-33-

428 74 1
                                    

Betrayal
.

.

.

.

.

.

.

Seharusnya [Name] tidak melakukannya. Sekarang, ia benar-benar terjebak karena mengikuti dorongan hatinya yang impulsif. "Tuan Duke, Anda harus pulang," suaranya bergetar lirih, mencoba memecah keheningan yang menyelimuti mereka berdua. Regis masih memeluknya erat, tak bergeming sedikit pun.

[Name] mulai merasa resah. Pelayan bisa datang kapan saja, dan ini akan menciptakan masalah besar. "Sebentar lagi pelayan akan datang," bisiknya lagi, kali ini lebih mendesak.

Regis akhirnya melonggarkan pelukannya, tetapi tidak benar-benar melepaskan. Mereka saling menatap, dan tatapan itu begitu dalam, seolah ada banyak hal yang ingin disampaikan namun tak bisa diucapkan. Tangan Regis perlahan terulur, mengusap pipi [Name] dengan lembut, dan sebelum gadis itu sempat berkata apa-apa lagi, bibir pria itu sudah kembali menyentuh miliknya.

Ciuman itu lembut tapi intens, mengalirkan perasaan yang lebih kuat dari sebelumnya. [Name] memejamkan mata, tubuhnya merespons secara naluriah. Itu adalah ciuman mereka yang kesekian kali hari ini, namun setiap kali terasa lebih dalam dan memabukkan.

Tangan [Name] tanpa sadar mencengkeram lengan Regis, seolah mencari keseimbangan di tengah badai perasaan yang menghantamnya. Kepalanya terasa pusing, dan jantungnya berdebar cepat. Belum pernah ia merasakan hal seperti ini-sebuah ciuman yang bisa membuat seluruh tubuhnya terserang panas.

Ia ingin berhenti. Tidak, ia memang harus berhenti. Tetapi semakin dalam ciuman itu, semakin sulit baginya untuk melepaskan diri. Bibir Regis memperlakukannya dengan begitu lembut namun berkuasa, membuatnya merasa seperti tenggelam dalam lautan yang tak berujung. Setiap sentuhan, setiap helaan napas, membuatnya semakin candu.

Panas di dadanya menyebar ke seluruh tubuhnya, membuatnya gemetar. Ia ingin berteriak untuk menghentikan semua ini, tapi bibirnya tidak mampu mengucap satu kata pun. Alih-alih, ia hanya bisa tenggelam lebih jauh ke dalam perasaan yang telah menguasai dirinya.

Regis menjauhkan wajahnya setelah memutus ciuman mereka. Pandangan [Name] seketika terfokus pada bibir pria itu. Bekas kemerahan menempel di sana. [Name] terkekeh geli karenanya.

Regis kembali mengusap pipi gadis itu. "Mengapa kau tertawa?" tanyanya lirih. [Name] menjawabnya dengan tersenyum manis. Regis terpana melihatnya. Debaran jantungnya kian meningkat. Rasanya ia ingin menghentikan waktu agar bisa terus menikmati momen ini bersama [Name].

Gadis itu mengangkat tangannya untuk menghapus sisa lipstiknya di bibir si pria. "Anda tidak boleh keluar seperti ini. Bagaimana kalau Kaisar melihatnya?" Mendengar kata "Kaisar" melunturkan euforia yang Regis rasakan.

"Sungguh, kau harus mengatakan itu sekarang?" [Name] kembali tertawa melihat raut cemberut pria dewasa di hadapannya. Regis merajuk seperti anak kecil. Gadis itu jadi tidak tahan untuk terus menjahilinya.

"Mau bagaimana lagi? Aku sudah jadi milik Kaisar sekarang."

"[Name]!" Wajah Regis merah memahan kesal. [Name] menyeringai jahil. Regis yang melihat itu hanya bisa menghela napas. Ia menarik tubuh gadis itu dan memberikan satu kecupan pada pipinya sebelum membenamkan wajahnya pada bahu gadis itu.

Kill Your Daughter || Regis Adrey FloyenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang