-12-

1.1K 185 5
                                    

Why you?
.

.

.

.

.

.

Seharian hanya berbaring di kasur membuat [Name] bosan. Ia sangat ingin pergi ke luar dan berjalan-jalan. Tetapi satu hari itu ia dijaga oleh para ksatria agar tidak keluar dari kamar.

[Name] berdecak pelan. Ia turun dari ranjang dan mengintip ke luar kamar. Para ksatria itu masih di sana. "Bagaimana caranya agar aku bisa lolos dari mereka?"

[Name] mengedarkan pandangan. Tapi tak menemukan apapun. Ia rasanya sedikit kesal karena kamar pelayan tidak diberikan jendela. Hanya ada lubang kecil untuk ventilasi yang hanya seukuran telapak tangan.

"Padahal ini kastil duke, kenapa kamar pekerja dibuat seperti ini? Kesenjangan sosial yang sangat parah."

[Name] kembali berbaring di kasurnya. Ia memegangi lehernya yang terasa nyeri. Sebenarnya ia dilarang banyak bicara dulu oleh dokter karena tenggorokannya sedang terluka. Tetapi kebosanan membuatnya malah berbincang sendiri sejak tadi.

Gadis itu mengintip lubang ventilasi. Terlihat di luar sana langit yang kelam bertabur bintang.

"Kalau tengah malam nanti, mereka pasti akan pergi kan?" Itulah yang [Name] pikirkan. Sialnya setelah beberapa jam menunggu, ternyata kamarnya masih dijaga ketat. Tak tahan dengan hal itu, [Name] lantas mendobrak keluar pintu kamarnya.

Semua yang berjaga tersentak melihat tindakan gadis itu. "Nona Spencer, Anda belum tidur?"

[Name] memicing pada ksatria itu. "Bagaimana aku bisa tidur kalau perutku lapar?" ucapnya beralasan. Para ksatria saling berpandangan. Kemudian kembali menatap gadis itu.

"Bukankah makan malam Anda sudah diantarkan?"

"Makanan macam itu? Porsinya sangat sedikit, kenapa kalian memberikan makanan seperti itu pada orang sakit? Kalian jahat sekali." [Name] memasang ekspresi seolah tertindas.

Para ksatria panik melihatnya. Mereka langsung menghibur [Name] yang terlihat akan menangis. "Nona Spencer, kami akan bawakan makanan lagi, tunggulah di dalam."

"Tidak mau!" [Name] menarik tangan salah satu kstaria dan menggenggamnya dengan erat. Ia memandang ksatria itu dengan ekspresi memelas. "Sir, Anda ingin membuatku makan di dalam kamar yang sesak itu? Bagaimana aku bisa mencerna makananku? Tolong biarkan aku makan di ruang makan."

[Name] mendekatkan tubuhnya pada pria itu dan mulai bersandiwara kecil. Para ksatria pun mulai luluh dengan sikap lemahnya. Terutama pada ksatria yang ia genggang tangannya. Sekarang [Name] malah seenaknya bersandar pada pria itu.

Gadis itu tidak sadar bahwa kelakuannya ketahuan oleh sang pemilik kastel. [Name] masih berupaya membujuk ksatria tadi. Ia nyaris memeluknya jika saja tubuhnya tidak ditarik menjauh seketika.

[Name] tertegun, begitu pula para ksatria yang lain. Terasa dengan jelas aura mencekam yang memancar dari sosok di belakangnya. "Apa yang kau lakukan?" Suara bariton itu membuat para ksatria menjadi tegang.

Hanya [Name] yang terlihat santai. Tanpa menoleh ia berkata, "Saya kelaparan, seharusnya kastil duke bisa memberi makanan yang banyak." Nada sarkas dari ucapan gadis itu membuat kekesalan Regis menghilang.

Sekarang pria itu merasa sedikit bersalah. "Aku akan suruh pelayan mengantar makanan lagi, sekarang masuklah."

[Name] melotot mendengar hal itu. Ia menoleh pada Regis dengan tatapan tak suka. "Anda ingin mengurung saya di kamar lagi? Anda tidak tahu betapa tersiksanya saya di sana? Saya seharusnya menghirup udara segar, tapi di dalam sana membuat sesak napas saya bisa kambuh kapan saja."

Kill Your Daughter || Regis Adrey FloyenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang