cero I : de la nordo

6.3K 435 29
                                    

Flashback 12 years ago

(Semua kejadian di chapter ini adalah flashback)

Malam yang sebelumnya sunyi dan damai, seketika digantikan oleh suara teriakan yang saling sahut menyahut satu sama lainnya. Cahaya rembulan yang sebelumnya menyinari sebuah desa kecil di bawahnya, kini digantikan oleh cahaya merah yang terasa panas, yang melahap rumah-rumah di sekitarnya tidak bersisa.

"A-aku mohon...tolong hentikan..." pinta sebuah suara yang berasal dari sesosok wanita paruh baya yang terlihat sangat mengenaskan. Tubuh yang berlumuran darah, dengan luka disekujur tubuh dan wajahnya.

Sang wanita bergerak tertatih, hingga pada akhirnya ia menjatuhkan tubuhnya tepat di depan sepasang kaki yang kini berada di depannya. Dengan perlahan ia mencoba meraih kaki tersebut. Liquid bening bercampur merah darah di wajahnya mengalir begitu saja.

"Tolong...m-mereka tidak bersalah..." mohon si wanita tersebut yang merupakan seorang ketua monarch di desa yang berisikan para monarch lain yang kini hampir musnah.

Sosok yang kini tengah berdiri dengan wajah datarnya pun mengulas senyum miring dan mengejeknya. Ia mengangkat kaki kanannya dan menginjak kepala wanita yang lebih tua darinya itu. Tidak menghiraukan erangan sang pemilik kepala.

"Tidak bersalah? Bahkan setelah memusnahkan paladin?" Tanya sosok tersebut yang membuat mata si wanita paruh baya membulat ketakutan.

"Pa-...paladin? A-apa maksudmu?" Tanya si wanita paruh baya dengan nada dan tatapan ketakutan yang malah membuat sosok di depannya tertawa kencang.

"Kalian salah karena sudah mengusik yang seharusnya tidak kalian usik." Dingin sosok tersebut dan seketika netra kirinya memancarkan cahaya berwarna merah darah diikuti suara jeritan yang semakin kencang. Membuat si wanita paruh baya membulatkan matanya.

Sang wanita paruh baya hanya dapat menutup rapat mulutnya, matanya membelalak ketakutan saat mendapati sebuah patung kayu berbentuk kepala yang memiliki tiga wajah, dengan ukuran yang sangat besar kini muncul di tengah-tengah desa yang sudah hampir hancur akibat makhluk yang merupakan serf dari sosok yang tengah menginjak kepalanya.

"Aku salah, aku mohon tolong jangan sakiti mereka. Mereka tidak bersalah! Tolong aku mohon, cukup ambil nyawaku." Pinta si wanita paruh baya dengan air mata yang mengalir dengan deras, terlebih saat matanya mendapati mulut salah satu wajah di patung itu terbuka yang membuat tubuh beberapa monarch di sekitar sana tertarik oleh angin kencang ke dalam mulut patung tersebut.

Suara teriakan ketakutan semakin terdengar dan hal itu membuat si wanita paruh baya semakin gila dan ketakutan. Sedangkan sosok di hadapa si wanita paruh baya kini hanya tertawa puas.

"Selesaikan semuanya." Perintah sosok tersebut pada seorang dormigod berwajah tampan yang memiliki sebuah tanduk kecil di bagian kepala kirinya, dan jangan lupakan netranya yang memiliki warna berbeda satu sama lainnya, dimana mata kirinya berwarna merah dan mata kanannya berwarna silver.

Tanpa membuka suaranya, sang dormigod hanya menganggukkan kepalanya dan dalam hitungan detik, teriakan ketakutan yang memekakkan telinga seketika menghilang begitu saja.

"PALADIN TERKUTUK!!!" Murka si wanita paruh baya yang dengan sisa tenaganya berniat menancapkan pisau di tangannya ke arah sosok yang tengah berjalan membelakanginya.

Srakk
Brukk

Belum sempat pisau itu mengenai tubuh sang sasaran. Tubuh si wanita paruh baya sudah lebih dulu terjatuh dengan kepalanya yang sudah terlepas dari tubuhnya dan menggelinding begitu saja.

Monarch : Partie III ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang