"Hmm... masuk akal." Hakim memikirkan dengan baik, Reich memasang muka panik yang dia tidak buat-buat seperti ekspresi pasrah sebelumnya.
"Saya keberatan Yang Mulia, saya bukanlah mata-mata yang dikirimkan oleh negeri saya. Saya hanya warga biasa...," Reich menaruh tangan kanan di dadanya untuk menunjukkan bahwa dia serius.
"Kalau begitu, coba buktikan." Soviet menjawab dengan nada sinis yang sangat tidak mengenakkan telinga, Reich memikirkan apa yang harus dia katakan dengan cepat karena semakin lama dia berpikir, kebenarannya akan semakin menurun.
"Saya tak tahu apa-apa tentang senjata, saya hanya mengetahui kabar tentang perang dunia yang disiarkan di Radio. kata-katanya penuh dengan hinaan kepada kaum Yahudi dan Bolshevik, di sisi lain. Mereka mengagung-agungkan Führer yang memiliki ambisi tinggi, saya juga ikut mengagung-agungkan beliau karena dia seorang jenius...," Kata-kata Reich terhenti disana, dia tidak sanggup melanjutkannya karena dia merasa menghina dirinya dan negaranya sendiri.
"Lanjutkan." Lagi-lagi, kata-kata yang keluar dari mulut Soviet benar-benar menusuk kuping Reich. Rasanya dia ingin langsung menyerang Soviet sekarang juga. Tidak peduli tentang konsekuensi seberat apa yang harus dia pukul di punggungnya dan membawanya ke Neraka
"Tapi sekarang, mata saya terbuka. Rasanya saya ingin melupakan apa yang sudah saya lakukan saat saya disana. Jadi karena itulah, saat Negara saya hancur. Saya kabur menggunakan kereta menuju Swiss lalu ke Polandia. Ke Ukraina dan sampai disini...," Reich benar-benar kehabisan ide tentang apa yang harus dia katakan untuk membela dirinya sendiri, Juri sekarang pasti berpihak kepada Korban dan jika dia sekarang tidak bisa menyakinkan Hakim ataupun Juri. Dia harus menghabiskan waktunya, membusuk di dalam penjara sampai mati.
"Keberatan, Yang Mulia. Meskipun Tersangka mengatakan kalau dia hanya melihat kami tersungkur tidak berdaya. Tapi kami bisa yakin bahwa dialah yang menyerang kami...," Tentara merah yang menjadi korban mengangkat tangan dan masih tetap bersikap tenang.
"Tunggu ! Yang Mulia...saya tidak akan berani untuk menyerang kedua anggota Tentara Negara, Saya hanya warga biasa yang mencari perlindungan...," Muka Reich sudah sangat pasrah, yang mulai menggerakkan beberapa juri dan pengamat di ruang pengadilan tersebut.
"Izin berbicara, Yang Mulia...saya yakin bahwa tersangka mengatakan yang sebenarnya...mukanya menunjukkan bahwa dia tidak bersalah...," Seorang juri berdiri, dia adalah seorang pria yang berasal dari kalangan atas. Bisa dilihat dari cara berpakaiannya yang cukup mewah dan kualitas bahan pakaiannya yang mahal.
"Keberatan ! Jika dia melihat kami tersungkur setelah diserang, mengapa dia tidak menolong kami ?"
"Saya takut disalahkan oleh publik, saya melakukan hal yang ceroboh tanpa berpikir dua kali. Saya bahkan tidak bisa mendapatkan banyak istirahat malam itu...,"Hakim terdiam, tenggelam dalam pikirannya dan mengabaikan dunia nyata yang sekarang sedang menunggu jawaban yang akan keluar dari mulutnya. Dia akhirnya mengangkat kepalanya kembali dan menatap semua orang yang di dalam pengadilan.
"Hans Frederick...apa tujuanmu ke Uni Soviet hanya untuk mencari perlindungan ?" Tatapan mata sang Hakim sangatlah Tajam yang pasti akan membuat orang tidak bisa berbohong. Reich merasa kalau beberapa juri mulai berada disisinya
Reich membentuk senyuman kecil dan melirik ke arah kedua tentara yang sekarang sedang menatapnya dengan tidak senang.
Cerita macam apa yang harus dia katakan ?
After War
Sherlin_VL
