(Anger) 🤯😤

151 71 10
                                        

     
POV (IU)'

      Benar-benar memuakkan ingin rasanya aku berteriak sekuat tenaga meminta penjelasan pada Suga ketika dia pulang nanti. Baru saja Hazel menemui ku dan membuat pengakuan akan kehamilannya. Dan yang paling membuatku terkejut dia mengatakan dia tengah mengandung anak Suga.

"What the heel, Suga."

     Aku ingin hazel tidak lagi mengganggu kehidupan pernikahanku dengan Suga. Dan sekarang rasanya aku ingin memukulnya habis-habisan. Namun, aku IU Olivia Adelin, akan tetap bersabar layaknya wanita elegan.

      Setelah itu aku akan menikamnya dari belakang dengan mengajukan semua pertanyaan yang bercokol di dalam dada yang rasanya ingin meledak sekarang juga.

    Aku sudah cukup sabar akan sikap Hazel padaku. Kau akan menyesal telah berbuat seperti ini padaku! Tidak ada yang mengerti betapa marah dan kesalnya hati aku saat ini.

    Ingin rasanya aku menelan Suga hidup-hidup jika benar anak yang di kandung hazel adalah anaknya. Sebuah pengakuan yang mengejutkan benar-benar membuat akal sehatku tidak berfungsi dengan baik untuk waktu sesaat.

     Aku mencoba merasionalkan pikiranku dan mempercayai suamiku walau dalam hati bergejolak perasaan yang seperti bom atom yang siap meledak kapan saja. Namun, aku harus tetap bersabar dan mengabaikan hal itu karena bagaimanapun juga aku tidak akan membiarkan untuk kehilangan suamiku.

     Maka dari itu aku mencoba, berpikir tidak terjadi apa-apa, hari ini. Anggap saja semua perkataan Hazel hanya angin lalu. Aku mencoba mengenyahkan semua perasaan semacam itu agar hatiku sedikit tenang.

      Sepertinya Suga tidak menyadari akan perubahan sikapku, hingga dia menelepon dan menjemputku. Awalnya aku malas membahas masalah ini. Hingga akhirnya aku melontarkan perkataan yang selama ini aku coba tahan seorang diri.

    Hazel sedang mengandung anak Suga, suamiku ini. Haish, yang benar saja. Sampai pada akhirnya Suga mengatakan itu bukan anaknya. Ada sedikit rasa tenang, namun aku masih meragukan akan ucapannya itu. Aku tidak tahu apa yang sudah mereka lakukan di belakangku.

    Kekhawatiranku seolah tidak terbukti. Walaupun masih ada perasaan mengganjal dalam benakku. Masih ada keraguan di dalam hatiku. Tetap sama jawaban yang Suga berikan padaku. Dengan tegas mengatakan kalau itu bukan anaknya.

     Diputar-putar bagaimanapun juga aku mencoba berulang kali mengajukan pertanyaan yang sama tetap saja Suga tidak mengakuinya. Hatiku lega mendengarnya. Tetapi tetap saja hatiku masih belum tenang juga. Haish, benar-benar otak dan hati tidak sinkron.

     Aku menikah dengannya dengan resiko yang memang dari awal aku tahu konsekuensinya dalam berumah tangga pasti akan ada batu kerikil yang menghalangi jalan.

    Aku menyiapkan makanan di atas meja walau aku tahu Suga pasti akan melarang untuk aku melakukannya.
Jadi jangan heran kalau aku jarang memasak untuknya karena Suga yang lebih sering memasak makanan untukku. Benar-benar suami idaman.

    Baru saja aku ingin mengambil piring diatas lemari dapur. Ketika tangan besar Suga meraih tangan dan memelukku dari belakang. Menenggelamkan wajahnya dileherku. Membuatku menahan napas sejenak menikmati aksinya padaku.

     Suga membalikkan tubuhku menghadap ke arahnya. Mendaratkan bibirnya di bibirku, mengecup dan menyesapnya cukup lama. Hingga ia melerainya menatapku, membelai wajahku dan mengecup keningku cukup lama.

" Aku sangat merindukanmu." Tuturnya.

"Eum ..." Jawabku singkat.

"Ada apa, sayang?."

Scene Ending (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang