Di sisi lain, East tidak bisa berdiri kembali setelah bertabrakan dengan pria yang dia tidak kenal tapi pria itu terdiam beberapa saat sebelum kembali ke dunia nyata.
Dia mengulurkan tangannya dan East menjawab uluran tersebut tanpa curiga lalu pria itu berlutut sehingga tingginya sama dengan East dan sekali lagi menatap East dengan tatapan tidak percaya.
"Kau tidak apa-apa?" Ucapan yang keluar dari mulut pria itu membuat West terkejut tetapi dia mengambil keberanian untuk menjawab.
"S-saya sniff- tidak apa-apa...sniff-" East menunduk karena tidak bisa menahan isakan dari kesedihannya lagi, dia meremas roknya namun tindakan dari pria didepannya membuat kepalanya tegak kembali.
Pria itu menyodorkan saputangannya dan menyeka air mata yang keluar dari mata berwarna biru terang milik East, tatapan matanya yang penuh kepedulian memancarkan kehangatan yang sudah lama tidak dirasakan oleh East akhir-akhir ini.
Tanpa berpikir panjang, East langsung memeluk pria didepannya dan menangis lebih keras lagi di bahunya meskipun pria itu sudah berlutut namun East harus jinjit untuk memeluknya.
Pria itu adalah Reich, dia terkejut akibat tindakan anak kecil didepannya tapi langsung menjawab pelukan East dan mengelus rambut pendeknya untuk menenangkannya.
**
Reich meletakkan secangkir teh hangat didepan East yang sekarang duduk di atas kursi dan meja makan, tangan kecilnya masih meremas roknnnya.Setelah persidangan, Reich memutuskan untuk pindah-pindah tempat tinggal agar tidak ada catatan mengenai dirinya yang masuk ke data pemerintah dan mungkin yang paling buruk hanyalah rumor-rumor yang disebarkan melalui mulut ke mulut tapi itu tidak akan menjadi masalah.
Untuk sekarang.
"Silahkan...," Nada bicara Reich yang hangat membuat East tidak bisa menolak kebaikan Reich, dia menarik cangkir lebih dekat lalu mengangkatnya dengan kedua tangan, dia meniup tehnya sebelum menyeruput tehnya secara sedikit lalu menaruhnya lagi.
Reich duduk bersebrangan dengannya, East tidak berani membuka mulutnya dan hanya menatap wajah Reich, Reich sendiri tidak bisa membiarkan suasana canggung seperti ini terus menerus, dia harus segera menemukan sebuah topik... mungkin menanyakan alasan kenapa anak angkatnnya berlari sambil menangis adalah langkah yang bagus untuk membuka topik.
"Kenapa kau menangis tadi?" Pertanyaan Reich membuat East sedikit terkejut. Tetapi dengan mengumpulkan banyak keberanian, akhirnya East mau membuka mulutnya.
"A-aku diganggu oleh saudara-saudaraku...mereka mengambil mainan kakakku" West kembali meminum tehnya dan menunggu jawaban dari Reich.
Namun Reich tidak bersuara dan tenggelam ke dalam pikirannya.
Saudara? Siapa? West? Bukan...East memisahkan saudara dan kakak, apa saudara yang dia maksud adalah anak-anak Soviet?... anak-anak yang tidak tahu sopan santun itu? Berani-beraninya si komunis sialan itu menyuruh East menanggap mereka sebagai saudara yang menurutku... tidak akan pernah terjadi.
Dan "mainan kakakku" yang dia maksud adalah boneka kelinci kotor yang diberikan oleh West? East memang menyayangi boneka itu, pantas saja sampai menangis begini...,
"Jangan menangis...," kata-kata singkat itu juga membuat East terkejut sedangkan Reich memandang ke arah sampingnya...tempat sinar matahari menyinari wajahnya dari jendela rumahnya.
"Saudara-saudaramu senang melihatmu lemah dan menangis, maka...tunjukkanlah kepada mereka bahwa kamu adalah orang yang pemberani...," kata-kata itu membuat East teringat kata-kata West yang masih ada di kepalanya.
"Kakak...ingin jadi sosok yang pemberani supaya kakak bisa melindungimu"
Tanpa sadar, East tersenyum.
After war
Sherlin_vl