Sidang dibuka keesokan harinya untuk mengadili Reich yang dituduh menyerang dua Tentara Merah di Hutan. Karena ini menyangkut anak buahnya, atau karena ada sesuatu yang menyangkut dipikirannya, Soviet memutuskan untuk datang dan menyaksikan proses pengadilan Reich.
Reich sendiri, sudah menyiapkan diri secara penuh untuk pengadilan ini. Ini merupakan kesempatan terakhir baginya untuk bebas dari tuduhan dan melaksanakan rencananya, Reich akan membuat Soviet jatuh cinta kepadanya dan membunuhnya tepat di malam hari pernikahan. Rencana ini harus berhasil, sebelum Soviet mengetahui bahwa dia sebenarnya adalah Nazi Jerman.
**
Jam menunjuk pukul 09.00, udara di luar masih dingin namun semangat para reporter tidak bisa dipatahkan oleh apapun. Kabar bahwa Soviet akan menghadiri persidangan ini menjadi buah bibir yang bagus untuk dijadikan berita. Mereka berkumpul di depan pintu pengadilan, menyiapkan kamera mereka sambil menunggu Soviet datang.
Saat Soviet menunjukkan batang hidungnya, para reporter menjadi seperti binatang. Cahaya kamera mereka tidak berhenti memotret Soviet yang di jaga oleh dua penjaganya, pakaiannya pun sama seperti biasanya. Dia menggunakan mantel panjang berwarna merah maroon yang ada hiasan bulu berwarna hitam di sekitar leher dan lengan baju. Ushanka cokelat dengan lambang bintang merah dan sayap emas di kedua sisinya menjadi ciri khasnya Uni Soviet.
Dia memasuki ruangan pengadilan, sudah ada Reich yang duduk di meja terpisah dengan para juri ataupun kedua tentara Merah yang hilang ingatan sebelumnya. Dia diminta duduk di kursi lain sebagai pengamat saja namun bukan sebagai juri.
"Pengadilan dibuka di tanggal XX-XX-XXXX, untuk membahas Hans Frederick dari Jerman yang menyerang dua Tentara Merah di hutan. Silahkan untuk tersangka, membuka suara...,"
Hakim yang memimpin sidang adalah seorang wanita tangguh, yang mungkin berumur 35-40 tahun, memakai pakaian khas hakim yang berwarna merah dan hitam, memakai kacamata berwarna emas, mukanya menggambarkan dengan jelas bahwa beliau adalah wanita yang menjunjung tinggi keadilan. Jarang sekali ada Hakim wanita di jaman itu.
"Yang Mulia, Ini adalah kesalahan. Saya sama sekali tidak terlibat dengan serangan di malam itu...," Reich berdiri dan mendekat ke meja Hakim dan mencoba merekayasa kejadian yang sebenarnya.
"Keberatan Yang Mulia, Meskipun ingatan saya tidak jelas waktu itu. Namun saya ingat untuk apa saya ke hutan malam itu...," Tentara merah yang merupakan korban mengangkat tangannya dan memasang raut muka tidak senang.
"Tolong biarkan saya menceritakan kejadiannya, Yang Mulia...," Reich memasang muka yang menunjukkan kepasrahan yang hebat.
"Izin diberikan."
"Itu malam yang mengerikan...saya waktu itu pulang dari tempat saya bekerja sebagai penebang kayu, sesaat saya mendengarkan suara teriakan seorang pria. Karena penasaran, saya mencari dari mana asal suara itu, tapi begitu saya menemukan mereka tersungkur tidak berdaya. Saya dengan cerobohnya meninggalkan mereka berdua karena takut disalahkan...,"Suasana persidangan menjadi hening seketika, cerita Reich begitu bisa dipercaya namun keheningan itu dipecahkan oleh suara teriakan.
"APA-APAAN ITU ? MUSTAHIL ! SAYA INGAT DENGAN JELAS BAHWA TUAN SOVIET MEMINTA SAYA UNTUK MEMATA-MEMATAINYA !!"
Semua mata beralih ke arah Soviet, Soviet sendiri memasang muka dingin karena dia tahu, dia tidak bersalah di kasus ini. Dia berdiri dan berjalan mendekati meja hakim.
"Benar apa yang anak buah saya katakan, saya melakukannya karena curiga dia adalah mata-mata Nazi yang tersisa...," Nada bicaranya begitu dingin. Memang begitulah sifat Pemimpin mereka.
After War
Sherlin_VL