the family
Zhang Hao berdiri di depan minimarket lalu menarik nafasnya dulu sebelum masuk. Hembusan AC langsung menyerangnya yang sudah kedinginan akibat cuaca malam di luar.
Zhang Hao berjalan ke kasir, menimang sebentar karena ini pertama kalinya dia kemari. "Kau punya hotpack?"
Si kasir menaikkan satu alisnya, melihat penampilan Zhang Hao dari atas sampe bawah lalu mengangguk paham. "Tidak ada," jawab kasir itu. "Tapi kalau kau mau yang hangat, beli saja paket hangat di ujung sana."
Zhang Hao menoleh ke belakang. Dia menghela nafas berat, dan tanpa basa-basi keluar dari minimarket. Zhang Hao hampir memeluk dirinya sendiri sebelum kesadarannya kembali, dia berubah menjadi sosok yang sok tahan dingin.
"Sialan, padahal sudah pakai triple pakaian." misuh Zhang Hao sesekali mengusap lengannya. Maksud triple pakaian, dia pakai kaosan yang tertutup hoodie, lalu dibalut dengan jaket.
Zhang Hao memilih kembali berjalan saat hujan masih turun meski tak sederas sebelumnya. Tidak memperdulikan sensi dirinya tadi, Zhang Hao mulai memeluk dirinya sendiri. Dia benar-benar kedinginan.
Otaknya menyuruhnya agar pulang supaya bisa merasakan berendam di air hangat, lalu mengganti pakaian yang lebih nyaman, lalu tertidur di atas kasur yang empuk, dan menyelimuti tubuhnya. Namun hatinya masih kesal untuk kembali ke rumah.
Laki-laki itu memilih untuk berteduh dulu. Dia duduk tepat di sebelah laki-laki yang menggenggan hotpack. Zhang Hao berusaha untuk tidak terlihat kedinginan di sebelah orang yang sedang menghangatkan diri. Tapi getaran di tangannya benar-benar tidak bisa dikontrol.
"Mau satu?"
Zhang Hao menoleh begitu melihat tangan seseorang menyerahkan hotpack ke arahnya. Menyingkirkan ego-nya, Zhang Hao menerima hotpack itu. "Terima kasih."
Kemudian mereka berdua hanya diam sambil memperhatikan hujan yang tak kunjung berhenti, justru semakin deras. Zhang Hao menyesal kabur dari rumah tanpa membawa dompet dan ponselnya. Sekarang dia tidak tau harus kemana, dan-
Perutnya bunyi.
Orang di sebelahnya reflek tertawa membuat Zhang Hao menanggung malu. "Kau kelaparan,"
"Aku tau."
"Kenapa tidak membeli makan di minimarket?"
Zhang Hao menelan mentah-mentah rasa malunya, "Tidak bawa dompet."
"Mau ku traktir?"
Zhang Hao menoleh ke orang itu lalu melihat penampilannya. "Aku tidak mau ditraktir yang lebih muda." balas Zhang Hao mempertahankan prinsipnya. Apalagi dia memang tidak pernah seumur hidup ditraktir.
Orang di sebelahnya berdiri lalu pergi. Zhang Hao berdecak pelan, memperhatikan jam tangannya. Sudah semakin larut, dan dia yakin ayahnya sudah sadar dia kabur. Sekarang Zhang Hao menyesal karena kabur tanpa persiapan.
Dia kelaparan, kedinginan, dan bingung mau tidur dimana nanti.
Beberapa menit berlalu, orang itu datang kembali lalu menggeser kemasan pop mie yang sudah matang ke arahnya. Zhang Hao menaikkan satu alisnya, dan orang itu mengkodekan agar Zhang Hao mengambilnya.
Dua kali orang itu membantunya.
"Terima kasih."
Dan dua kali juga Zhang Hao berterima kasih padanya.
"Dimana kau tinggal?" tanya orang itu basa-basi. Zhang Hao tidak langsung menjawab karena sedang meniup mie yang sudah dia hendak santap.
"Jauh."
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER | KIM GYUVIN & HAN YUJIN
FanfictionGyuvin pernah punya adik, sebelum tragedi itu terjadi. Yujin yakin dia anak tunggal, sesudah tragedi itu membawanya ke ingatan menyakitkan. Kim Gyuvin dan Han Yujin adalah dua bersaudara, sebelum tragedi itu memisahkan mereka. CERITA INI UNTUK MEN...