18

4.9K 449 13
                                    

"Pada dasarnya iblis pun pernah menjadi malaikat."

~Arseano~

~Happy Reading ~

Setelah kejadian di kantin, Sean berakhir terkurung di ruangan khusus keluarga Bramanty di belift high school. Awalnya ada Mahen namun abang nya itu ada urusan sehingga meninggalkannya seorang diri.

Hampir segala hal sudah Sean lakukan untuk mengusir kebosanannya. Mulai dari main PS hingga menonton drama kesukaannya.

"Ni gw ngapa lagi ya?"

Posisi Sean kini terbalik di sofa. Kepalanya hampir menyentuh lantai sedangkan kakinya di sandaran sofa. Anak itu memainkan ponselnya bertukar pesan di group kelas. Kelas ribut karena ia dan Darpa yang menghilang. Sean sendiri tidak tau Darpa di mana karena tadi saat ia di bawa Mahen Darpa juga dibawa paksa oleh Panji.

Huft

Ting

Sean melihat email masuk diri Darpa, sepertinya pesan ini dikirim terburu-buru karena terlihat acak urutan waktunya. Sean yakin ada yang tidak beres dengan Darpa.

Baru akan memutar satu dari empat video yang dikirim, suara pintu terbuka membuat Sean terkejut. Ponsel di tangannya terlepas dan terjatuh di wajahnya sebelum menghantam lantai.

"AKH!!"

"Sean??"

Pelaku pembuka pintu menghampiri Sean, menarik anak itu agar duduk dengan benar. Sean memegangi hidungnya yang memerah, matanya berkaca-kaca siap menangis.

Orang itu meringis.

"A.. aduh abang minta maaf."

"Hiks.. hueeee abang jahat."

Tangis Sean pecah. Hidung benar-benar terasa nyeri setelah kejatuhan ponsel yang tidak bisa di bilang ringan itu. Jay, sebagai tersangka pembuka pintu mencoba meraih Sean namun di tepis oleh si manis.

Sean berdiri, berlari memeluk salah satu orang yang datang bersama Jay. Rafassya, orang yang Sean peluk membeku tak tau harus melakukan apa. Brandon yang berada tepat di samping adik kembarnya menatap Rafassya dengan senyum kecilnya.

Puk

"Gendong coba," ucap Brandon.

Brandon tau Rafassya itu sangat kaku. Entah dari mana sifatnya itu, walau mereka terkesan dingin dan kejam, namun tidak seperti Rafassya yang bahkan bicara dalam sehari masih bisa cukup kau hitung dengan jari tangan mu.

Bahkan dulu Divya, ibu si kembar menyangka bungsunya itu bisu.

Dengan ragu Rafassya membawa Sean kedalam gendongan koala. Sean tidak menolak, anak itu bahkan memeluk erat leher Rafassya menyembunyikan wajahnya enggan memandang Jay.

"Sean."

Sean makin menyembunyikan wajahnya kala Jay mendekat. Terdengar isakan lirih bocah di gendongan Rafassya. Kembar Bramanty itu sebenarnya sedikit terkejut dengan polah Sean.

Sean sangat berbeda dengan laporan yang mereka dapat.

Berandal kecil yang kejam. Tawuran bagai hobi, balapan makanan sehari-hari, rokok teman sehidup semati. Sosok tengil yang menyebalkan membuat guru-guru pusing tujuh keliling.

Gevariel ArseanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang