-02-

1.6K 277 5
                                    

Bar in the Night
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sekali lagi terjadi kerusuhan yang menyebabkan nyawa Juvelian terancam. Saat sedang berjalan-jalan di pasar, tiba-tiba saja terjadi ledakan tak jauh dari lokasi gadis itu. Juvelian hampir menjadi korban jika saja Max tidak melindunginya.

Para ksatria yang diminta untuk mengawal Juvelian segera berpencar untuk mencari pelaku yang telah meledakkan pasar. Juvelian sendiri langsung dibawa pulang oleh Max.

Saat mendengar kejadian itu, Regis bukan main marahnya. Padahal pelaku penyerangan minggu lalu belum ditemukan, dan sekarang muncul lagi penyerangan lain. Yang membuatnya kebingungan adalah tidak ada jejak apapun yang ditinggalkan. Semua seolah terjadi begitu saja.

Regis bahkan sudah menyelidiki Marquiss Hersen yang ia tuduh sebagai tersangka. Namun, dia dan putranya ternyata tidak bersalah. Hal itu membuatnya semakin frustasi. Sang Duke pun memutuskan untuk mencari pelakunya sendiri.

Malam ini, di sebuah bar di ujung ibukota, Regis datang dengan penyamarannya untuk bertemu dengan seseorang. Setiap kali orang itu bertemu dengan Regis, dia pasti akan terpukau melihat duda anak satu itu yang tak menua sedikit pun.

"Bagaimana kabarmu, Devine?" Pertanyaan Regis dibalas dengan anggukan pelan.

"Setelah kabur hari itu, aku langsung bersembunyi dan memulihkan diri," ujar Devine. Ia lalu meminta Regis untuk duduk. Tanpa basa-basi si tuan Duke langsung mengutarakan kecemasannya. Devine mendengarkan sambil memasang raut cemas.

"Kau benar-benar yakin itu bukan sihir?" Regis mengangguk saat Devine menanyakan pertanyaan itu untuk yang ketiga kalinya. Pria itu terlihat berpikir sejenak. Namun, seberapa keras pun ia memutar otak, tidak ada jawaban logis yang bisa menjelaskan insiden yang menimpa Juvelian.

Devine kemudian menghela napas panjang."Aku akan coba mencari tahu. Dua hari lagi, temui aku di sini." Ucapan itu mengakhiri pertemuan keduanya. Regis pun segera pergi meninggalkan bar itu.

* * *

Hari ini ajudan sang Kaisar datang lagi menghampiri [Name] dengan membawa sepucuk surat dan sekantung koin emas. Tanpa berbasa-basi [Name] langsung menerimanya. Gadis itu melempar kantung koin emasnya ke sudut ruangan kemudian merebahkan tubuh di atas sofa. Ia lebih tertarik dengan surat daripada uang yang ia dapatkan.

"Mari kita lihat apa yang dia tulis," gumamnya pelan. Senyum gadis itu merekah membaca setiap kalimat yang tertulis di dalam surat itu. "Surat ini selalu diakhiri dengan permintaan baru, tapi tidak masalah, aku pasti akan memenuhi permintaanmu yang mulia."

[Name] bangkit kemudian bergegas pergi. Ia memerintahkan anak buahnya untuk mencari lokasi Juvellian saat ini. "Mari kita berburu," ujarnya sembari bersenandung.

* * *

Dua hari berlalu dengan cepat. Regis kembali menemui Devine sesuai dengan kesepakatan mereka. Begitu tiba, Devine sangat terkejut melihat Regis yang begitu suram. Entah apa yang terjadi sehingga pria itu nampak sangat marah. Kemudian ia teringat bahwa pagi tadi Juvelian diserang lagi dan dirinya ada di sana untuk mencari tahu pelakunya.

"Apa yang kau temukan?" Regis langsung bertanya ke intinya. Devine nampak ragu-ragu untuk menjawabnya.

"Kau benar, itu bukan sihir. Tapi tidak ada orang mencurigakan yang kutemukan di sekitarnya." Ucapan Devine membuat amarah Regis makin memuncak. Rasanya dia akan menhancurkan seluruh tempat itu jika Devine tidak langsung menenangkannya.

Kill Your Daughter || Regis Adrey FloyenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang