Cahaya mentari sedang terik-teriknya. Bahkan panasnya seakan-akan menembus dan membakar permukaan kulit. Di tengah-tengah sebuah hutan tandus yang berada cukup jauh dari daerah kota bahkan pedesaan. Terdapat sesosok pemuda yang memakai sebuah tudung berwarna hitam, jangan lupakan kain hitam yang membalut leher hingga ke hidungnya. Membuat orang-orang hanya bisa melihat mata biru menyala miliknya.
Mata sebiru oasis itu menatap tajam dan lekat ke arah sebuah pohon besar yang sudah mati, dimana terdapat sebuah lubang setinggi manusia di tengannya. Tangan kirinya bergerak untuk menyentuh batang besar pohon di depannya.
Sebuah senyum terpatri di balik kain hitam yang menutupi setengah wajahnya itu. Dengan perlahan ia menarik kain hitam di lehernya, membuat wajah sempurna miliknya terlihat.
Seketika angin berhembus kencang, membuat debu disekitar berterbangan begitu juga dengan tudung hitam sang pemuda yang terbuka, menampakan surai biru miliknya.
"Sebentar hyung...sebentar lagi." Gumam sosok bersurai biru tersebut yang kemudian beranjak memasuki lubang yang terletak di tubuh pohon mati di depannya.
Gelap, hanya itu yang dapat mendeskripsikan keadaan disekitar Jaemin saat ini. Sang demon bersurai biru mengedarkan netra sebiru lautnya, yang terlihat menyala di tengah kegelapan.
Ia terus melangkahkan kedua kakinya, hingga pada akhirnya sampai di depan sebuan dinding batu yang dihiasi oleh ukiran huruf tua. Pohon tua yang baru saja ia masuki tadi merupakan portal untuknya bertemu sang dewi kehidupan dan kematian, sang dewi takdir.
"Kehadiranmu tidak diharapkan disini." Ujar sebuah suara lembut dan merdu yang mengalun indah di telinga Jaemin, membuat Jaemin menajamkan tatapannya.
Wooshh
Jaemin menolehkan kepalanya ke arah kiri saat merasakan seseorang kini sudah berdiri di samping kirinya dan berbisik ke arah telinganya.
"Yang hilang tidak bisa kembali." Bisik sosok tersebut yang membuat Jaemin mengepalkan kedua tangannya.
Ia menghembuskan nafasnya sedikit berat, perlahan ia menjatuhkan tubuhnya di atas kedua lututnya. Membuat tawa merdu seseorang mengalun memenuhi kegelapan di sekitar sang demon bersurai biru.
"Kau dewi tertua, dewi semesta. Sang dewi takdir dari semesta, aku tau kau bisa melakukan sesuatu untuk mengembalikannya." Ujar Jaemin dengan nada tegasnya yang membuat sosok yang disebut dewi takdir itu pun terkekeh.
"Aku tidak sebaik itu untuk merakit ulang takdir seorang demon hanya karena kau memohon-mohon seperti ini." Jawab sang dewi takdir yang membuat Jaemin menggigit pipi bagian dalamnya.
"Apapun...akan aku lakukan apapun." Jaemin menjawab dengan putus asa, ingatannya kembali memutar bagaimana dirinya menghabisi sosok yang cukup berharga untuk dirinya itu.
Sang dewi takdir lagi-lagi hanya terkekeh, sosok demon bersurai biru di depannya ini cukup menghibur dirinya.
"Kita lihat...apa yang bisa kau lakukan untukku." Ujar sang dewi takdir sembari menarik pelan dagu milik Jaemin, membuat netra biru laut milik Jaemin bertemu dengan sepasang mata berwarna merah muda milik sang dewi takdir.
Jaemin membulatkan kedua matanya sesaat setelah menatap sepasang mata merah muda di depannya, jiwa dan ingatannya seakan-akan ditarik untuk beberapa saat.
Sang dewi takdir seketika mengulas senyum miringnya, ia menatap lekat netra biru di depannya yang memberitaukannya segalanya tentang sang demon bersurai biru.
"Tidak aku sangka kau dekat dengannya...ciptaan dari Khaos..." gumam sang dewi takdir yang entah mengapa tidak dapat Jaemin dengar.
"Kau ingin dia kembali? Aku akan membantumu, tapi tidak disini." Ujar sang dewi takdir sembari melepaskan tangannya dari dagu milik Jaemin, membuat Jaemin terengah-engah dan mengerutkan keningnya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monarch : Partie III ✓
FantasyKehadiran sebuah kelompok misterius yang dipimpin oleh seorang paladin, mengincar Donghyuck untuk dijadikan sebagai second serfnya. Renjun pastikan, bahwa tidak ada satu pun monarch ataupun paladin yang bisa mengambil sang serf dari sisinya. [Hyuck...