Lady in the Dark
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Suasana begitu tenang malam itu. Juvelian sudah terlelap. Setelah memastikan keadaan aman, Marilyn pun mematikan pelita dan segera pergi. Pelayan itu tidak tahu bahwa ada seseorang yang bersembunyi di kesunyian. Langkahnya perlahan mendekat pada si tuan putri.
Di tangannya ada sebilah pisau yang ia todongkan pada gadis itu. Belum sempat melakukan niatnya, ia tiba-tiba saja dibungkam dan diseret pergi. Tidak ingin kalah, ia pun berusaha memberontak.
"Jika Putri sampai terbangun, kujamin kematianmu tidak akan menyenangkan." Nada mengintimidasi itu membuat bulu kuduknya meremang. Dengan terpaksa ia mengikuti orang itu yang membawanya entah kemana.
Di sudut kastil yang sepi, tiba-tiba saja tubuhnya dihempas begitu saja menghantam tembok. Ia meringis pelan. Ditatapnya sosok itu yang ternyata adalah seorang gadis. "Ka-kau, Nona Spencer?"
[Name] memicingkan mata. Sejak siang tadi gadis itu sudah menyadari ada yang memata-matai Juvelian. Tak ia sangka penjaga kebun adalah orangnya. Seingatnya tak ada satupun orang yang ia minta untuk datang. Sudah pasti pria di hadapannya ini dikirim oleh orang lain.
"Siapa tuanmu?" [Name] bertanya langsung ke intinya. Pria itu nampak was-was setelah mendengar pertanyaan itu. Matanya melirik ke kanan dan ke kiri seolah mencari sesuatu atau seseorang?
[Name] memasang ekspresi curiga. Apa yang ditunggu olehnya? Apapun itu, [Name] tak berniat mengetahuinya. Gadis itu lalu mengeluarkan senjatanya dan langsung mengarahkannya ke pria itu. "Tidak masalah jika tidak ingin menjawab, aku akan cari tahu sendiri. Selamat tinggal."
"T-tunggu! Aku tidak bersalah. Kumohon ampuni aku." Kening [Name] mengkerut. Padahal sudah tertangkap basah, tapi dia masih bisa mengelak. Sungguh orang yang aneh. [Name] jadi ragu untuk membunuhnya. Terlebih ia juga masih penasaran dengan maksud lirikan mata pria itu.
Sepertinya ada rekan-rekannya di sekitar. [Name] berusaha tenang agar panca indranya menjadi lebih peka. Benar saja, ada lebih dari lima orang yang berjaga di sekitar gadis itu. "Padahal aku tidak mau melakukan ini, merepotkan sekali."
Pria di hadapan [Name] mengernyit, bingung dengan maksud ucapan gadis itu. [Name] menyibak kain gaunnya dan mengambil sesuatu dari sana. Benda asing dan aneh itu diarahkan pada bendera Floyen. Lalu hening selama beberapa saat.
Tiba-tiba terdengar suara letupan yang cukup nyaring. Suara itu rasanya sanggup membangunkan seisi kastil. Tiang bendera di ujung sana langsung bengkok. [Name] menurunkan tangannya, kemudian kembali menatap pria di hadapannya. Ia lalu melemparkan senjatanya pada pria itu.
"Eh? A-apa ini?" Tangan pria itu nampak gemetar memegangnya. [Name] sendiri malah tersenyum melihatnya.
"Itu adalah barang mahal. Bersyukurlah kau bisa menyentuhnya sebelum mati."
Pria itu masih ingin bertanya, tetapi tiba-tiba saja pasukan pengawal tiba di sana. Mereka bahkan menangkap rekan-rekannya yang tadi bersembunyi. Duke Floyen juga datang ke sana untuk melihat yang terjadi. Saat itu matanya langsung bertemu pandang dengan iris cyan milik [Name].
Gadis itu tersenyum kecil padanya. Pandangannya seolah menyiratkan sesuatu. "Saya rasa urusan saya sudah selesai di sini, eksekusinya saya serahkan pada tuan rumah." [Name] membungkuk hormat kemudian berlalu pergi. Gadis itu tidak menghiraukan Regis yang terus menatapnya hingga bayangan dirinya menghilang di ujung sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kill Your Daughter || Regis Adrey Floyen
Fanfiction[COMPLETE] _________________________________________ Apa yang akan kamu lakukan jika seseorang tiba-tiba datang padamu dan memintamu untuk membunuh Putri kesayangan Duke Floyen? Apakah kamu akan menerima permintaan tersebut atau menolaknya? Kebanyak...