•••••
Brakk....
Mendengar suara benda jatuh membuat mereka menoleh ke sumber suara. Melihat sosok perempuan dibalut gamis syar'i.
"Umi... " Lirih mama arumi.
Terlihat Eyang Ratih mematung mendengar percakapan ayah Hendra barusan sampai menjatuhkan tas miliknya. Bahkan matanya sudah berkaca kaca.
Melihat keterdiaman eyang Ratih , mama arumi segera menghampirinya.
"Umi.... Dengan siapa kemari? " Tanya mama arumi namun bukan jawaban yang iya dapat, eyang Ratih pergi begitu saja menghampiri ayah Hendra.
"Apa maksudmu hendra. Apa maksudmu menerima pinangan lelaki untuk putrimu. Kamu tau putri mu masih SMA. Apa yang ada dipikiranmu." Kata kata eyang Ratih dengan tegas.
"Umi tenang dulu. " Lerai mama arumi takut kondisi saat ini akan semakin panas. Karna ia tau bagaimana sifat uminya tersebut.
"Diam arumi, umi sedang bicara dengan suamimu. "Sahut eyang Ratih.
" Umi duduk dulu , tenangin diri umi, Hendra akan jelaskan setelah umi tenang. "Jawab ayah Hendra lembut.
" Tenang kamu bilang. Mana bisa umi tenang mendengar cucu umi akan dinikahkan diumur nya baru 17 tahun. "
"Kamu tau selama ini umi mati matian berusaha membujuk agara shafa mau masuk pesantren tiba tiba kamu mau menikahkan dia.umi tidak habis pikir dengan kamu ndra. " Ucap eyang Ratih menggebu.
"Umi... " Lirih mama arumi merasa tidak enak dengan keluarga ndalem.
"Kamu juga arumi, kenapa diam saja dengan keputusan suamimu itu. Kamu tidak memikirkan masa depan anakmu?"
Ayah Hendra menghela nafasnya. "Hendra akan jelaskan setelah umi tenang kalau umi tidak tenang Hendra tidak mau menjelaskan apapun. "
"Umi ayo duduk dulu kita bahas sama sama " Ucap mama arumi pada eyang Ratih.
Akhirnya dengan hati yang masih kesal eyang Ratih duduk di sofa singel. Eyang Ratih kaget melihat siapa yang ada dihadapannya sekarang. Ia jadi merasa tidak enak karena kelurga ndalem tempat cucunya nyantri yang menjadi tamu dirumah anaknya tersebut.
Melihat mertuanya sudah tenang ayah Hendra memulai menjelaskan.
"Umi.... Ini kyai khalid dan uma Fatimah. Umi tau bukan?. Kedatangan mereka kemari mengantar putranya gus zyen untuk menyampaikan niat baiknya meng khitbah shafa putri saya.
"Umi juga sudah mendengar bukan jawaban saya. Saya menerima khitbahan gua zyen untuk shafa putri saya. Saya menerima gua zyen menjadi pendamping hidup shafa bukan tanpa alasan umi. "Jelas ayah Hendra
" Kamu lupa ndra dengan pesan abi. lalu Kalau shafa menikah bagaimana."
Ucap eyang Ratih."Hendra tidak lupa umi.bahkan kita juga sudah kehabisan cara untuk membujuk shafa umi.Mungkin dengan cara ini allah memberi jalan umi ."
"Dan bukan kah umi dulu pernah bilang bahwasanya menolah seorang hafidz sama saja menolak syurga umi. " Lanjut ayah Hendra
Eyang Ratih terdiam memikirkan jawaban Hendra yang ada benarnya juga.namum apa cucunya itu mau menerima pernikahan tersebut.
Keluarga ndalem hanya menyimak perdebatan mereka tanpa ikut berbicara.
"Tapi bagaimana dengan shafa?." Tanya eyang Ratih
"Itu biar menjadi urusan Hendra umi. Insyaallah shafa dapat menerima. "
Eyang Ratih tersenyum "kamu percaya diri sekali Hendra. Kamu tau bagaimana keras kepalanya putrimu itu. Umi yakin tidak akan mudah membujuk shafa. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Shafa
SpiritualCerita ini murni dari pikiran dan imajinasi ku Plagiat dilarang mencuri karya !!! Cinta pada pandangan pertama itu memang nyata, seperti yang terjadi pada seorang gus dari salah satu pesantren di Jawa , yang kerap disapa gus zyen yang terkenal den...