-34-

432 63 8
                                    

Behind The Scene (3)

Note : Ini adalah klimaks dari backstory [Name]. Boleh dibaca atau diskip, soalnya ini cukup panjang (panjang banget sih sebenarnya). Tapi kalau kalian kepo dengan pertemuan antara [Name] dan Vassago, itu akan ada di chapter ini.

Semua yang ada di chapter ini hanyalah fiksi dan tidak ada kaitannya dengan dunia nyata.

Enjoy ><
.

.

.

.

.

Seluruh dunia mengenalnya sebagai Tuan Putri yang sempurna, putri tunggal dari Presiden terpilih—Alexander, pemimpin yang dipuja banyak orang. Di depan umum, ia selalu menampilkan senyum manis yang memukau, dengan sikap yang sopan dan patuh. Namun, di balik semua itu, [Name] menyimpan rahasia yang gelap.

Tak ada yang tahu betapa kacaunya hubungan antara ayah dan anak itu. [Name] tak bisa mengingat kapan terakhir kali ayahnya benar-benar melihatnya sebagai putrinya, bukan alat politik. Sejak ibunya meninggal, segalanya berubah. Ayahnya menjadi sosok yang dingin, ambisius, dan tak peduli lagi pada apa pun kecuali kekuasaan.

Dulu, [Name] selalu berusaha mencari perhatian ayahnya. Ia berharap kasih sayang yang dulu hangat itu akan kembali. Namun, hari demi hari, ia hanya mendapat kekecewaan. Setiap gerakannya diawasi, setiap langkahnya dikendalikan. Ia dipaksa menjadi simbol sempurna yang ayahnya butuhkan untuk menjaga citra keluarga. Semakin lama, kasih sayang itu pun lenyap, digantikan dengan rasa benci yang mendalam.

Tapi [Name] tahu, melawan ayahnya secara terbuka bukanlah pilihan. Dia tak boleh menunjukkan pemberontakan itu pada dunia. Semua orang melihatnya sebagai putri yang patuh. Senyum yang ia pakai di depan publik bukanlah senyum kebanggaan, melainkan topeng yang menutupi luka batinnya.

Semua berubah ketika ia menemukan tempat itu—kelompok yang diam-diam merencanakan perlawanan terhadap pemerintahan. Mereka tak tahu siapa dirinya sebenarnya, dan [Name] juga tak berniat memberitahu. Di sana, ia bisa menjadi dirinya sendiri. Di sana, ia mulai merencanakan sesuatu yang lebih besar dari sekadar melawan ayahnya—ia berencana menghancurkan kekuasaan yang telah membuat hidupnya menjadi penjara.

Ayahnya pasti tidak tahu bahwa musuh terbesar yang ia hadapi saat ini adalah putrinya sendiri.

* * *

[Name] tidak pernah berpikir untuk membunuh sang ayah meski kebencian terhadap pria itu terus membara. Bagi [Name], melihat ayahnya cemas dan gusar akibat ulah kelompok rahasia yang ia ikuti sudah lebih dari cukup. Namun, hari ini ada sesuatu yang berubah dalam dirinya—keputusan untuk melenyapkan sosok yang sangat dipuja oleh rakyat.

Biasanya, [Name] selalu punya alasan untuk menghindari makan malam keluarga di kediaman sang ayah. Tapi kali ini, dia tak bisa menolak undangan itu. Tak disangka, ia akan mendengar lelucon yang paling buruk sepanjang hidupnya.

"Kau dan Leo akan segera menikah. Sebentar lagi maskapai itu akan jadi milik kalian, kau tidak akan membutuhkan perusahaan itu lagi."

Kata-kata ayahnya begitu mengejutkan, terdengar seperti bualan yang paling konyol. Tatapan [Name] mengarah ke dua kursi lainnya, di mana duduk seorang wanita paruh baya dengan putranya yang masih berusia sepuluh tahun. Senyum tipis muncul di sudut bibir wanita itu, seolah menikmati kehancuran yang akan datang.

Kill Your Daughter || Regis Adrey FloyenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang