Gue gak butuh lo, gue gak butuh anak itu, Sha," jawab Calvin yang jelas mengejutkan dalam situasi seperti ini.

Eysha tertawa kecil, air matanya keluar perlahan."Setelah lo lakuin ini ke gue terus lo minta putus? Gue bisa laporin ini ke Om Rendy sama Tante Yola, Vin," ucap Eysha dengan menyebut nama kedua orang tua Calvin. "Gue gak takut. Kalo itu mau lo, kita hancur bareng-bareng."

Calvin yang hendak keluar dari kamar hotel menghentikan langkahnya, dan berbalik. "Sha! Gue gak mungkin ngasih kabar buruk kayak gini ke mereka."

"Menurut lo gue boleh ngasih kabar ini ke keluarga gue? Apa cuma lo yang begitu?"

Calvin menghampiri Eysha dan membawanya ke dalam pelukan. Sejenak semua terasa hening dan tidak ada yang bersuara. Keduanya jelas belum siap untuk menyandang status suami dan istri, apalagi ayah dan ibu. Mereka berdua pun tahu, semua ini terlalu cepat dan merupakan awal yang buruk untuk kedepannya.

Calvin kira tidak akan sejauh ini. Namun apa kata, ternyata kali ini semua hancur saat yang tertera adalah dua garis dengan warna yang amat jelas.

Eysha pun tidak menyangka bahwa apa yang telah terjadi kini juga menjadi kesalahan dirinya yang begitu besar. Menyesal? Pasti. Selama ini Eysha terlalu bodoh untuk menuruti segala kemauan Calvin hanya dengan alasan cinta.

"Buat sekarang kita jalanin aja seperti biasa ya, Sha? Jangan ada yang bocorin ini ke siapa pun. Kita sekolah kayak biasa dan gue pikir perut lo belum keliatan," kata Calvin. "It's okay. Gue minta maaf karena tadi udah kasar. Gue cuma kaget, Sha. Gue gak tau harus kayak gimana," lanjutnya.

Eysha mengangkat kepalanya untuk menatap wajah Calvin. "Gimana anak kita?" tanyanya.

"Dia bakal baik-baik aja."

"Lo gak akan ninggalin gue, kan, Vin? You love me right?"

"Iya, Sha."

Pikiran Eysha berkeliaran kemana-mana. Bagaimana jika orang tuanya tahu bahwa ia hamil di saat seharusnya fokus terhadap sekolah? Bagaimana jika guru dan teman-temannya akan menghakiminya? Bagaimana dengan impiannya untuk kuliah di Australia? Semuanya hancur sudah.

Expect A Happy Ending [completed🧚🏻‍♀️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang