-20-

1.2K 178 10
                                    

I'm Missing You

.

.

.

.

Regis terbangun lantaran silau mentari mengusik tidurnya. Saat membuka mata, ia disambut dengan wajah beberapa orang pemuda yang tengah mengelilinginya. Pria itu nyaris saja menyerang mereka kalau Erik tidak muncul dan menjelaskan situasi.

Mereka bilang Regis pingsan dan mengalami demam tinggi. Jadi, [Name] membawanya masuk dan mengurusnya. Pria itu langsung diperiksa oleh dokter yang sudah berjaga sejak tadi.

Selagi diperiksa, pandangan Regis menelisik ke sekelilingnya. Saat ini ia berada dalam sebuah kamar yang luasnya tidak lebih dari kamar mandinya. Di dinding tembok tergantung berbagai jenis senjata. Sebagian besarnya nampak asing di mata Regis.

Awalnya ia berpikir sedang berada di kamar Erik. Tetapi saat melihat meja rias di sudut ruangan, ia langsung sadar bahwa kamar itu adalah kamar [Name]. "[Name] ada dimana?" Tiba-tiba saja ia bertanya. Pandangannya mengarah pada Erik.

"Nona sedang menginspeksi pasar. Dia memerintahkan saya untuk melayani Anda. Jika ada yang Anda butuhkan, katakan saja."

"Aku butuh, [Name]. Antarkan aku padanya." Regis berniat turun dari ranjang. Tetapi dokter yang menanganinya langsung menyuruhnya duduk kembali.

"Hei, kalau sedang diperiksa jangan banyak bertingkah! Tubuhmu masih lemah." Dokter itu dengan beraninya memarahi Regis. Erik sendiri hanya melihat saja.

"Dokter benar, kondisi Anda masih kurang baik. Sebaiknya Tuan Duke istirahat saja." Mendengar panggilan itu, dokter yang tadinya hendak menyentuh Regis langsung terdiam. Ia mendongak dengan ekspresi suram. Regis yang melihat itu hanya diam saja. Namun, dengan tidak bersuara, pria itu seolah-olah sedang menatap tajam pada sang dokter.

"Ma-maafkan saya, Tuan Duke. Saya sudah tidak sopan. Tolong ampuni saya. Saya belum menikah." Dahi Regis mengernyit. Ia tidak mengerti mengapa si dokter tiba-tiba saja meminta maaf dan membahas masalah pernikahan. Ia memutuskan untuk mengabaikannya dan kembali fokus pada Erik.

"Antarkan saja aku padanya."

Mendengar tuntutan itu, Erik akhirnya pasrah saja dan menurut. Setelah Regis mengganti pakaian, mereka berdua langsung bergegas menuju pasar.

* * *

Inspeksi bulanan di pasar adalah agenda rutin yang harus [Name] lakukan selaku pemilik pasar tersebut. Namun, karena beberapa bulan belakangan ia terkurung di kediaman Floyen, jadilah tugas itu terbengkalai. Untungnya tidak ada kejadian serius selama dirinya pergi.

Pasar masih dalam keadaan aman dan para pedagang juga membayar biaya sewa dengan rutin.

[Name] berhenti di salah satu kedai yang menjual buah-buahan. Melihat gadis itu, si pemilik kedai langsung menyapanya dengan riang. Lalu beberapa saat kemudian ekspresinya berubah muram. Hal itu tentu mengundang rasa penasaran dari [Name]. Akhirnya ia pun bertanya si pemilik kedai.

"Begini, aku sedikit kesulitan. Pendapatanku berkurang, jadi aku tidak bisa membayar biaya sewa bulan ini. Bisakah kau memberiku waktu?"

[Name] tersenyum saat mendengarnya. Ia meraih sebiji apel yang ada di hadapannya dan langsung menggigitnya. "Tidak perlu begitu. Aku anggap ini bayarannya," ujarnya lalu pergi untuk menginspeksi bagian lainnya.

Setelah semuanya selesai, [Name] bergegas untuk kembali ke penginapan. Tepat di tengah jalan ia tidak sengaja berpapasan dengan orang yang familiar. Siapa lagi kalau bukan Regis Floyen.

Kill Your Daughter || Regis Adrey FloyenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang