33

15.6K 744 87
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Selamat membaca

°
°
°

Masih dengan tangisannya shafa berjalan dengan menunduk untuk menyembunyikan tangisannya.

Saat berpapasan dengan dengan zia di koridor asrama shafa hanya melewatinya.

Zia kebingungan dengan shafa karena pundaknya bergetar seperti menangis. "Shafa." Panggil zia.

Shafa tidak menghiraukan panggilan dari zia, ia tetap berjalan ke arah kamarnya.

Zia yang melihat shafa seperti itu memilih berbalik arah mengejar shafa. Karena ia takut terjadi sesuatu dengan saudarinya.

Shafa membuka pintu kamar sedikit kasar mengagetkan risma dan meira,risma yang kaget siap untuk memaki shafa tapi setelah melihat mata shafa yang sembab ia urungkan.

Shafa berjalan menuju lemarinya ia menurunkan koper lalu mengambil pakaian miliknya.

"Shafa,kamu kenapa?" Tanya meira. Pasalnya tadi shafa saat pergi baik baik saja

"Kenapa baju bajunya di masukin? " Tanya risma bingung.

"Ini juga kenapa nangis? Kenapa cerita ke kita. "

Shafa masih enggak untuk berbicara.ia masih membereskan barang barang miliknya.

Zia memasuki kamar mereka, melihat shafa yang sudah membereskan pakaiannya zia bertambah bingung apa yang terjadi pada shafa.

"Shafa.kamu kenapa?. " Tanya zia lembut sembari membalikan badan shafa agar shafa berhenti membereskan barang barang miliknya.

"Aku mau hiks...hik...pulang. " ucap shafa disela tangisnya.

"Kenapa? " Tanya tiga temannya serempak.

"Aku enggak bisa disini. "

"Ya alasan nya apa? Kenapa tiba tiba begini. " Tanya zia khawatir.

"Aku.... Aku.... "Shafa bimbang ingin mengatakan pada mereka atau tidak tentang statusnya yang baru ia ketahui.

" Kenapa? Bukannya kamu bilang kamu nyaman disini. Kenapa tiba tiba mau pulang?. "Suara risma menyahut.

Shafa hanya diam ia masih bimbang. "Kenapa jangan diam aja dong. " Ucap zia sedikit kencang.

"Aku.... Aku.. Sudah menikah. "

Seketika Ketiga temannya menegang. Mendengar ucapan shafa.

"Maksud kamu? " Tanya zia.

"Aku sudah dinikahi secara diam diam zia....hiks.... Aku enggak bisa."

"Kenapa hidup aku selalu di setir, aku juga ingin punya pilihan dalam hidup aku zia. " Ucap shafa sambil menangis di pelukan zia

Zia membiarkan shafa menangis agar shafa cepat tenang. Ia mengusap punggung shafa. Tak urung zia juga ikut berkaca kaca.

"Tenang dulu ya, setalah ini baru cerita semuanya. " ucap zia menenangkan shafa.

Shafa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang