47

3.1K 381 192
                                    

"Bukan kah kalian membenci ku?"

~Arseano~

~Happy Reading~

Selesai.

Tiba-tiba hujan disertai petir dengan suara keras datang tanpa aba-aba. Alam meredam Isak tangis Lisa yang kini memeluk tubuh ibunya yang kini tinggal raga tanpa nyawa. Ayahnya lebih tragis karena belati Darpa hampir melepaskan kepala Jendral dari badannya.

Tak ada yang bergerak. Dunia mereka seakan berhenti untuk sejenak hingga tak sadarkan Sean kembali menarik pelatuk pistol nya kembali mengambil nyawa seseorang.

Huft

Nafas Sean terasa lebih berat dari biasanya dengan Seroya di pelukannya.

Darpa, Janu, Oza, dan Haris berdiri membelakangi Sean menjaga agar tak seorang pun mendekat kearah mereka. Bahkan Nebula pun di buat menjauh oleh empat orang yang bahkan memiliki luka yang tak sedikit.

"Terimakasih Sean... Aku tenang sekarang."

"Istirahatlah, jangan menyimpan dendam lagi. Dendam mu sudah selesai."

Air mata meluruh di pipi wanita cantik yang nyawanya kini di ujung tanduk.

Uhuk

Darah keluar dari mulut Seroya. Ia rasa jantung nya hampir berhenti bekerja. Tangan lentik itu menyentuh pipi bulat penuh luka milik keponakannya.

"Ma.. af sudah mem.. buatmu seperti se.. karang," ucap Seroya yang kata-katanya mulai terputus.

"Jangan tinggalkan kan apapun di sini. Dendam mu dan rasa bersalahmu. Aku memaafkan mu Seroya."

"Hiks.. andai hah.. aku ti.. dak dibutakan den.. dam. Aku ingin.. merawatmu de.. uhuk Ngan baik."

"Ini takdir, jika ada kehidupan selanjutnya bolehkah aku.. tidak bolehkah kami jadi anak mu?"

Seroya menatap sahabat Sean yang kini menatapnya juga.

"Ya.. tentu saja.."

Sean tersentak kala tangan Seroya terjatuh begitu saja. Wanita itu, bibinya sudah pergi.

"Kita sudah menuntaskan perjanjian kita Seroya. Semoga kau bertemu suami dan anak mu."

Sean dengan hati-hati meletakkan tubuh tak bernyawa.

Tes

"Loh.. kok gw nangis."

Bagaimana tidak menangis. Seroya dengan wajah damai menutup mata. Wajah ayu -meski telah dirubah dokter di beberapa bagian pasca kecelakaan yang merenggut nyawa suami beserta kedua buah hatinya- itu menampilkan senyuman.

"Hiks.. kenapa.. kenapa gw nyesel bunuh dia."

Grep

Janu yang paling dekat dengan Sean meraih tubuh yang kini tengah rapuh itu dengan sayang. Disusul Oza, Darpa dan terkahir Haris. Haris harus sedikit berhati-hati karena tangan kanannya yang patah sudah mulai terasa sangat sakit.

"Kita menang, kita menang Sean," ucap Janu.

"Yeah, kita menang. Semua selesai," ucap Sean yang kian melirih. Pandangannya makin lama makin buram. Bukan hanya Sean, keempat sahabatnya pun mulai merasa pusing dan sakit di sekujur tubuh. Terlebih Darpa dan Haris yang terlihat sangat mengenaskan.

Gevariel ArseanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang