diez

1.4K 269 20
                                    

Di tempat lainnya, tepatnya di puncak sebuah bukit. Terdapat seorang pemuda bersurai hitam yang tengah menyentuh sebuah pohon tua berukuran sangat besar di depannya. Seketika sebuah cahaya berwarna biru muda muncul dari tangannya yang tengah menyentuh pohon di depannya tersebut.

"Kau sudah selesai dengan pengekangnya?" Tanya sebuah suara yang membuat Ten, yang tengah menyentuh pohon di depannya pun membalikkan badannya dan mengangguk sebagai jawaban.

"Pastikan bahwa demon keturunan Khaos tidak bisa memasuki pengekang yang sudah kau buat sebelum Taeyong selesai melepas kontrak monarch dari demon keturunan Khaos tersebut" perintah Jungwoo dengan wajah datarnya yang lagi-lagi hanya diangguki oleh Ten.

"Aku sudah selesai mempersiapkan ritualnya" Taeyong tiba-tiba muncul dari belakang Jungwoo. Tanpa membuka suaranya, Jungwoo mengulas smirk licik miliknya.

"Kalau begitu, kita hanya tinggal menunggu tamu kita datang sekarang" ujar Jungwoo yang kemudian beranjak pergi, meninggalkan Ten dan Taeyong yang hanya terdiam di tempat mereka masing-masing.



"Yak! Kenapa dengan matamu?!" Tanya Winwin saat mendapati kantung mata milik Renjun yang sedikit menghitam.

Renjun yang ditanya pun hanya menghela nafasnya kasar, semalaman ia terjaga karena Donghyuck yang mengatakan hal-hal aneh yang membuat perasaan Renjun entah mengapa menjadi tidak tenang bahkan hingga sekarang.

"Gege tidak bekerja?" Renjun mengalihkan topik yang kemudian meneguk segelas air dingin yang baru saja ia ambil beberapa saat lalu tadi.

Winwin menghembuskan nafasnya dan menghampiri Renjun yang masih setia berdiri di tempatnya. Tangan kanan Winwin bergerak untuk menyentil pelan dahi milik Renjun. Membuat Renjun membulatkan matanya terkejut, seketika bayangan mengenai Donghyuck yang tengah menyentil dahinya pun terputar.

"Jangan menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan lain ya anak nakal!" Tegur Winwin yang membuat Renjun terdiam untuk beberapa saat dan kemudian mengulas senyum kakunya.

"Aku kurang tidur ge, tidak perlu khawatir" Renjun akhirnya menjawab pertanyaan Winwin sembari mengusap tengkuknya.

Winwin yang mendengar pernyataan Renjun pun menatap kesal sosok yang sudah ia anggap adiknya sendiri itu. Baru saja ia akan mengeluarkan ceramahan miliknya, namun terhenti saat tiba-tiba Yuta muncul dan berdiri di depannya dan Renjun.

"Yuta hyung?" Bingung Winwin, terlebih saat mendapati Yuta sudah bersiap dengan katana miliknya dan menatap tajam pintu rumah milik Winwin yang masih tertutup rapat.

"Sepertinya menampung Renjun mengundang beberapa tamu untuk berkunjung kemari" ujar Yuta sembari menarik katana hitam miliknya yang terletak di pinggang kirinya.

Kedua mata Yuta mengeluarkan cahaya berwarna merah untuk beberapa detik. Winwin yang mengerti maksud sang serf pun segera membawa Renjun untuk berdiri di belakang tubuhnya. Sedangkan Renjun, ia masih belum memahami maksud Winwin dan Yuta.

"Berapa orang?" Tanya Winwin yang kini sudah berdiri tepat dibelakang Yuta, dan Renjun tepat berdiri di belakang tubuhnya. Winwin membuka telapak tangan kanannya dan seketika belati berwarna merah dengan ukiran berwarna putih muncul begitu saja. Tentunya hal itu tidak luput dari mata rubah milik Renjun, ia tau jelas bahwa belati tersebut adalah bentuk hex dari Yuta dan Winwin.

"Dua, dan aku rasa salah satunya sangat berbahaya" jawab Yuta yang kemudian mengayunkan katanya ke arah depan, membuat angin muncul bersamaan dengan tebasan katana Yuta dan membelah pintu rumah milik Winwin.

Yuta mengulas senyum miring bercampur paniknya saat mata merahnya bertabrakan dengan sepasang mata yang memiliki warna berbeda, dengan hawa mencekam dan mengintimidasi yang sangat kuat.

Monarch : Partie III ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang