6

22 4 0
                                    

"Aku sudah memberikannya, Mr. Gilbert, dan aku juga sudah didaftarkan. Dia kelihatan sangat girang."

"Tentu, orang tua mana yang tidak akan girang?"

Memangnya Mr. tidak girang? Celetuk Runa dalam hati.

"Baiklah, ayo persiapkan diri dengan baik. Biasanya yang datang dan bermain musik dapat beberapa pound, lho. Lumayan, apalagi kalau kamu bermainnya bagus."

"Aku tidak mengharapkan uang. Yang sekarang aku mau adalah bermain gitar dan bertemu The Cavities, terutama gitarisnya."

"Yah, apa pun yang kamu mau, usahakan dengan baik. Ayo kita mulai belajarnya!"

***

Setelah selesai, Runa pergi ke ruang tunggu untuk menunggu dijemput ibunya. Di ruang tunggu hanya ada Anthony, teman kursusnya yang dua tahun lebih tua.

"Mana Adrianne?" tanya Runa sambil duduk di kursi.

"Ke warung, membeli minuman. Runa..."

"Ya?"

"Kamu nanti pergi ke London untuk resital itu?"

"Iya. Kau ikut?"

Anthony menggeleng. "Adrianne juga tidak."

"Mengapa? Padahal kau juga bagus."

"Entahlah."

"Kalau begitu, berusaha lebih keras lagi, jangan menyerah!"

"Aku tidak berharap," sanggah Anthony. "Tahun depan, Adrianne mau siap-siap masuk SMA."

"Oh iya iya, kelas 9."

"Lagipula, aku sering ke London. Setiap liburan kesana karena keluarga besarku di sana."

"Kalau aku, seringnya ke Skotlandia. Pernah ke selatan, sih. Tapi ke Oxfordshire, bukan London. Kalau ke Cambridge cuma lewat doang."

"Anthony, ayo! Yuk!" Adrianne yang dari warung mengajak Anthony.

"Sudah dijemput?"

"Sudah, Ny."

"Duluan ya, Runa," Anthony melambaikan tangan ke Runa.

"Sudah bilang belum?" tanya Adrianne di mobil.

"Wah, belum," kata Anthony sambil menggeleng.

"Kapan lagi kamu mau bilang? Katanya sebelum dia pergi ke London?"

"Ya, memang seperti itu," yakin Anthony.

Guitars and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang