Biantara kok sepi banget, emang gak ada yang kangen sama mereka? Vote 10+ Kyo lanjut deh. follow ig @wp.kynderjoy supaya gak ketinggalan tiap Kyo post AU di sana.
*
*
**Happy reading*
Pagi pukul 05:23 yang tertera di jam digital samping tempat tidur Bian dan Tara, si manis terbangun lebih dulu daripada pria di sampingnya. Tidak langsung beranjak dari tempatnya, Tara memilih untuk menunggu sang suami bangun karena ia ingin mewujudkan keinginan Bian, yaitu melihat Tara yang sebagai orang pertama saat Bian terbangun dari tidurnya.
Tara tersenyum saat melihat Bian menggeliat pertanda ia akan bangun, Tara pun tersenyum saat Bian mengerjapkan matanya pelan sepertinya sedang mencerna apa yang terjadi.
"Selamat pagi suaminya Tara," sapa Tara yang langsung membuat Bian tersenyum saat mendengar sapaan lembut itu.
"Pagi istri ku, udah mandi?" tanya Bian menatap kearah Tara dengan tatapan yang lembut membuat Tara merasa sangat beruntung bisa di cintai seperti ini oleh Bian.
"Belum, Tara nungguin Bian bangun biar bisa mandi bareng hihi.." ucap Tara tertawa kecil membuat Bian gemas dan mengacak rambut Tara yang masih berantakan karena bangun tidur setelahnya Bian menarik gemas hidung Tara.
"Centil." gumamnya.
"Gak papa, centilnya kan sama suami sendiri." balas Tara yang membuat Bian mengangguk dan segera menarik tangan Tara untuk bangun dan segera mandi bersama.
Di dalam kamar mandi, Tara sempat memperingati Bian. "Mas Abi kita mandi bareng aja ya, jangan aneh-aneh nanti Tara sakit."
"Iya ayang, cuma mandi gak aneh-aneh janji." ucap Bian memberikan tanda dua jari membentuk huruf V.
"Dek?" panggil Bian saat Tara sudah berhasil melepas pakaiannya membuat Tara segera berbalik untuk menghadap kearah Bian yang tadinya ia belakangi.
"Kenapa?" tanya Tara melihat Bian yang sepertinya ingin menyampaikan sesuatu.
"Mas mau pegang perut adek boleh gak?" tanya Bian menunjuk perut Tara yang sedikit membuncit.
"Eum.. boleh, tapi perut aja ya jangan lain-lain." peringat Tara membuat Bian tersenyum senang dan mengangguk kemudian.
Setelahnya Bian mendekat dan berlutut untuk mensejajarkan diri ya dengan perut Tara, Bian mulai memegang serta mengelus perut yang sedikit buncit itu tak lupa ia tersenyum saat merasakan desiran kecil yang hinggap di dirinya saat ia menyentuh perut Tara.
"Adek, dia udah besar di dalam." bisik Bian menangis saat melihat perut Tara yang sudah mulai membuncit itu sembari mengelusnya.
"Mas Bian jangan nangis, udah kita mandi aja terus habis itu adek buatin sarapan untuk mas Bian, mau kan?" ucap Tara mengalihkan pembicaraan membuat Bian mengangguk dan segera mereka membersihkan diri satu sama lain sekalian pegang-pegang dan grepe-grepe sedikit.
Setelah mereka menyelesaikan mandi, mereka pun keluar dari kamar mandi setelah berpakaian. Bian yang lebih dahulu turun untuk menuju ruang makan sembari menunggu Tara yang masih berada di kamar.
"Dek, mas mau sarapan ayam rica-rica deh kayaknya lagi kepengen." ucap Bian saat Tara sudah memasuki dapur, mencoba untuk me-request menu sarapan kali ini.
"Boleh, mas Abi ngidam lagi ya?" tanya Tara sembari mengeluarkan bahan-bahan dari dalam kulkas yang dari sebelum mereka pindah kerumah ini sudah diisi oleh orang suruhan Farhan.
"Iya mungkin, kamu bisa buatkan kan dek?" tanya Bian menatap Tara yang juga sedang menatapnya.
"Bisa mas Abiii, udah mas diem aja nanti juga jadi pesanannya mas." ucap Tara tersenyum manis sembari mengedipkan sebelah matanya kearah Bian membuat Bian geleng-geleng kepala dibuatnya.
***
Siang ini kedua anak adam itu sedang menikmati waktu berdua di ruang tengah dengan setoples kukies coklat buatan Tara tadi pagi sembari menikmati layar televisi yang sedang menampilkan sebuah film.
Awalnya keduanya sama-sama fokus pada film yang di tonton, tapi tak lama kemudian yang lebih muda mulai merasakan bosan. Ia menghembuskan nafas kasar berulang kali, membuat Bian melirik kearahnya.
"Kenapa dek?" tanya Bian yang fokus pada film yang ditonton.
"Bosen." jawabnya pelan.
"Sini deketan sama mas." kata Bian menepuk sofa yang kosong di sebelahnya, Tara menuruti dan duduk disebelahnya dengan kepala yang ia sandarkan di dada bidang milik Bian.
Awalnya seperti itu, tapi lama-kelamaan Tara mulai menuju ke leher Bian memberinya ciuman serta kecupan disana. Bian pun memperingati Tara untuk tidak bertindak terlalu jauh, karena ia tidak ingin menyakiti Tara juga janin yang berada di perutnya.
"Tara mau bikin tanda disini, boleh gak?" tanya Tara meminta izin sang suami, sembari menunjuk leher Bian.
"Satu aja ya sayang?"
"Tara maunya lima, mas." ucap Tara merengek.
"Yaudah iya," ucap Bian menyerah pada akhirnya.
Saat Tara asik sendiri membuat tanda di leher Bian, Bian pun tanpa sadar meremas pinggul Tara karena tadi ia masih memeluk pinggang Tara. Dengan tangan satunya mengelus-elus perut Tara yang mulai membuncit.
"Hayo kalian berdua tercyduk, disini."
Perkataan itu membuat Tara menjauhkan kepalanya dari leher Bian, dan beralih kearah suara yang datang dari pintu ruang tengah.
"Bunda, mama papa." panggil Tara malu sendiri saat ia ketauan sedang berbuat tidak senonoh dengan sang suami dihadapan mereka, ia pun menyembunyikan wajahnya di dada Bian yang terkekeh dibuatnya.
"Eum.. sepertinya kita berkunjung di waktu salah, yaudah kita pulang lagi kalo gitu." ucap Karina membuat semuanya pun tertawa.
Malu..
Saat ini, Bian dan Tara sedang melanjutkan kegiatan mereka masing-masing, Tara sedang memasak makan malam dan Bian yang sedang mandi. Bunda dan mertuanya sudah kembali pulang sore tadi, dengan Karina yang menasehati Tara untuk tidak bekerja terlalu berat juga tidak boleh melakukan itu dengan Bian dulu karena Tara masih hamil muda yang membuat Tara kembali cemberut mengingat nasehat itu.
Sembari mengaduk ayam yang sudah di beri kecap agar merata dengan sempurna, Tara kembali misuh-misuh dengan sesekali memukulkan spatula pada teflon berisi ayam itu karena kesal.
"Kenapa sih gak boleh? Kalo bayinya yang mau ayahnya masuk gimana? Kan Tara baca-baca di buku kehamilan gitu kalo hormon orang hamil tuh gak nentu, kalo Tara tiba-tiba kepengen gimana?" tanya Tara cemberut membuat Bian yang berada di belakang anak itu menggeleng dan segera memeluknya dari belakang.
"Hormonnya di tahan dulu ya sayang, sampe si bayi di dalem perut adek kuat dulu atau nunggu si bayi lahir dulu juga gak papa kok, aku bakal tungguin." ucap Bian yang selesai mengatakan itu langsung mengecup leher jenjang Tara membuat sang empunya leher itu terkikik geli.
"Iya mas adek usahain." balas Tara mengecup bibir Bian sekilas.
PRANGGG!!!
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIANTARA [END]
RomanceBL. Metara Ansel Darian, atau biasa di kenal dengan nama Tara, adalah sosok lelaki yang imut dan menggemaskan bertubuh besar dan tinggi. Namun sifatnya yang belum dewasa, manja dan juga polos, membuat sahabatnya posesif dan juga over protektif kepad...