"Manusia hanyalah makhluk lemah yang terbuat dari sakit hati, kecewa dan amarah."
~Arseano~
~Happy Reading~
Engh
Lenguhan kecil terdengar dari seorang yang tengah tertidur. Sepasang matanya perlahan terbuka untuk mendapati langit-langit kamar yang ia tempati. Ini bukan kamarnya.
"Kamar siapa ini," ucap Sean. Hal yang terakhir ia ingat ia tertidur karena kelelahan bermain bersama kedua orang tuanya.
Cklek
Pintu kamar terbuka menampilkan sosok Mahen yang masuk membawa laptop yang menyala. Tak lupa kacamata yang bertengger manis di hidung pemuda itu.
"Adek kecil Abang kebangun, ada yang gak nyaman?"
Mahen meletakkan laptopnya ke sofa yang memang ada di kamarnya dan menghampiri Sean. Sean merenggut tidak suka dirinya di panggil kecil oleh orang di hadapannya.
"Gw gak kecil," ucap Sean sembari menepis tangan Mahen yang mengusap surainya.
"Perhatikan cara bicaramu," ucap Mahen tak suka.
"Masalah buat lu, mulut-mulut gw kok lu yang sewot."
Sean nyolot. Baru bangun tidur udah diatur-atur ia tak terbiasa dengan hal itu. Beberapa tahun belakangan ia lebih sering tinggal seorang diri jadi cukup asing mendapati orang lain ketika bangun tidur. Bahkan sahabatnya sekalipun jarang.
Mahen tampak menghela nafas takut kelepasan memarahi adiknya. Sedikitnya ia tau tingkah polah adik pertamanya. Yang masih mereka cari siapa yang merawat adiknya selama ini, apa adiknya di perlakukan dengan baik, apa adiknya tumbuh dengan baik, dan masih banyak pertanyaan.
Namun sepertinya tidak semudah itu. Mahen dan keluarga Bramanty mendapatkan hal yang tidak mengenakkan, Sean dan sahabatnya sedikit di luar prediksi mereka.
"Arseano..." Mahen menjeda kalimatnya.
"Jangan buat abang marah atau... kamu mau di hukum."
Sean tiba-tiba memasang wajah julidnya.
"Idih.. idih sok iye lu, sapa lu ngukum gw. Pak Sukur lu?"
"AAAAAAAAAA!!!"
Setelah itu teriakan melengking memekakkan telinga terdengar. Mahen yang kesal dengan adiknya itu menerjang tubuh kecil Sean yang awalnya duduk hingga kembali telentang dan menggelitiknya.
"Hahahahahah.. udah haha Mahen Stop."
"Panggil yang bener dulu."
"Hah oke oke haha abang stop."
Nafas Sean terlihat tidak teratur. Wajahnya memerah serta matanya yang berkaca-kaca karena terlalu banyak tertawa.
"Jahat banget sih," ucap Sean dengan wajah masam.
"Siapa yang mulai duluan," ucap Mahen sambil mencubit pelan hidung adiknya.
"Sa bodo bang Mahen nakal."
Setelah mengatakan itu Sean berlari meninggalkan kamar Mahen kebetulan pintunya tidak di kunci. Mahen tersenyum menggelengkan kepala melihat tingkah adiknya.
Sangat langka melihat tingkah aktif anggota keluarga Bramanty sebab mereka semua memiliki sifat yang hampir sama semua yaitu tenang. Tenang dalam artian tidak suka hal berisik bahkan Jay sekalipun yang memiliki sumbu pendek menyukai ketenangan.
Di sisi lain
Setelah Sean keluar dari kamar Mahen, ia berakhir di taman belakang. Sean sempat melirik jam tadi, saat ini jam menunjukkan pukul 21.15 ia sudah melewatkan makan malam. Ia yakin tidak lama seseorang pasti mencarinya, bukan terlalu percaya diri hanya saja ia merasa kehidupan nya sangat di atur selama tinggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gevariel Arseano
ChickLitKesalahpahaman memang hal yang paling menakutkan dan harus di selesaikan. Bagaimana jika Sean tidak ingin menyelesaikannya. Jangan menghakimi nya. Ia hanya anak yang tersesat di dalam candaan dunia. Aku yakin kau akan melakukan hal yang sama jika di...