37

2.9K 334 76
                                    

"Sudah ku katakan Darpa mengetahui lebih banyak dari ku."

~Janu~

~Happy Reading~

Darpa, Haris, Janu dan Oza duduk di hadapan keluarga Bramanty dengan posisi duduk tegap. Saat Janu berteriak Sean mengirim sinyal, mereka langsung di tahan agar tidak bisa pergi. Nasib sial sinyal itu segera hilang bahkan saat mereka belum menemukan titik sahabatnya.

"Kenapa Black Opium mengincar kalian?" Tanya Vante dingin.

Ke empat sahabat itu saling menyenggol untuk menunjuk siapa  yang akan menjawab pertanyaan Vante. Lebih tepatnya saling tunjuk.

"Jawab, kami tidak akan melukai kalian," ucap Paradipta. Jika tidak ada yang menjawab maka putranya akan semakin sulit di temukan.

"I.. itukan bukan urusan kalian."

"Tapi kalian karena kalian Keluarga kami kena imbas!" Nada bicara Mahen terdengar marah.

Oza yang tadi berbicara karena terdorong ke depan segera kembali ke posisi awalnya dan memeluk Haris yang kebetulan berada di sampingnya. Oza tidak suka mendengarkan suara keras orang yang membentaknya apa lagi di tempat ramai. Lihat saja anak itu menahan tangisnya.

Haris mengusap pelan bahu sahabatnya berusaha menenangkan.

Huft

D

arpa yang tadi ikut mendorong Oza menghela nafas. Sepertinya ia perlu turun tangan.

"Oke cukup. Turunkan nada bicara anda tuan tuan sekalian, kalian membuat teman saya ketakutan."

"Jika kalian tidak mulai...."

"Jika kami tidak mulai?" Darpa menatap Jay dengan kerutan di dahinya. Anak itu terlihat sangat tidak senang.

"Kau pikir karena siapa kami di sini. Harusnya aku yang mengatakan seperti itu."

Darpa berdiri menghampiri Jay yang memang dalam posisi berdiri.

"HARUSNYA GW YANG NGOMONG GITU KE KALIAN BANGSAT."

Darpa mendorong tubuh Jay kuat namun tidak membuat putra sulung Aryasatya itu terjatuh.

"Asal kalian tau, gw banci kalian. GW BENCI ADEK LU ITU."

Janu dan Haris saling berpandangan. Jika sudah seperti ini mereka harus bagaimana, mereka angkat tangan jika Darpa marah terlebih tak ada Sean di sini. Ingat yang bisa mengimbangi Darpa hanya Sean begitu juga sebaliknya.

"Kalo bukan karena Ricky gak mungkin Sean bakal berurusan sama sindikat mafia itu."

"Apa maksud mu?"

Darpa menatap remeh Paradipta, dia tau laki-laki itu ayah dari Ricky.

"Kejadian satu tahun yang lalu. Waktu itu Ricky di hadang oleh beberapa orang."

"Kalo kalian gak lalai, Sean gak mungkin bunuh salah satu dari orang itu dan berakhir membunuh..."

"Membunuh?"

"Putra bungsu pemimpin Black Opium."

Janu dan Haris menunduk. Tentu mereka tau kejadian itu karena mereka sendiri yang menyaksikan Sean mengambil nyawa pemimpin Black Opium Jakshar Abraham.

Gevariel ArseanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang