-17-

980 160 3
                                    

Good Bye
.

.

.

.

.

.

"Yang benar saja! Apa Anda memang selalu tidur di tempat ini?"

[Name] melirik pria itu. Sejak tadi dirinya terus menggerutu, memprotes perlakuan kasar para ksatria pada mereka. [Name] jelas terkejut dengan hal itu. Apalagi saat pertama kali menginjakkan kaki ke dalam kamarnya.

Melihat ruangan itu yang telah hancur, [Name] jadi bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Dirinya dan Erik ditinggalkan begitu saja di dalam sana. Tetapi para pengawal menjaga ketat dari luar. Semua itu adalah perintah dari Regis.

"Sebenarnya dia kenapa?" gumam [Name]. Raut wajahnya nampak kecewa melihat tumpukan gaunnya yang sudah hancur. "Padahal dia sudah membelikannya untukku, sekarang dia menghancurkannya sendiri."

[Name] hendak berbaring, namun rasa nyeri di punggungnya membuatnya kembali menegakkan tubuh. Erik yang melihat itu menjadi semakin geram. "Apa seperti ini Anda diperlakukan? Bahkan mereka tak memberikan kita air. Setidaknya luka Nona harus diobati dulu."

[Name] mendengus pelan. Ucapan pria itu memang benar. Luka [Name] terlalu besar untuk dibiarkan begitu saja. Bahkan mungkin lukanya sudah mulai mengalami infeksi. "Erik, bisa bantu aku?"

Erik menghela napas panjang. Ia mendekat pada majikannya dan segera membantu gadis itu untuk mengobati lukanya. Untungnya ada beberapa perban di laci milik [Name] yang sudah hancur.

Selagi dirinya diobati, tiba-tiba saja seseorang mendobrak masuk ke dalam kamar [Name]. Itu adalah Geraldine. Pemuda itu begitu terkejut saat melihat luka bakar di sekujur punggung [Name]. Geraldine buru-buru memutar tubuhnya dan meminta maaf.

"Nona Spencer, Anda baik-baik saja?"

"Tidakkah kau lihat?" Erik menjawab pertanyaan itu dengan mada sarkas. Geraldine pun segera mengganti pertanyaannya.  

"Maksudnya, bagaimana itu bisa terjadi?"

Erik terlihat makin kesal saja saat mendengarnya. "Kau ingin tahu? Itu karena Putri kalian yang manja itu."

"Erik!" [Name] langsung membungkam mulut Erik. Sementara itu Geraldine terlihat siap untuk menanyakan pertanyaan lain. "Begini, Sir. Akan kujelaskan."

* * *

Semua orang masih bersama Juvelian di kamarnya. Mereka semua menolak pergi sampai kondisi gadis itu benar-benar sudah baik. Dokter masih memeriksanya untuk memastikannya. Regis memandang sendu menatap sang Putri. Ia merasa telah menjadi orang tua yang gagal melindungi buah hatinya. Begitu Geraldine kembali, ekspresi Regis langsung mengeras.

"Dimana dia?" Suara Regis sangat lirih, tetapi penekanan pada pertanyaan itu membuat Geraldine merinding.

"Dia sedang bersiap-siap dan akan segera kemari."

"Bersiap-siap? Dia masih sempat berdandan di saat seperti ini?" Sorot mata Regis nampak berapi-api. Geraldine jadi merasa cemas.  Si Tuan Duke mungkin akan menuduhnya dan memperlakukan gadis itu dengan buruk.

Geraldine tentunya tidak ingin hal itu terjadi. Ia tahu gadis itu terluka dan ia juga tahu bahwa luka itu karena dirinya menyelamatkan Juvelian. Saat pergi memanggil [Name] tadi, Erik memberitahukan semua padanya. Geraldine pun jadi merasa bersalah karena telah salah paham dan menuduh [Name] yang tidak benar.

Kill Your Daughter || Regis Adrey FloyenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang