-31-

546 73 9
                                    

Behind The Scene (2)
.

.

.

.

.

.

.

"Calon Presiden nomor urut 2, Alexander Georgie, hari ini mengunjungi pemukiman kumuh untuk memberikan bantuan."

[Name] menghela napas pelan mendengar berita itu. Ia mengambil remot, mematikan televisi, lalu segera meraih mantel yang tergantung. Tanpa banyak berpikir, ia bergegas menuju tempat kerjanya.

* * *

[Name] Alexandra, satu-satunya putri dari Alexander Georgie, mantan anggota parlemen yang kini mencalonkan diri sebagai Presiden. Orang-orang sering menyebutnya "Tuan Putri Paling Beruntung"—dan tak heran mengapa. Ayahnya adalah politisi terkenal, sementara mendiang ibunya merupakan pewaris tunggal dari perusahaan terbesar di negeri itu.

Sejak ibunya meninggal, seluruh warisan keluarga jatuh ke tangan [Name]. Gadis muda yang dulunya menorehkan prestasi gemilang sebagai atlet menembak, memenangkan berbagai medali emas di ajang olahraga internasional. Namun, bakat dan kecemerlangannya di dunia olahraga harus terhenti karena tanggung jawab besar menanti—mengurus bisnis keluarga yang diwariskan kepadanya.

Kini, di usia 28 tahun, hidup [Name] terlihat sempurna di mata banyak orang. Selain kesuksesannya dalam dunia bisnis, ia juga akan menikah dengan tunangannya, seorang pewaris maskapai penerbangan terbesar di negara mereka. Bagi banyak orang, hidup [Name] adalah definisi dari kesempurnaan.

Namun, di balik semua kemewahan dan kesempurnaan yang tampak dari luar, hanya sedikit yang tahu tentang penderitaan yang harus ditanggung oleh [Name]. Di usia yang seharusnya ia habiskan untuk mengejar mimpi sebagai atlet profesional, ia malah dipaksa berhenti. Menjadi juara menembak bukan hanya sekadar hobi——itu adalah passion, hidupnya. Tetapi semua itu harus ia tinggalkan demi tanggung jawab besar yang diwariskan ibunya——perusahaan raksasa yang tak pernah ia bayangkan akan ia pimpin.

Sejak usia muda, [Name] didorong untuk mempelajari dunia bisnis dengan kecepatan yang tidak manusiawi. Setiap hari adalah tuntutan baru——rapat dewan, laporan keuangan, analisis pasar. Tak ada waktu untuk menikmati masa mudanya. Di sisi lain, sang ayah yang memiliki ambisi politik besar, terus menekan [Name] untuk memberikan dukungan finansial bagi kampanye kepresidenannya. Seolah peran sebagai pewaris perusahaan saja tidak cukup, kini ia juga menjadi tulang punggung ambisi politik sang ayah.

Beban itu semakin berat ketika ayahnya memaksanya untuk menikah dengan seseorang yang bahkan tidak ia kenal. Pernikahan itu bukan soal cinta, melainkan kalkulasi politik demi memperkuat jaringan kekuasaan. Baginya, pernikahan hanyalah alat lain yang digunakan sang ayah untuk mengamankan posisinya di pemerintahan. Tanpa peduli pada perasaan atau kehendaknya, [Name] harus terus memainkan peran dalam panggung politik keluarganya——semuanya demi ambisi orang lain.

[Name] mungkin terlihat kuat di hadapan dunia, tetapi ia hanya seorang gadis yang tidak berdaya melawan kehendak ayahnya. Karena itulah ia mencari bantuan. Bantuan yang dapat melepaskannya dari jeratan sang ayah.

* * *

"[Name], bagaimana kalau kita berkencan hari ini?" Pria itu menyentuh lembut rambut gadis itu, menyisirnya dengan jemarinya. [Name] yang duduk di pangkuannya menoleh, menatap wajah tunangannya. Pipi gadis itu bersemu merah, sedikit terkejut oleh kedekatan mereka. Wajah tampan pria itu memancarkan kehangatan. Iris biru yang dalam dan menawan itu terlihat seperti batu safir yang berkilauan, sementara rambut pirangnya yang rapi bersinar bagaikan jalinan benang emas di bawah cahaya.

Kill Your Daughter || Regis Adrey FloyenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang