-28-

536 107 9
                                    

What a Kiss
.

.

.

.

.

.

.

[Name] memandangi surat bercap resmi milik Kaisar itu. Sudah lama sekali sejak terakhir ia membuat kekacauan. Hal itu membuat Kaisar kehilangan kesabaran. Desakannya kini tak bisa [Name] abaikan lagi. Gadis itu meraih kertas dan pena lalu mulai menulis balasan surat itu.

Kepada Erik, ia meminta agar surat itu disampaikan dengan sebaik-baiknya pada sang Kaisar.

Setelah mengirimkan suratnya, [Name] kini berjalan-jalan di taman mawar milik kasil Floyen. Hari ini ia tidak punya jadwal apapun. Sebagai guru Juvelian, ia hanya bekerja selama empat hari saja dalam seminggu. Sisanya adalah hari liburnya.

Biasanya si Tuan Putri akan mengajaknya ke pesta teh atau berbelanja, namun, hari ini Juvelian sudah ada janji dengan Maximillian. Jadilah sekarang [Name] sendirian di kastil itu. Tidak tahu harus melakukan apa.

Ia ingin sekali pergi berburu, tetapi semua senjatanya ada di penginapan. Tidak mungkin juga ia membawa benda-benda itu kemari, karena akan menimbulkan kecurigaan. Bagaimana pun Regis tidak boleh tahu bahwa dirinya adalah orang suruhan Kaisar. Bisa-bisa rencananya hancur berantakan.

Berpikir tentang rencana, nyaris saja [Name] jatuh pada pesona seorang Regis Floyen.

Dua minggu terakhir ini sikap pria itu benar-benar manis. Saat pagi hari ia akan mengantarkan sarapan milik [Name], memberinya bunga dan menemaninya membaca buku di perpustakaan saat tengah malam. Pria itu juga beberapa kali mencoba menggodanya dengan kata-kata manis. Benar-benar tidak seperti seorang Regis.

"Apa dia juga seperti ini pada mendiang istrinya? Tch, dia pasti begitu. Dasar pria perayu!" gerutu [Name].

"Apa kau baru saja mengumpat padaku?"

[Name] tersentak melihat kepala Regis yang mencuat dari belakangnya. Sejak kapan pria itu di situ? Dan mengapa ia selalu muncul dari sana?

"Anda membuntutiku lagi?"

Regis tersenyum kecil. "Kau salah, Lady. Aku sedang berlatih pedang sekarang." Dahi [Name] mengkerut. Ia mengedarkan pandangan dan terkejut bahwa dirinya kini berada di tempat latihan ksatria. Sejak tadi ia terus berjalan tanpa arah dan berakhir datang ke tempat ini.

Melihat [Name] yang kebingungan membuat Regis gemas sendiri. Ia pasti sudah mencium gadis itu jika saja tidak banyak mata yang melihat mereka.

Regis mundur beberapa langkah. Ia mengambil satu pedang yang ukurannya lebih kecil dan ringan di atas meja, lalu menyerahkannya pada [Name]. "Mau bertanding? Yang kalah harus menuruti keinginan yang menang."

[Name] memandangi pedang yang Regis sodorkan. Tangannya bergerak, bukan mengambil pedang itu, tetapi pedang milik Regis. Dengan entengnya ia mengacungkan pedang itu melewati bagian atas bahu Regis.

"Aku lebih suka yang ini."

Regis menyeringai tipis. Ia pun menyerahkan pedangnya untuk [Name] pakai. Setelahnya itu kembali ke meja untuk mengganti pedang kecil itu dengan pedang yang ukurannya sama dengan miliknya.

[Name] masuk sebentar ke dalam ruang ganti untuk melepas gaunnya. Di dalam gaun itu, ia sudah mengenakan pakaian khusus untuk berlatih. Setelah melipat gaunnya, ia menyerahkannya pada pelayan dan bergegas keluar untuk berhadapan dengan Regis.

Kill Your Daughter || Regis Adrey FloyenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang