"Semua masalah memang memiliki jalan keluar, tapi tak semua manusia dapat menemukannya."
~Haris~
~Happy Reading~
"
Makan lah."
Sean menatap seorang yang ia ketahui sebagai salah satu bawahan Jakshar mengantarkannya makanan. Luka di seluruh tubuhnya sudah di obati dan di balut kasa. Pakainya juga sudah berganti.
Hoodie biru muda dengan celana hitam pendek. Tak lupa sebuah rantai melingkar di kakinya.
"Kenapa kalian masih nahan Ricky di sini. Kalo emang tujuan kalian cuma gw, lepasin Ricky," ucap Sean menatap wanita di hadapannya. Wanita itu tampak seumuran dengan Seroya.
"Benar seperti yang kudengar, kau sangat menyayangi adik sepupu mu."
"Bukan urusan lu. Sekarang gw jadi ragu, yang kalian tuju keluarga Bramanty kan?"
"Hahahahah, otak kecilmu dengan segala kecurigaan mu. Tidak sayang kami hanya menunggu ke empat teman mu."
Sean menatap wanita yang kini mengusap rambutnya dengan nyalang. Ingin rasanya ia membunuh wanita dihadapannya detik itu juga, tapi Sean tau ia akan kalah dengan kondisinya yang sekarang. Ia belum boleh mati.
Tapi sepertinya melukai orang di depannya ini tidak masalah kan.
Pyar
Sean melempar tempat makan di samping tempat tidurnya ke arah wanita itu.
"Ck menambah pekerjaan ku saja. Kau pikir siapa yang akan membereskan semua ini," ucap wanita itu yang sepertinya menahan emosi.
Di tariknya rambut Sean hingga anak itu mendongak dengan sedikit ringisan. Posisi Sean duduk di kasur yang lumayan besar. Ia sudah di pindah ruangan.
"Yang pasti bukan gw," ucap Sean dengan kekehan di akhir kalimat.
"Jangan mentang-mentang ketua menyayangimu lantas kau bertingkah."
Brug
Shhh
Wanita itu melempar Sean kearah pecahan alat makan membuat beberapa pecahan menembus kulit kaki Sean yang tidak terhalang apapun.
"Diantara semua orang yang nemuin gw, cuma lu yang gak suka sama gw. Gw gak ngerti kenapa lu semarah itu?"
Wajah wanita itu tampak muram. Tak mungkin ia berkata jika ia takut tersingkir dari posisinya jika ada Sean. Ia tak terlalu kompeten dalam menjalankan misi. Ia berada di posisi ini hanya karena mengisi slot kosong setelah putra ketuanya di bunuh bocah dihadapannya serta putri sang ketua yang memilih menetap di luar negri.
"Anak kecil seperti mu tidak berhak ikut campur urusan ku."
Wanita itu menendang Sean namun Sean masih bisa menahannya.
"Apa yang kau lakukan Isara."
Isara, wanita itu tersentak mendengar suara tak asing di telinganya. Saat menoleh kebelakang ia mendapati dokter pribadi Jakshar.
"Ben.. ini...."
"Cukup, temui tuan Jakshar dan jelaskan sendiri."
"Ben tapi...."
"Keluarlah Isara, jangan sampai aku yang menyeret mu keluar," ucap Ben dingin. Sean masih stay di tempat bagai mermaid terdampar di atas pecahan gelas dan piring.
Isara keluar dengan wajah takut dan cemas. Ben menutup pintu dan menghampiri Sean yang tak merubah posisinya sama sekali.
"Kau sengaja?" Sean mendongak untuk menatap Ben yang berdiri tepat di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gevariel Arseano
ChickLitKesalahpahaman memang hal yang paling menakutkan dan harus di selesaikan. Bagaimana jika Sean tidak ingin menyelesaikannya. Jangan menghakimi nya. Ia hanya anak yang tersesat di dalam candaan dunia. Aku yakin kau akan melakukan hal yang sama jika di...