Cahaya mentari mulai mengintip dari celah-celah kayu yang merupakan tempat istirahat dari seorang monarch berwajah manis, sosok yang kini masih tertidur dengan lelap di atas kasur tua yang terdapat di salah satu bilik di dalam rumah kayu tersebut.
Kriet
Bunyi pintu kayu tua yang tengah dibuka pun seketika membawa kembali kesadaran sang pemuda Huang, dengan perlahan ia membuka kedua kelopak matanya yang dihiasi oleh bulu mata lentik nan cantik miliknya.
"Aku membangunkanmu ya? Maaf, tidur lagi saja aku tau kau lelah karna harus berlatih sampai subuh tadi." Ujar sebuah suara yang berasa dari sesosok pemuda bersurai ungu yang merupakan seorang demon.
Bukannya menjawab, si pemuda Huang terkekeh dan meregangkan tubuhnya yang masih berada di atas kasur tua miliknya. Tubuhnya benar-benar sangat pegal saat ini.
"Hyuck." Panggil si pemuda Huang yang membuat si pemilik nama mengangkat salah satu alisnya sebagai respon.
"Sejak kapan kau jadi lembut seperti ini?" Tanya Renjun telak yang membuat Donghyuck tersedak ludahnya sendiri. Memangnya perubahannya sangat kentara ya? Kira-kira begitulah batinnya saat ini.
"Ekhm...itu hanya perasaanmu. Lagi pula kau ini punya kelainan ya?! Dimana-mana manusia lain itu senang kalau diperlakukan lembut, kau malah bingung!" Semprot Donghyuck dengan pipi yang sedikit bersemu.
Renjun terkekeh mendapati respon sang lawan bicara, ah...Donghyucknya jadi kembali lagi ke sifat menyebalkannya. Harusnya Renjun jangan bertanya tadi.
"Aku kan cuman bertanya, kau ini sebagai demon sensi sekali sih!" Protes Renjun tidak terima.
"Ck, terserah. Cepat berlatih lagi sana! Jangan jadi pemalas." Sewot Donghyuck dengan wajah ketusnya yang kemudian beranjak pergi, meninggalkan Renjun yang tengah cemberut.
"Padahal dia yang pemalas...hua!!! Aku jadi rindu kasur besarku dulu..." monolog Renjun yang diakhiri wajah sedihnya.
•
•
•"Dia benar-benar tidak kembali." Ujar sebuah suara yang berasal dari sesosok demon bersurai pirang pada sang lawan bicara yang kini tengah bersedekap dada di sampingnya.
"Biarkan saja." Singkat Donghyuck. Wajahnya terlihat datar dan dingin.
"Secara kasar bisa dibilang chattel yang tersisa hanya aku dan kau sekarang." Balas si demon bersurai pirang lagi.
Keduanya kini tengah berdiri tepat di bawah pohon rindang, yang terletak tak jauh dari rumah kayu tua tempat Renjun singgah saat ini.
"Aku dan kau sudah lebih dari cukup." Sahut Donghyuck diakhiri dengan tepukan di bahu tegap dan lebar milik si demon bersurai pirang. Membuat sang demon memutar matanya jengah.
"Oh ya." Donghyuck tiba-tiba kembali membuka suaranya yang membuat sang lawan bicara mengangkat salah satu alisnya.
"Aku punya permintaan." Ujar Donghyuck lagi yang sengaja menjeda ucapannya.
"Apa?" Singkat Jeno dengan wajah datarnya.
"Soal Renjun, biarkan dia berlatih dengan monarchmu." Pinta Donghyuck yang mengundang tanda tanya di benak Jeno.
"Apa yang kalian bicarakan?" Tanya sebuah suara tidak asing dari arah belakang kedua chattel tersebut. Suara yang tidak lain berasal dari seorang pemuda Huang.
Bukannya menjawab, si demon bersurai pirang malah beranjak pergi dari tempatnya. Meninggalkan Donghyuck yang tengah menggaruk tengkuknya.
"Tidak biasanya serf Yangyang kemari? Kalian...sedang merencanakan sesuatu ya?! Ayo mengaku!!" Cerca Renjun dengan wajah galaknya yang entah mengapa malah terlihat lucu di mata orang-orang yang melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monarch : Partie III ✓
FantasíaKehadiran sebuah kelompok misterius yang dipimpin oleh seorang paladin, mengincar Donghyuck untuk dijadikan sebagai second serfnya. Renjun pastikan, bahwa tidak ada satu pun monarch ataupun paladin yang bisa mengambil sang serf dari sisinya. [Hyuck...