-00-

3.5K 316 1
                                    

Dinner
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Makan malam yang biasa di kediaman Duke Floyen. Di meja yang begitu besar itu, hanya ada si Tuan Duke dan putri kesayangannya-- Juvelian. Suasana begitu hening hingga suara langkah kaki tikus pun dapat terdengar.

Tiba-tiba saja sang Duke berdeham, membuat putri sematawayangnya tersentak. Juvelian meremat kain gaunnya. Saat ini degup jantungnya tiba-tiba berpacu dua kali lebih cepat. Hal itu bertambah saat sang ayah meliriknya dengan sorot mata yang tajam.

Juvelian menelan ludah. Ia berusaha memikirkan mengapa ayahnya terlihat kesal seperti ini.

Gawat! Sepertinya aku akan kena marah.

Juvelian menjerit di dalam hati. Matanya nampak was-was memperhatikan pergerakan sang ayah. Lalu Duke Floyen tiba-tiba saja membuka suara. "Jangan terlalu sering bertemu dengan Max. Kau tahu sendiri dia Putra Mahkota tiran." Nada suara sang Regis terdengar lembut, berbanding terbalik dengan aura yang dipancarkannya.

Juvelian bergidik karena hal itu. Si Tuan Putri memaksakan kepalanya bergerak naik turun. Saat ini ia harus patuh agar sang ayah tidak melakukan apa-apa terhadap sang kekasih.

Gadis itu mengingat saat dirinya dan Max terciduk di dalam kamar. Regis memergoki mereka dengan sorot mata membara. Beruntung Max masih bisa keluar hidup-hidup dari kediaman Floyen. Kalau tidak, bisa-bisa Juvelian menjadi janda bahkan sebelum mereka menikah.

Juvelian menggelengkan kepalanya. Itu terlalu mengerikan untuk dibayangkan.

Setelah menyelesaikan makan malam, Juvelian langsung pamit menuju kamarnya. Entah mengapa ia merasa sangat lelah hari ini. Jadi, si Tuan Putri memutuskan untuk tidur lebih awal.

Bulan di luar sana nampak condong ke arah barat. Itu tandanya waktu menunjukkan dini hari. Juvelian masih terlelap di dalam kamar tidurnya saat tiba-tiba saja terdengar suara kaca pecah.

Gadis itu langsung terbangun dengan wajah syok. Matanya melotot melihat jendela kamarnya yang hancur berkeping-keping. Dalam hitungan detik para pengawal dan pelayan mendobrak masuk ke kamarnya untuk melihat apa yang terjadi. Mereka semua tersentak melihat seluruh lantai kamar Juvelian yang penuh dengan serpihan kaca.

Tubuh Juvelian gemetar ketakutan. Regis muncul paling akhir. Dengan cepat ia mendekat pada sang putri dan memeluknya. Ia berusaha sebisa mungkin menangkan putrinya walau pikirannya sedang menggebu-gebu ingin menangkap pelaku yang menyerang kamar sang putri.

Semua pengawal digerakkan. Mencari ke seluruh mansion. Tetapi mereka tak menemukan apapun. Bahkan setelah berpencar keluar, hasilnya tetap sama. Yang paling mengherankan adalah, tidak ada batu ataupun anak panah yang terdampar di kamar Juvelian. Hal itu membuat orang-orang kebingungan tak terkecuali Regis sendiri.

Sang Duke sempat berpikir kalau seseorang menggunakan sihir. Tetapi, ia tidak bisa merasakan bekas sihir dimanapun. Regis mengepalkan tangannya. Siapapun orang yang telah berani mengancam putrinya, ia bersumpah akan membunuhnya.

"Terus cari! Dia tidak mungkin jauh dari sini," perintahnya pada para ksatria.

Sementara itu, dari jarak sekian kilometer, ada seorang gadis yang sedang duduk di atap memandang bangunan besar di ujung sana. Matanya sedikit menyipit dengan seringaian manis di bibir.

Tiba-tiba seseorang muncul dari belakangnya. Ia menatap gadis itu dengan sorot takut sekaligus kagum. Perlahan ia mendekat kemudian membungkuk hormat pada gadis itu. Si gadis tak menoleh melainkan langsung menyuruh orang itu menyampaikan maksudnya.

Orang itu berdeham pelan kemudian berkata, "Nona [Name], ada tamu untuk Anda."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Wih badas juga ya si [Name] di sini wkwk

Hayo siapa yang nungguin ini dipublish?

Sesuai dengan jumlah vote terbanyak, akupun mengpublish imagine Papa Regis ini untuk kalian

Yeayyy🥳🥳

Semoga kalian suka ya

Dapat salam nih dari dedek Juvelian

Dapat salam nih dari dedek Juvelian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terima kasih telah membaca baca ><

Kill Your Daughter || Regis Adrey FloyenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang