30

3.6K 359 121
                                    

"mengusik salah satu dari kami, berarti kau siap berhadapan dengan iblis sisanya."

~11-C~

~Happy Reading~

Tebak siapa tadi yang menolak menonton kartun Pororo. Sean. Tapi lihatlah bocah gembul itu sekarang asik menonton di ponsel Rafassya. Bahkan ia menolak makan yang mana membuat Juan kesal karena sulit sekali menyuapi kakaknya itu.

"Udah dong nontonnya itu makan dulu."

Sean malah membuang mukanya saat Juan menyuruhnya berhenti nonton. Tubuh kecil itu makin merapat pada Rafassya karena posisinya sedari tadi masih sama tidak berubah.

"Sean makan dulu katanya tadi laper."

Lihatlah dia bahkan tidak peduli Juan memanggilnya tanpa embel-embel. Ia masih asik melihat pinguin berkacamata sedang memasak bersama berang-berang pink.

"Bang ambil ajalah hp nya," ucap Juan. Ia lama-lama merasa kesal juga karena Sean mulai menolak suapannya.

Rafassya mengambil ponselnya tanpa aba-aba membuat Sean terkejut.

"Aaaaa.. sini~" Sean merasa tidak terima kala Rafassya mengambil ponselnya.

"Makan," ucap Rafassya singkat. Bahkan Rafassya tidak mengubah raut wajahnya.

"Kan ini juga sambil makan."

"Yang bener makannya," ucap Juan menyodorkan sendok berisi nasi goreng seafood.

Sebenarnya Sean tidak terlalu suka seafood. Bukan alergi hanya saja Sean pernah diajak sahabatnya makan olahan seafood mentah yang membuat Sean muntah-muntah karena tak tahan bau amis dari makanan yang ia makan. Mulai dari situ Sean tidak terlalu suka seafood.

"Udah," ucap Sean setelah memasukkan sendok berisi nasi goreng itu kemulutnya.

"Belum ada separuh, sedikit lagi ya?"

Sean menggeleng, ia bahkan hampir berdiri menghindari Juan namun Rafassya menahannya. Sean menoleh kebelakang dengan tatapan memelas berharap Rafassya melepaskannya.

"Kenapa?" Sean menatap Rafassya berkaca.

"Gak mau seafood hiks...." Nahkan nangis.

Juan segera meletakkan piring ditangannya. Ia hendak meraih kakaknya namun Sean lebih dulu berbalik dan memeluk Rafassya. Pemilihan mata rubah itu menyembunyikan wajahnya di dada yang lebih tua.

"Abang gak suka seafood? Juan minta maaf ya Juan gak tau." Sean sedikit mengintip Juan.

"Gak makan lagi tapi ya?"

"Iya udah gak makan lagi. Jangan nangis ya."

Rafassya memang tidak bicara sedari tadi tapi lihat tangannya mengusap surai halus Sean bermaksud menenangkan adik kecilnya. Sebelah tangannya juga menahan pinggang kecil itu agar tidak terjatuh karena gerakan yang tiba-tiba.

"Janji." Sean mengulurkan jari kelingkingnya membuat dua orang lainnya menahan senyuman.

"Iya janji."

"Abang, nonton lagi ya?"

Sean memandang Rafassya penuh harap. Bahkan anak itu memanggilnya abang membuat hati Rafassya sedikit menghangat. Tanpa kata ia menyerahkan kembali ponselnya yang masih menampilkan kartun Pororo yang terjeda.

Sean terlihat seperti anak kecil sekarang. Wajah bulat yang sedikit memerah serta mata yang berbinar menatap layar ponsel.

Tidak ada yang sadar entah itu Rafassya ataupun Juan jika binar wajah itu terlihat sedikit tidak wajar. Anak berusia 17 tahun mana yang berbinar seperti itu hanya karena film kartun yang diputar di ponsel.

Gevariel ArseanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang