23

4.7K 393 22
                                    

"Pada akhirnya iblis juga pernah tinggal di surga."

~Arseano~

~Happy Reading~

Sean memandang wanita di hadapannya dengan tatapan hina. Ia menikmati ekspresi wajah tak percaya wanita dewasa di bawahnya.

"Hahah apa akhirnya kau menjadi iblis, tak ku sangka aku pernah tinggal satu atap dengan iblis."

"Wah terimakasih atas pujiannya. Apa bibi bangga, bibi telah berhasil mengusir malaikat kecil dari surganya," ucap Sean dengan wajah berseri yang di buat-buat.

"Mana ada malaikat yang lahir dari keluarga iblis."

Detik berikutnya wajah Sean kembali datar dengan tatapan tajam. Di raihnya rantai di leher wanita itu sebelum dengan sadis di tarik hingga tubuh sang wanita terseret ke depan.

Ukh

"Ah~ lihat wajah manis ini, berapa uang yang kau habiskan untuk wajahmu," ucap Sean sembari menepuk pipi sang wanita.

"Sangat mengesalkan mengetahui kau yang memilih kulit bagus di ujung usia mu."

Wanita itu nampak kesulitan bernapas hingga tidak menjawab Sean dengan kata-kata. Hanya ringisan yang keluar dari mulutnya.

"Tcih tidak asik," ucap Sean malas kala sang wanita tak menanggapi kata-katanya.

"Ugh uhuk.. uhuk.."

Sean melempar rantai di tangannya seperti kehilangan minat. Ia tidak suka jika korbannya terlalu diam. Sean berjongkok menyamakan tingginya dengan wanita yang bersimpuh di lantai.

Dengan santai Sean menarik rambut kusut sang wanita hingga mendongak menghasilkan ringisan.

"Khe.. khe.. keh.. ternyata darah tidak bisa bohong."

"...."

"Dasar iblis kecil."

"Kau benar. Pada akhirnya darah lebih kental dari air jadi jangan membuat usahaku masuk ke mansion ini sia-sia."

Wanita itu mengerutkan keningnya. Usaha apa yang anak di depannya ini maksud.

"Kau pasti bingung. Ku beri tau aku masuk ke kediaman Bramanty bukan semata-mata ingin kembali..." Senyum Sean mengembang menampilkan deretan gigi putih yang rapi.

"Tentu saja aku kemari untuk mu wanita tua."

Duak

Akh

Tanpa perasaan Sean menghantam kepala wanita itu ke dinding. Tidak terlalu kuat namun tetap saja sakit. Hantaman itu tidak membuat kepala wanita itu berdarah hanya memar. Sean sengaja mengatur tenaganya, ia tidak boleh di curigai.

"Tangan ku jadi kotor." Sean menepuk kedua telapak tangannya seperti menghilangkan debu.

Nit

Nit

Nit

Sean melirik jam tangan yang ia pakai. Di tekannya tombol di tepi jam tangan.

Gevariel ArseanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang