Bab 12- Masalah Baru

273 39 6
                                    

Hai vote dulu ya dan kemudian tinggalkan komentar yang banyak ya, follow juga kyoritess dan ig Kyo @aasrinok dan @wp.kyoritess
.
.
.
Happy reading
...

"Bi, Tara mau ngomong sesuatu." ucap anak itu memulai pembicaraan setelah seperkian menit mereka terdiam memperhatikan wajah satu sama lain.

"Mau ngomong apa sayang?" tanya Bian menatap wajah Tara dengan tatapan lembutnya.

"Eum.. k-kalau seandainya, i-ini masih seandainya ya, kalau seandainya T-tara hamil Bian bakalan gimana?"

"Ya seneng banget lah sayang dan yang jelas aku bakal tanggung jawab terus aku bilang ke mama papa buat ngelamar kamu buat jadi istri aku." jawab Bian dengan mantap tanpa tersendat-sendat.

"Bi, Tara serius."

"Aku juga serius Taaaa, aku mau nikahin kamu. Sekarang juga ayo aku siap."

"Bi, dengerin Tara. Pernikahan itu gak gampang, yang hanya dengan melakukan upacara pernikahan terus bisa tinggal bareng habis itu selesai. Gak gitu Bi. Pernikahan itu hubungan yang permanen, hubungan sampai mati, kelak. Bian harus siap dulu, siap kasih nafkah buat istri, siap buat jadi seorang ayah untuk anak Bian, pokoknya Bian harus siap lahir batin." jelas Tara membuat Bian bingung.

"Ini beneran Ta nya Bian? Kok dewasa banget?" heran Bian mengernyitkan dahi.

"Ish.. ini beneran Tara, Tara kayak gini biar Bian itu paham kalau nikah itu gak semudah balikin telapak tangan. Apalagi buat Tara yang masih sering kekanakan dan belum dewasa."

"Belum dewasa tapi pernah ngelakuin kegiatan orang dewasa sama aku." cibir Bian pelan membuat telinga Tara memerah, ia malu.

"Ish, Bian kok gitu kan Bian yang ngajakin Tara." kesal Tara memukul lengan Bian cukup kuat membuat sang empu mendesis pelan.

"Sakit." desis Bian pelan.

"Rasain."

"Emang kamu beneran hamil Ta?" tanya Bian serius mengalihkan pembicaraan membuat tubuh Tara membeku.

"E-eng-enggak! Kan Tara udah bilang, kalaupun Tara bisa hamil, Tara gak mau hamil anaknya Bian. Nanti anaknya ngeselin kayak Bian." kilah Tara gugup ia mengalihkan kontak matanya dengan Bian, membuat Bian curiga.

"Ta, kalau ngomong itu tatap mata aku. Kamu bikin aku curiga, apa kamu benaran baik-baik aja?" tanya Bian mengerutkan keningnya membuat Tara terdiam.

"Kamu itu pacar aku Ta, kalau ada apa-apa kamu ngomong sama aku. Kalau kayak gini, aku merasa gak berguna jadi pacar kamu Ta. Aku nganggap kamu itu sebagai pacar dan juga rumah kedua aku, aku ceritain semuanya ke kamu baik itu masalah ataupun keseharian aku di kampus ke kamu. Tapi kamu, kamu kayak gak nganggap aku Ta. Aku tuh kamu anggap apa sih sebenernya?"

"Maaf Bi, Tara cuma takut Bian marah." lirih anak itu menundukkan kepalanya dalam-dalam membuat Bian menarik dagunya untuk menatap mata cantik Tara.

"Aku gak akan marah, kalau kamu mau jujur dan juga mau berbagi sama aku. Selama ini aku selalu overthingking karena kamu belum juga mau terbuka sama aku, aku selalu mikir apa aku udah jadi pacar yang perhatian? Udah jadi pendengar yang.."

Cup.

Ucapan Bian terhenti karena Tara yang mengecup bibirnya lama, hingga Bian tidak bisa melanjutkan kata-katanya.

"Bian jangan mikir kayak gitu jangan overthingking, Bian udah jadi pacar yang pengertian dan juga pendengar yang baik buat Tara. Bahkan sebelum Bian jadi pacar Tara, Bian selalu jadi pendengar yang baik yang pernah Tara miliki."

BIANTARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang