1

10.3K 598 41
                                    

"Jangan salahkan air mata, salahkan hati dan pikiranmu yang tidak mau berdamai dengan masa lalu."

~Arseano~

~Happy reading~

Brum…

Brum…

Deru mesin terdengar menggema di sepanjang jalan lintas meninggalkan suara bising setelahnya. Tanpa keraguan tiga buah sepeda motor berbeda warna itu saling mendahului hingga salah satunya melewati garis finis terlebih dahulu.

Riuh tepuk tangan penonton memecah keheningan malam kala si pengendara turun dari atas kuda besi.

“Woy bro!” Seseorang datang menghampiri pemenang dan memberikan tepukan di bahunya.

“Yey paketu menang!!” Disusul beberapa orang tidak normal yang berjingkrak-jingkrak seperti monyet.

Sang pemenang membuka helm, menyugar rambut hitamnya yang memanjang. Kedua orang yang tadi mengadu kecepatan dengan sang pemenang mendatanginya.

“Selamat Gev,” ucap salah satu penantang.

“huft kalah lagi,” sambung satunya.

“Kalian hebat,” ucap pemuda yang di panggil Gev.

Suara mc menarik perhatian mereka. Di papan pengumuman tertera tiga nama dan urutan waktu.

Gevariel Arseano  => 30,23 menit
Hansa Janardana =>30, 30 menit
Kaivan Arjuna Prawara =>30,31 menit

“Anjing gw paling bawah,” ucap Kaivan atau biasa di panggil Kai di mana hal itu mengundang tawa.

“Gak papalah Kai, itung-itung ngasih gw duit jajan,” ucap Sean.

“Kuarang ajar lu bocil.”

Malam itu terdengar tawa tanpa beban dari anak-anak malam yang terlihat urakan.

================================

“DASAR ANAK NAKAL, MASUK  KELAS KALIAN SEKARANG!!”

“Kabur oi kabur ada si Sukur.”

Lima anak laki-laki berseragam tidak rapi lari kala seorang guru laki-laki yang sedikit berisi membawa penggaris kayu mengejar mereka. Kelimanya lari tunggang langgang sambil cekikikan.

“KEMBALI KE KELAS KALIAN!!!”

“Run bestie Run, Sukur ngejar kita.” Ucap salah seorang anak sedikit berteriak kepada teman-temannya yang mana membuat pak Endra makin murka.

“SEAN, HARIS, OZA, JANU, DARPA KESINI KALIAN!!”

Kelima anak yang di panggil tambah cekikikan. Mereka berbelok di tikungan membuat kedua orang terpeleset karena tikungan tajam namun segera bangkit.

“Anak nakal.” Desis pak Endra.

Surendra Kusagra yang sering di panggil Sukur  oleh antek- antek Sean -Entah dari mana nama sukur di dapatnya- berhenti terpaku kala melihat rombongan anak laki-laki dengan seragam rapi serta satu orang anak perempuan melihat punggung lima orang yang tadi di kejar pak Endra.

“Tuan muda, nona muda,”ucapan pak Endra kala mengenali siapa yang berhadapan dengan mereka. Keluarga Bramanty dan Nalendra. Keluarga berpengaruh di Asia serta pemilik sekolah.

“Siapa anak-anak tadi?” Tanya satu-satunya wanita di rombongan itu.

“Maaf nona muda, mereka hanya sekumpulan anak-anak nakal. Saya akan segera menyelesaikannya.”

Gevariel ArseanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang