seis

1.6K 254 15
                                    

Di dalam sebuah kamar yang terlihat cukup gelap dan minim cahaya, terdapat seorang demon bersurai ungu yang terlihat tengah mengerang pelan dalam tidurnya dan perlahan kedua netranya terbuka. Menampakan sepasang bola mata berwarna ungu yang memancarkan sekilas cahaya.

"Ck, dewa sialan" umpat Donghyuck sembari memegang kepalanya. Tubuhnya terasa sedikit sakit akibat perbuatan Khaos semalam.

Kutukan yang diberikan Ares sebelum dewa perang tersebut mati sebenarnya tidak terangkat sepenuhnya oleh kekuatan kontrak Renjun. Seperti yang sudah Donghyuck perhitungkan, kutukan yang diberikan oleh tujuh dewa tertinggi tidak mungkin hilang sepenuhnya semudah itu. Kutukan tersebut akan mencegah Donghyuck untuk menggunakan kekuatan demonnya secara penuh, tapi tidak dengan kekuatan dewa di dalam tubuhnya.

"Perasaanku ini bukan kamarku dan Renjun?" Monolog Donghyuck sembari mengedarkan pandangannya ke arah sekitar. Hingga telinganya mendengar suara samar yang berasal dari arah luar mansion.



"Reflekmu memang lebih cepat dari sebelumnya, tapi kekuatan seranganmu masih kurang" ujar Yangyang sembari membenarkan tali busur miliknya.

Renjun yang mendengarnya pun mencebikkan bibirnya kesal sembari menatap Yangyang dengan kedua mata bulatnya yang sudah menyerupai seekor kucing. Tak jauh dari tempat Renjun dan Yangyang, terdapat Jeno yang tengah duduk di bawah pohon sembari bersedekap dada dan mengawasi dua monarch di depannya.

"Tapi kalau aku memakai kekuatan penuh nanti kau terluka" cicit Renjun yang membuat Yangyang menghela nafasnya kencang.

"Ck, tidak akan. Serang aku seperti kau menyerang dia semalam" perintah Yangyang sembari menunjuk Jeno yang tengah duduk tenang menggunakan dagunya. Membuat Renjun menolehkan kepalanya dan seketika menatap tajam dan sinis ke arah Jeno.

"Kalau dengannya berbeda" ketus Renjun yang kemudian membuang mukanya, membuat Jeno kehabisan kata-kata sembari menatap kesal Renjun.

"Sama saja, anggap kalau aku musuhmu dan berniat melukai serfmu" ujar Yangyang dengan nada seriusnya yang membuat Renjun membulatkan matanya.

Seketika kedua netranya memancarkan amarah, netra yang persis dengan yang Jeno dan Yangyang lihat semalam. Yangyang mengulas senyumnya saat berhasil memancing Renjun, namun seketika senyumnya memudar saat mendapati Renjun yang mulanya tengah berdiri di depannya menghilang begitu saja.

Swooshh

Yangyang membelalakkan matanya dan dengan segera menunduk saat mendapati Renjun sudah berdiri di belakangnya dan bersiap menancapkan kunai ungu miliknya ke leher belakang Yangyang. Sedangkan Jeno yang melihat dari kejauhan hanya mendengus, ia sedang melakukan unjuk rasa pada monarchnya karena sudah menghentikan emosinya semalam.

"Ren-..."

Belum sempat Yangyang menyelesaikan ucapannya, Renjun sudah lebih dulu mengarahkan kunai lain miliknya ke arah mata Yangyang. Pergerakan Renjun benar-benar saja cepat saat ini. Yangyang lagi-lagi menghindari serangan Renjun dengan melompat kebelakang. Namun tidak berselang lama, kaki kiri Renjun sudah lebih dulu mengenai perutnya, membuat tubuh Yangyang terhuyung ke belakang.

Grep

"Jeno" ujar Yangyang saat Jeno tiba-tiba muncul di belakangnya dan menahan tubuhnya agar tidak menyentuh tanah. Jeno dengan cepat menahan tangan kanan Renjun yang tengah memegang kunai ungunya dan mengarahkannya tepat ke leher Yangyang.

"Kalian berdua benar-benar menyusahkanku brengsek" umpat Jeno sembari melirik sinis Renjun yang tengah menatap nyalang dirinya. Dengan cepat Jeno mengambil kunai di tangan kiri Renjun dan mengarahkannya ke arah leher monarch dari Donghyuck tersebut. Namun seketika pergerakkannya terhenti saat sebuah tangan lain menahan tangannya.

Monarch : Partie III ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang