Prolog

15.1K 761 16
                                    

" Menaruh harapan pada manusia adalah seni sederhana untuk terluka."

~Arseano~

~Happy reading~

“Hiks.. Hiks.. “

PRANG

“DIAM LAH ANAK SIALAN!!”

Seorang anak kecil kini tengah menangis di sudut ruangan sebuah kamar. Juga seorang wanita yang berdiri di depan pintu kamar yang manatapnya penuh amarah. Pecahan piring beserta makanan berserak di bawah kaki sang wanita.

“Dengarlah bocah kecil-“ Wanita itu menarik rambut anak berusia lima tahun itu cukup kencang hingga sang anak mendongak. Anak itu hanya bisa menangis.

“Terus lah menangis, sampai kau mati pun orang tuamu tidak akan datang menolongmu,” ucap sang wanita.

“Bohong.. hiks.. tante bohong.. Mommy sayang Sean hiks.. nanti mommy datang.”

Tcih

Wanita itu berdecih. Dengan kasar ia menggendonng bocah kecil yang memanggil dirinya Sean itu membuat sang anak berontak dan menangis lebih keras.

“Diam lah Gevariel Arseano Bramanty.”

Sean langsung terdiam menahan isak tangisnya. Wanita itu membawa Sean masuk kedalam mobil, mendudukkannya di kursi penumpanng di sampinng kemudi.
Sean hanya diam. Ia takut pada wanita di sampingnya itu. Seminggu ia tinggal dengan wanita itu membuat Sean cukup bahkan sangat takut padanya. Pasalnya Wanita yang bahkan Sean sendiri tidak tau namanya itu kerap kali memukulnya.
Mobil berwarna putih jenis MINI Electric terparkir di depan sebuah rumah sakit mewah di kota Jakarta. Rumah sakit swasta milik keluarga Bramanty.

Sean memandang wanita di sampingnya dengan pandangan bertanya. Untuk apa wanita itu membawanya kemari, apa mungkin wanita itu ingin mengembalikannya ke keluarganya.

Tanpa peringatan, Wanita itu mencengkram dagu Sean dan menghadapkannya ke arah pintu rumah sakit.

“Lihat baik-baik anak nakal, sampah sepertimu tidak di butuhkan di keluarga Bramanty.”

Sean, anak berusia delapan tahun itu tertegun kala melihat keluarga besar  Bramanty keluar dari rumah sakit. Bukan itu yang menjadi fokusnya melainkan anak perempuan yang berada dalam gendongan ibunya.
Anak itu Nampak seumuran dengannya.

“Mereka sudah menemukan pengganti mu Sean,” ucap Wanita itu berbisik tepat di samping telinga Sean.

“Setelah kecelakaan itu mereka bersyukur kau menghilang. Ini sudah seminggu Sean mereka bahkan tidak mencari mu dan malah sibuk mengurusi surat adopsi anak perempuan itu.”

“Adopsi?”

“Ya, kakek dan nenek mu menginginkan anak perempuan itu jadi cucu mereka, lihat siapa nanti yang akan menjadi orang tua anak itu, orang tua mu atau paman bibi mu.”

Sean tertegun. Bramanty memang belum memiliki cucu perempuan dan tidak mungkin ada lagi kecuali ada yang melakukan poligami diantara keluarga Bramanty.

Ibu Sean tidak bisa lagi mengandung lagi begitu juga kedua keluarga paman bibinya.

“Dengar Sean, orang yang tidak di inginkan kelurga adalah sampah.”

“Sean sampah?”

“Benar, kau adalah sampah. Sampah itu harus di buang.”

Sean menatap seluruh keluarga Bramanty yang menuju kearahnya. Tepatnya kearah parkiran di tempat ia berada. Sang wanita sengaja memarkirkan mobilnya di samping mobil keluarga Bramanty.

Air mata Sean meluncur tanpa di prediksi. Hatinya begitu hancur kala mendengar tawa renyah dari mulut kakak maupun sepupunya ketika menjahili anak perempuan di gendongan ibunya.

Suara Sean tercekat tidak dapat di keluarkan kala para orang dewasa menenangkan anak perempuan itu kala terlihat kesal di jahili saudaranya. Makin hancur hatinya kala ayahnya mengambil alih gendongan si putri kecil dan menciumi pucuk kepalanya.
Sean iri. Ia tidak pernah di perlakukan seperti itu.

“Kau lihat, kau hanya sampah.” Wanita itu tersenyum puas.

Di sisi lain salah seorang wanita dewasa tepatnya ibu Sean menoleh kearah mobil MINI Electrik dengan hati gusar. Entah mengapa ia merasa ada sesuatu di dalam mobil itu yang memanggilnya.

“Ada apa sayanng.”

Ucapan sang suami membuat wanita itu mengalihkan pandangannya serta seluruh mata keluarga Bramanty.

“A.. ah tidak, aku hanya merasa seseorang memanggilku.”

“Ikhlaskan dia Lisa.” Seorang wanita  yang tampak lebih tua di bandingkan yang lainnya membelai rambut menantu Bramanty dengan sayang.

“Aku.. sedang mencobanya ma.”

“Biarkan dia bahagia, jika kau merasa bersalah tebus kesalahanmu pada Bella. Putri kecil Bramanty.”
Setelahnya mereka masuk kedalam mobil dan mulai meninggalkan parkiran.

“Kau lihat, ibumu tadi melihat kearah sini tapi dia mengabaikan mu.”

“Sean beneran di buang?”

“Ya! Karena kau tidak berguna.”

11 Februari 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

11 Februari 2023

By : dewi_Andarta

Vote and Komen

Gevariel ArseanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang